"Bukan hanya ibu yang mengkhawatirkan anaknya. Ayah pun melakukan banyak hal dalam diam untuk melindungi buah hatinya. Tak butuh bisa terbang ataupun Mjolnir, seorang ayah tetaplah pahlawan bagi anak-anaknya"
• ~~ • ~~ •
Udara yang terasa panas tidak menghalangi semangat siswa SMA Nusa Pelita. Mereka menjalankan tugas masing-masing dengan hati senang. Pameran sudah berjalan 3 hari. Animo masyarakat juga cukup besar melihat jumlah pengunjung yang datang setiap hari. Semua siswa bekerja dengan antusias, tidak ingin mempermalukan nama sekolah mereka.
Ada rasa bangga pada masing-masing siswa melihat acara seni mereka berjalan dengan lancar. Bahkan bisa dibilang memuaskan. Target pengunjung sudah melampaui batas.
Tersisa 2 hari sebelum malam puncak. Biar bagaimana pun malam itu adalah puncak acara. Sukses tidaknya acara mereka tahun ini juga tergantung dengan bagaimana mereka menutup acara seni dengan meriah. Meski acara malam itu hanya untuk siswa dan tamu undangan, semua menunggu malam itu dengan hati berdebar. Termasuk para guru.
• ~~ • ~~ •
Sore sepulang sekolah setelah mengantarkan Ifabella pulang ke rumah seperti biasa, lagi-lagi Rama melajukan motornya menuju kantor Reivan. Hari ini agenda Reivan penuh, tetapi Rama tidak peduli. Selama Reivan masih belum menyetujui permintaannya, ia tidak akan berhenti menemui Reivan. Sebentar lagi acara seni di sekolah mereka akan selesai. Berarti kesempatan Rama untuk meyakinkan Reivan sudah tak banyak lagi.
Kantor pengacara yang terletak di daerah perkantoran itu terdiri dari 3 lantai. Ruangan yang dituju Rama berada di lantai teratas.
Rama bertemu Arjuna di depan ruangan Reivan. Senyum kebapakan laki-laki itu muncul saat melihat Rama.
"Semoga berhasil," sebuah tepukan ringan mendarat di bahu Rama. Rama mengangguk. Tersenyum mengucapkan terima kasih.
Penolakan Reivan di hari pertama dan dua hari setelahnya tidak menyurutkan nyali Rama. Apalagi setelah mendengar secara singkat hubungan antara Ifabella dan Reivan. Rama hanya ingin Ifabella selalu tersenyum bahagia, dan salah satu sumber kebahagiaan Ifabella adalah Reivan, selain dirinya tentu saja.
Rama membuka pintu dan masuk setelah mendengar suara Reivan menjawab ketukannya.
"Siang, Om" sapa Rama sopan seraya berjalan masuk menghampiri Rrivan yang sedang duduk di depan meja kerjanya. Sedikit menundukkan kepala sebagai bentuk rasa hormat.
Mendengar sapaan dari suara yang belakangkan ini terus mengganggunya, Reivan mengangkat pandangannya dari berkas-berkas yang sedang ia pelajari dan berdecak tidak senang.
Seketika rahangnya menjadi lebih kaku. Kedatangan Rama mengingatkan Reivan akan permintaan Rama tentang putri semata wayangnya, Ifabella.
"Tidak pernah ditolak?" Reivan tidak berbasa-basi. Suaranya terdengar dingin dan tidak bersahabat. Punggung tegapnya disandarkan ke sandaran kursi kerjanya. Kedua tangan terlipat di depan dada. Raut wajahnya datar dengan pandangan mengintimidasi lawan bicaranya.
Rama mengamati wajah laki-laki dewasa di depannya. Tampan dengan rahang tegas dan hidung bangir. Alis tebal menaungi bola mata yang serupa dengan Ifabella, tetapi keseluruhan profil wajah Ifabella tidak sama dengan Reivan, berarti Ifabella menuruni wajah ibunya, Rama menyimpulkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
IF... (On Hold)
Teen FictionIfabella Srikandi Sucipto pindah sekolah dari SMA Harapan Pertiwi karena dicurangi sahabatnya. Di sekolah yang baru, If bertemu dengan ketua OSIS yang langsung mengklaim If sebagai pacarnya. Tentu saja hal itu membuat If langsung memasukkan Rama seb...