14. It Happened Again

24 2 0
                                    

"Aku menyerahkan hatiku bukan untuk kau genggam kemudian hempas menyerpih, tapi untuk kau pupuk dengan kasih dan basuh dengan kejujuran"

• ~~ • ~~ •

Hari masihlah sangat pagi saat Ifabella sudah bersiap menyambut ceritanya dengan senyum. Menunggu kedatangan Rama yang akan menjemputnya dan bersama-sama ke sekolah. Perlahan matahari mulai memancarkan sinar lembut, menerobos setiap celah untuk membangunkan setiap makhluk hidup. Bersiap berjibaku dan menulis kisah mereka masing-masing.

Ifabella tersenyum kembali, masih tidak mempercayai apa yang terjadi kemarin. Bahagia segera membuncah dalam dada gadis itu, meski ragu masih terpatri.

Untuk pertama kali dalam hidupnya, Ifabella dikenalkan pada keluarga seorang teman laki-lakinya. Setelah misa usai, Rama membawa Ifabella ke rumahnya. Ada perasaan iri yang segera ia tepis melihat kehangatan keluarga Rama. Ayah, ibu dan seorang adik laki-laki membuat hidup Rama terlihat sempurna. Liliana, ibu Rama, adalah sosok yang supel. Suasana rumah menjadi hidup karena dirinya. Ayah Rama, Dasarata, berkebalikan dari sang ibu, lebih banyak diam dan hanya mengeluarkan pendapat bila dirasanya penting. Sedang adik Rama, Laksmana, tak jauh beda dari Rama. Semuanya membuat Ifabella merasa diterima. Hari Minggu siang yang biasanya Ifabella lewati sendiri, kini lebih berwarna.

Tapi ada yang mengganjal di hati Ifabella. Dulu sekali, Melisa pun seperti itu. Keluarganya juga menerima Ifabella dengan baik. Apakah Rama juga akan berlaku seperti Melisa? Menghempaskannya saat Ifabella menemukan kenyamanan?

Suara deru motor tertangkap telinga Ifabella. Menghela dirinya bangkit, Ifabella menghampiri Rama yang sudah membuka helm hitam miliknya.

"Selamat pagi, pacarnya Rama," sapa pemuda itu dengan cengiran khas miliknya. Ifabella membalas diiringi senyum tipis seperti biasa.

"Langsung berangkat?" Ifabella mengangguk singkat. Jantungnya mulai meningkatkan tempo debaran. Rona merah segera menghias wajah Ifabella yang sedang memakai helm putih miliknya. Bahagia yang membuncah tak mampu ia tepis. Kilasan acara makan siang kemarin kembali bermunculan. Hatinya menyenandungkan lagu milik Nikka Costa. Mengatupkan rahang sekuat mungkin, berusaha maksimal agar lagu itu tak lepas dari bibirnya. Ifabella sudah lama belajar untuk tidak mengumbar apa yang sedang dirasakannya. Memendam untuk ia nikmati sendiri. Reivan tidak menyukai hal itu.

Rama mengamati Ifabella dari spion motornya. Wajah gadis kesayangannya dihiasi semburat merah muda menjadikan Ifabella terlihat sangat menggemaskan. Bibir lembut Ifabella melukis senyum yang tertahan seakan enggan untuk membiarkan orang lain melihatnya. Binar cerah berpijar di bola mata cokelat tua gadis itu. Sepertinya Ifabella sedang bahagia. Senyum lebar Rama menjadi kekehan pelan ketika tanpa sadar Ifabella melingkarkan kedua tangan memeluk pinggang Rama.

"Takut gue hilang ya?" Seketika Ifabella tersadar, segera menarik lepas pelukannya yang digagalkan oleh genggaman Rama.

"Meluk gue secukupnya. Karena gue bisa kehabisan napas kalo lebih dekat dari ini," bisik Rama seraya menolehkan kepalanya ke belakang. Memyentak Ifabella hingga tarikan napas terdengar keras di telinganya sendiri. Rama tersenyum lebar dari balik kaca helm. Kemudian melajukan motor kesayangannya. Meliukkan kuda besi itu dengan lincah di antara kendaraan lain yang mulai memadati jalan. Mengantar mereka menulis kisah hari ini.

• ~~ • ~~ •

Semua berjalan baik-baik saja. Sekarang semua terlihat lebih indah bagi Ifabella. Tak ada yang lebih mendebarkan daripada berada di sisi Rama. Dengan Rama yang menemaninya, Ifabella merasa menemukan kembali semangat hidup. Hari-harinya kini lebih dinamis. Ada saja tingkah Rama yang bisa meningkatkan laju debaran jantungnya. Tidak hanya dengan perhatian dan gombalan receh yang mampu menghangatkan hatinya, tapi interaksi dengan keluarga Rama membuatnya merasa diterima. Beberapa kali bertandang ke rumah Rama, menjadikan Ifabella belajar memercayai bahwa apa yang sedang ia jalani bersama Rama adalah sesuatu yang baik. Hingga tak terasa sudah satu bulan berlalu dan semuanya masih baik-baik saja. Meski sesekali terdengar suara berbisik mengatakan bahwa Melisa butuh bertahun-tahun untuk menyakitinya. Tapi segera ia tepis dengan memperbesar keyakinan pada Rama.

IF... (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang