2. New School and New Boy Friend

59 5 2
                                    

"Apalah arti sebuah nama. Bagiku kamu adalah takdirku."

• ~~ • ~~ •

Ifabella menyeret langkahnya perlahan memasuki gerbang SMA Nusa Pelita. Rasa enggan tampak dari wajahnya yang ditekuk tak ramah. Mengacuhkan sekitarnya, Ifabella berjalan menyusuri koridor menuju ruang guru untuk melaporkan kedatangannya. Ditemani Pak Arjuna, orang kepercayaan ayahnya, Ifabella bertemu dengan kepala sekolah. Setelah mendapat ucapan ramah tamah dari Ibu Rianti, sang kepala sekolah, Ifabella diantar ke kelas barunya. Pak Arjuna ikut mendampingi gadis berambut hitam itu menuju ke ruang yang akan menjadi kelasnya untuk enam bulan ke depan.

Ifabella mengembus napas pelan. Benaknya mengulang kembali rutinitasnya pagi tadi. Senin ini adalah hari pertamanya di sekolah yang baru. Ifabella bersiap dengan tidak rela. Dengan setengah hati ia memakai seragam dan sarapan. Dan sama seperti pagi-pagi sebelumnya, lagi-lagi ia sarapan sendirian. Sepanjang Ifabella bisa mengingat, tak sekalipun ia pernah menikmati sarapan bersama sang ayah. Pertemuan dengan ayahnya pun dalam sebulan dapat dihitung dengan jari.

Ifabella berharap agar kelasnya berada di lantai paling atas dan bertempat di koridor paling ujung. Agar perjalanan mereka tak berakhir. Entah mengapa rasa enggan untuk bertemu orang baru benar-benar menghampirinya dan tak juga pergi. Membuat tidurnya sudah tak nyenyak selama dua hari menjelang masuk sekolah setelah liburan semester yang disatukan dengan libur tahun baru.

• ~~ • ~~ •

"Wih, ada anak baru, bro. Keliatannya cakep tuh." Ucap Gilang dengan telunjuk kanan yang mengacung ke arah ruang kepala sekolah di bagian timur gedung. Pembahasan seru tentang kegiatan mereka selama liburan terhenti seketika. Tiga buah kepala serempak menoleh sesuai arah telunjuk Gilang. Termasuk Rama, si ketua OSIS.

Seketika Rama tertegun menatap sosok yang ditunjuk Gilang. Sepertinya ia mengenali gadis berambut sebahu itu. Sebuah nama langsung terlintas di benak Rama, Bella. Senyum tipis terbit di wajahnya. Dan ingatannya tentang seorang gadis manis yang agak pendiam dengan dekik kecil yang tampak bila ia tersenyum, muncul seketika.

Tetapi Rama tidak yakin sepenuhnya jika anak baru itu adalah Bella, karena seingatnya, gadis itu bersekolah di SMA Harapan Pertiwi. Apalagi jarak antara tempatnya duduk dengan ruang kepala sekolah cukup jauh. Membuat Rama meragukan penglihatannya.

"Siapa tuh?" Gantian Satya yang bersuara.

"Gue kan udah bilang anak baru...mana tahu namanya siapa. Lo ke sana gih, kenalan." Gilang menjawab Satya dengan gemas. Didorongnya pundak pemuda berambut keriting itu.

"Bella...!" sesuatu menggelitik hati Rama hingga tiba-tiba ia berteriak memanggil. Membuat teman-temannya berjengit kaget karena suara kerasnya. Tak hanya pintar dan tampan, Rama juga dikenal karena tingkahnya yang sableng.

"Woi! Kira-kira dong kalo teriak. Jangan di depan kuping gue. Mending kalo suara lo seksi. Ini ngalah-ngalahin suara bajaj." Bayu mengomel sambil menggosok telinganya yang berdenging.

Sosok yang dipanggil Rama menghentikan langkahnya. Begitu juga dengan laki-laki yang ada di sampingnya. Kepala gadis itu yang sedari tadi menunduk, terangkat sempurna, tetapi tidak menoleh mencari arah suara. Sesaat tampak laki-laki dan gadis itu berbincang, kemudian disusul gelengan kepala dari gadis berambut sebahu itu. Beberapa kali. Kemudian menunduk kembali.

IF... (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang