7. Jealous

34 3 0
                                    

"Aku tak butuh alasan untuk cemburu, sama seperti aku tak butuh alasan untuk mencintaimu"

• ~~ • ~~ •

Aula ramai, dengan tinggi tubuh Ifabella yang rata-rata, Rama sedikit kesulitan menemukan Ifabella di antara kerumunan teman-temannya. Matanya menjelajah mencari Ifabella.

Suara gelak tawa yang familiar mengalihkan pencarian Rama. Di sisi kanan aula, tampak Gilang, Satya, dan Bayu sedang bercanda. Ketiga sahabatnya yang tak pernah bisa diam bukanlah pemandangan yang aneh. Tetapi yang menarik perhatian Rama adalah sosok Ifabella yang sedari tadi dicarinya ikut bergabung dengan ketiga sahabatnya itu.

Senyum tipis yang menjadi ciri khas Ifabella sesekali terbit di wajahnya ketika tawa ketiga pemuda yang menjadi sahabatnya itu terdengar. Rama tak nyaman dengan apa yang dilihatnya. Ada perasaan tidak suka yang tiba-tiba terbit melihat Ifabella dekat dengan pemuda lain selain dirinya. Apalagi melihat betapa dekatnya posisi Gilang dan Ifabella.

Tergesa Rama menghampiri mereka. Menerobos beberapa siswa yang mengumpat terkena sambaran tubuh Rama.

"Ngapain lo dekat-dekat mereka?" Suara tak ramah Rama menghentikan tawa Gilang, Satya, dan Bayu. Raut wajah si ketua OSIS menekuk tak sedap dipandang.

"Kamu cemburu?" Pertanyaan Ifabella yang tanpa basa-basi mendiamkan Rama yang baru saja akan menyemprot ketiga pemuda di hadapannya.

"Cie...cie... ada yang cemburu nih..." goda Gilang yang disambut dengan tawa mengejek Satya dan Bayu.

"Duh... abang takut godain eneng... si eneng ada anjing penjaganya. Galak euy..." Gilang masih melanjutkan godaannya di tengah tawanya yang masih berlanjut. Begitu juga dengan Satya dan Bayu yang masih belum menghentikan tawa mereka.

Rama yang cemburu adalah hal baru bagi ketiga pemuda itu. Belum pernah sekalipun mereka melihat Rama bersikap ketus dengan wajah tak ramah.

Kalaupun Rama tak suka pada seseorang, pemuda itu lebih memilih diam atau melemparkan kalimat sindiran dengan cengiran khasnya.

Rama segera bergerak, berdiri di antara Gilang dan Ifabella. Menjauhkan gadis itu dari sahabatnya. Rama tahu bagaimana Gilang. Pemuda itu tidak akan menikung sahabatnya sendiri. Tapi Rama tetap tak mau mengambil risiko membiarkan Ifabella dekat dengan Gilang. Siapa yang tahu apa yang akan terjadi. Selama ia bisa mencegah hal-hal yang bisa membuat Ifabella menjauh darinya, Rama akan melakukannya.

Gilang cukup tampan. Dengan hidung mancung, kulit wajah bersih, dan tinggi badan yang hampir sama dengan Rama, cukup untuk menjadi daya tariknya. Sahabatnya itu juga tidak bodoh dan orang tuanya juga kaya. Tambahkan kepiawaiwan Gilang dalam bermain basket, maka lengkaplah hal-hal yang bisa membuat seorang gadis tertarik pada Gilang. Dan Rama tidak ingin Ifabella menyukai sahabatnya itu.

"Mereka bantuin aku bawa lukisanku ke aula. Kamunya kelamaan bengong di ruang seni." Ifabella bersuara menenangkan Rama yang tampak tak biasa. Rama menoleh ke Ifabella. Mendapati sorot mata cokelat tua itu meluluhkan sebagian emosi negatif yang sempat bercokol di dada Rama.

Dari sudut matanya, Rama bisa melihat ketiga sahabatnya senyum-senyum tak jelas. Membuat Rama sedikit malu. Tunggu saja, dirinya pasti akan menjadi bahan bully-an di grup.

"Lo kan bisa nunggu gue. Ngapain lo minta tolong ke mereka?"

"Kalo gitu, sekarang kamu turunin lagi lukisan aku, trus kita balik ke ruang seni. Jadi kamu bisa tolongin aku." Ajak Ifabella.

IF... (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang