5. Memories

38 4 2
                                    

"Indah ataupun tidak, sebuah kenangan adalah bagian dari perjalanan hidup. Yang buruk bukan untuk melemahkan, yang manis menjadi penyemangat"

• ~~ • ~~ •

Dari tempatnya duduk, Rama memperhatikan seorang gadis yang sedang bersila di sebuah gazebo putih di hadapannya. Di atas meja di depan gadis itu terlihat beberapa buah buku terbuka. Sepertinya gadis itu sedang mengerjakan tugas.

Rambut hitam sebahunya dibiarkan tergerai tanpa hiasan. Mata bulatnya kadang menyipit. Bibir berwarna merah mudanya sesekali mengerucut dan menipis menampilkan dekik kecil yang manis di pipinya. Hidung mungil dan mancung. Sepasang alis yang tidak terlalu tebal menaungi mata bulatnya.

Wajah yang sempurna bagi Rama. Kerutan di dahi yang sesekali muncul menambah kadar manis di wajahnya. Gadis itu tampak serius menekuri buku di hadapannya hingga tidak memedulikan keadaan sekitarnya.

Rama memandang dengan perhatian penuh hingga tidak menanggapi percakapan Kael dan Baden. Mereka sedang beristirahat sejenak sebelum lanjut bermain basket.

"Manis ya..." sebuah suara menyadarkan Rama bersama dengan senggolan di bahu kiriny. Rama menoleh ke arah Kael.

Pemuda yang tiga tahun lebih tua darinya itu tersenyum penuh arti. "Namanya Bella. Teman sekelas adik gue. Anaknya sopan dan pintar. Tapi agak pendiam dan sedikit galak. Paling suka dengan jus alpukat dan macaroon. Dan cokelat dengan campuran almond."
Kedua alis Rama terangkat mendengar penuturan Kael yang cukup lengkap menurutnya.

"Lo naksir dia kan? Sepertinya lo harus saingan sama gue dan Baden," penjelasan Kael lebih lanjut membuat Rama terperangah. Terdengar kekehan Baden.

"Peluang lo kecil. Tinggal aja ga di Jakarta, gimana mau pedekate." Kali ini Baden yang berbicara.

Rama menghela napas. Baru saja ia menemukan gadis yang menarik perhatiannya, tapi halangan sudah di depan mata sebelum ia memutuskan bagaimana caranya ia bisa berkenalan dengan Bella.

Tak lama kemudian datang seorang gadis lain dengan rambut lebih panjang, membawa segelas minuman dan setoples camilan.

Rama mengenal gadis berambut panjang itu sebagai adik Kael, teman Baden, kakak sepupunya. Rama sempat berkenalan dan bertukar sapa dengan adik Kael itu sebelum diajak bermain basket di halaman belakang rumah Kael. Dari situ ia tahu kalau adik Kael duduk di kelas VIII seperti dirinya.

Kemudian samar-samar terdengar suara kedua gadis yang seumuran dengan dirinya, sedang membahas sesuatu.

"Lanjut lagi," ajak Baden. Segera Rama dan Kael berdiri mengikuti. Sejenak Rama memandang Ifabella sebelum berlari kecil menyusul kedua pemuda yang lebih tua darinya.

Ada debar yang tak biasa dirasakan Rama. Ada rasa tak biasa yang sedang menempati hatinya. Dan ada sesuatu di hatinya yang menggelitik, membuat Rama ingin selalu memandang gadis manis yang bernama Bella. Nama yang manis sesuai pemiliknya.

"Awas!!!" Suara lantang mengagetkan Rama hingga memutus pikirannya yang mengembara entah ke mana.

Bola basket sedang melaju dengan kecepatan penuh menuju ke arahnya. Refleks Rama menunduk untuk menghindar, tapi ternyata tindakannya itu membawa korban lain.

IF... (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang