Part 5 • DITERIMA !!!

3.9K 102 3
                                    

CANTIK BANGET ANAKNYA.

TINGGI.

PUTIH BERSINAR.

LANGSING.

RAMBUT DIKRITING GANTUNG + CAT HIGHLIGHT WARNA BLONDE GITU.

PAKE BAJUNYA KEREN BANGET LAGI.

Udah perfect banget deh pokoke!

Klo dibandingin sama aku.. bedanya sejauh pusat bumi dengan langit.

Yah.. tapi biasa sih. Anak orang kaya getoloh. Dirawat dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Jadi sekarang gaes, kita berada di suatu ruangan tertutup untuk tes tahap akhir. Hanya ada aku dan cewe super ini di dalam ruangan. Wish me luck yah.

Di dalam ruangan

"Bisa tolong ambilkan saya segelas air?"

Sopan banget.

"Baik nona," kataku dengan lembut serta agak membungkuk hormat. Dengan sigap aku langsung mengambil air dengan nampan yang sudah disediakan di ujung ruangan.

"Silahkan nona," ujarku sambil menaruh gelas itu di meja yang berada di depan perempuan itu.

"Terima kasih"

PRAANNGGG

Aku kaget setengah mati mendengar gelas yang aku sudah berikan ternyata tersenggol oleh kakak cantik ini. Dan seperti biasa, aku meloncat sedikit ._. lagi ._. Untung dia gak ketawa.

"Ah maaf, bisa tolong bersihkan tidak?"

"Baik nona," jawab-ku.

Buru-buru kuambil sapu dan kubersihkan dengan teliti. Setelah kubersihkan, aku duduk di lantai untuk mengambil pecahan-pecahan kecilnya.

AAWW

Ada pecahan kaca yang masuk ke jariku.

Dengan keringat yang sudah bercucur deras, aku pun berhasil mengambil pecahan kaca yang sudah tertanam di dalam jariku.

"Aduh. Kamu gak apa-apa? Ini plester buat kamu. Ini nih pake tissue buat ngelap darahnya."

Cie perhatian.

"Iya nona, aku gak apa-apa kok, makasih yah."

"Oh.. syukurlah"

Akhirnya aku pun menutup luka-ku dengan plester dan setelah merasa lebih baik, aku pun menawarkan bantuan lagi kepada kakak ini.

"Ohh.. bener udah baikkan?" Tanya-nya setelah mendengar tawaranku

"Iya kak sudah."

"Baiklah, tolong ambilkan buku itu yah." Ia pun menunjuk ke sebuah buku yang besar.

"Baik nona.." Ujarku sambil membungkuk hormat.

Gileee.. itu mungkin buku terbesar yang pernah aku liat. Dan terberat pastinya.

Gimana cara bawanya coba?

Aku lihat di sekitarku, ada pulpen, solatip, vas bunga, skateboard..

Tringg #Bunyiidemuncul

Tapi ini mengurangi penilaian ku gak yah karena aku bukan orang yang cukup kuat untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan otot.

Ah sudahlah. Gak usah dipikirin. Kan tanganku lagi luka juga. Mana mungkin bisa bawa buku sebesar itu.

Dengan sangat hati-hati aku menurunkan buku itu dari atas rak buku. Dan aku pun hampir jatuh karena beratnya buku itu. Lalu, ku taruh buku besar itu di atas skateboard yang kutemukan tadi.

Kudorong ke depan meja nona cantik itu, lalu ku taruh ke atas mejanya. Untung meja di depan Nona tidak terlalu tinggi, jadi aku bisa mengangkatnya ke atas meja.

"Maafkan saya, saya tidak bisa.."

"Kau kreatif sekali!" Potong-nya sambil tercengang sambil melihatku.

"Te.. terima kasih nona," ujarku karena merasa aneh dengan sikap Nona muda itu.

Tiba-tiba dia lari kecil keluar ruangan dan berkata "Mamiii! Dia yang pantas menjadi pembantu kita."

"Baiklah kalau begitu. Maaf Eneng, kamu tidak lolos dalam tes ini."

"Iya, tidak apa-apa nyonya," ucap Eneng dengan wajah kecewa-nya dan langsung pergi meninggalkan kami.

"Selamat datang Katy! Selamat juga kamu telah lolos sampai tes terakhir," ucap Ibu Ina.

HAH IYA? MAKASIH TUHAN.. akhirnya aku dapat pekerjaan baru!
Mama! Papa! Aku berhasil!!

"Berhubung kamu masih sekolah, kamu dapat bekerja di sini setiap hari dari jam 2 siang sampai jam 8 malam dan ini baju seragam-nya."

Buset langsung dikasih seragam-nya dong.

"Baik ibu. Terima kasih telah menerima saya untuk bekerja di sini," kata-ku kepada Ibu Ina dengan penuh rasa syukur.

"Ya sama-sama, dan kamu tidak perlu makan siang di rumah. Di sini kami ada makan siang bersama."

"Baik nyonya. Terimakasih."

Aku pun keluar dari rumah itu dan langsung pergi ke restoran tempatku biasa bekerja untuk mengundurkan diri. Dari sana, aku pulang ke kost untuk beristirahat karena hari ini super cape. Sesampainya di rumah aku yang penasaran pun langsung mencoba baju itu.

Woaw.

Baju seragamnya kayak baju pembantu di Jepang begitu. Cute banget. Mungkin untuk beberapa dari kalian jijik. Tapi beneran bagus kok! Ga senorak yang di komik-komik.

Baju dress berwarna hitam dengan rok sedikit diatas lutut, kaus kaki putih panjang, ada bandonya juga lagi. Aku dikasih 2 baju untuk ganti-gantian jadi bisa dicuci.

Aduh, jadi tidak sabar buat besok nih.

---
Author's POV

Setelah Katy pulang, nyonya di rumah itu pun berbicara kepada anak-nya.

"Ci. Kamu yakin anak masih kecil seperti dia bisa mengerjakan semuanya dengan baik dan benar?"

"Ya.. kalau anak muda kan tenaganya masih banyak mi.. jadi bisa ngerjain banyak hal. Lagian dari hasil tes tadi, dia yang terbaik kan?"

"Iya sih.. tapi kan dia terlalu kecil, nih liat datanya, lahir tahun 2000. Berarti masih 14 tahun."

"Padahal tadi aku kira dia umur 12 tahun." #Gara2Katypendek.
"Gak apa-apa mi.. masih muda, jarang sakit, jadi jarang absen. Mami mau punya pembantu suka absen?" Lanjut nona itu kepada ibu-nya.

"Gak sih.."

"Dia juga baru kehilangan orang tua-nya. Pasti sulit baginya buat mencari duit untuk sekolahnya." Ucap nona muda itu sambil menunjukkan sebuah data di selembar kertas yang berada di tangannya. Ibu-nya mengangguk sambil menunjukkan wajah prihatin.

"Lagian, waktu pertama kali liat dia, aku langsung merasa cocok loh," kata nona itu sembari memindahkan perhatian-nya dari kertas ke wajah ibu-nya.

"Iya mami juga, entah mengapa waktu ngeliat dia langsung sreg."

"Kenapa yah."

Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang