"Ketika debar jantung ini hanya untukmu, akankah rinduku bersambut? Saat angan hanya terisi gambarmu, akankah bahagia menghampiri? Cukup katakan ya, dan aku tahu bahwa kita adalah sebuah keharusan"
• ~~ • ~~ •
Suasana di aula tempat akan diadakan pameran sangat ramai. Siswa-siswi hilir mudik masuk dan keluar dari aula. Hari ini adalah hari terakhir sebelum acara seni resmi dibuka besok. Antusiasme siswa menyambut acara seni terasa memenuhi atmosfer SMA Nusa Pelita sejak pagi tadi. Tak sabar menunggu esok hari.
Persiapan acara seni sudah mendekati akhir. Aula sudah hampir selesai menghias diri. Beberapa karya siswa sudah ada yang terpajang di sepanjang sisi dalam aula. Menyisakan ruang kosong di tengah sebagai tempat berkumpul untuk menyaksikan puncak acara. Selama pameran, ruang kosong di tengah aula itu digunakan untuk pertunjukan langsung. Setiap dua jam, akan ada live music juga atraksi sulap selama 15 menit.
Rencananya pameran di mulai pukul delapan pagi sampai pukul empat sore. Pameran ini terbuka untuk umum. Dengan membayar tiket masuk-dan tetap mengenakan gelang khusus-pengunjung bebas untuk menikmati hasil karya seni dari pagi hingga menjelang pameran di tutup.
• ~~ • ~~ •
Ifabella berdiri menatap lukisan di depannya. Sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyum tipis. Mata coklat tuanya tak lepas dari buah karya tangannya itu.
Perasaan rindu perlahan muncul tanpa bisa ia bendung. Tanpa sadar tangannya bergerak menyentuh wajah laki-laki dewasa yang gagah itu.
"Aku merindukanmu, papa..." Rama yang hendak melangkah masuk, berdiri terdiam di dekat pintu masuk ruang seni. Tertegun mendengar kalimat yang meluncur dari bibir Ifabella. Langkahnya terhenti begitu saja melihat pemandangan di dalam ruangan.
Ifabella yang biasanya galak, meneteskan air mata tanpa suara. Gadis itu tidak terisak, tapi tangis dalam diamnya terasa lebih memilukan bagi Rama
Rama tak tahu seberapa besar pedih yang ditanggung Ifabella tanpa dibagi. Rama juga tak pernah tahu apa yang terjadi antara Ifabella dengan ayahnya. Tapi Rama bertekad untuk mencari tahu. Untuk menghapus sedih yang ada di mata Ifabella agar hanya bahagia yang terpancar dari mata bulat yang indah itu.
Perasaan sukanya perlahan berkembang menjadi sesuatu yang lebih besar. Bukan lagi cuma sekadar kekaguman semata, tapi perasaan ingin melindungi dan memberikan kebahagiaan pada Ifabella bertumbuh pesat setelah Rama semakin dekat dengan gadis itu. Mungkin dirinya sudah terjerat oleh Ifabella. Mungkin ia benar-benar telah jatuh cinta. Mungkinkah?
• ~~ • ~~ •
Lukisan Ifabella bisa dikatakan rampung. Hanya tinggal membubuhkan tanda tangan dan selesai!
Senyum bahagianya terbit tatkala pemikiran tentang memiliki gambar berdua dengan sang ayah akhirnya terwujud. Segera Ifabella mengusap pipinya, menghapus jejak air mata.
Ifabella tidak memiliki foto bersama ayahnya yang bisa ia pandangi dikala rasa rindu melanda dirinya. Tetapi lukisan ini bisa mewujudkan keinginannya menciptakan kenangan bersama laki-laki yang sangat dirindukannya itu.
Foto Reivan dan Isabella yang terpajang di atas meja belajarnya merupakan pemberian Bernadette. Itu adalah satu-satunya pengingat bagi Ifabella tentang ayah dan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IF... (On Hold)
Teen FictionIfabella Srikandi Sucipto pindah sekolah dari SMA Harapan Pertiwi karena dicurangi sahabatnya. Di sekolah yang baru, If bertemu dengan ketua OSIS yang langsung mengklaim If sebagai pacarnya. Tentu saja hal itu membuat If langsung memasukkan Rama seb...