10. February, Please Be Nice To Me

41 2 5
                                    

Indah berasal dari dalam diri. Ketika bahagia menyapa, keajaiban lahir tanpa kau pinta.

• ~~ • ~~ •

Riuh gelak tawa dan sapaan di aula bagai tak terdengar di telinga Ifabella. Begitu juga dengan Gilang yang memanggil-manggil.

Suara-suara yang perlahan memudar berganti denging yang memekakkan telinga mengiringi langkah cepat Ifabella yang setengah berlari menuju belakang panggung. Mencari pintu keluar lain yang digunakan para siswa sebagai akses masuk keluar hingga tidak mengganggu di pintu utama.

Tanpa memedulikan banyaknya tubuh yang ditabraknya, seluruh raga Ifabella bergetar pelan. Keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Debaran di dada semakin kencang. Ifabella bisa merasakan telapak tangannya perlahan mendingin. Ia tidak nyaman dengan keadaannya sekarang. Sungguh sangat menyesakkan.

Ifabella hanya ingin secepatnya pergi dari sekolah. Meninggalkan acara yang digadang-gadang menjadi puncak dari acara seni yang spektakuler. Tak ingin bertemu Rama hanya untuk menerima kejutan yang telah disiapkan pemuda itu.

Tapi keinginannya itu hanya sebatas keinginan yang tak terwujud.

"Untung aku menemukanmu. Tolong bantu aku, If." Sebuah suara tercekik menahan langkah Ifabella. Dengan berat hati Ifabella menoleh.

Seorang gadis yang ia tahu sebagai teman kelasnya menatap dengan pandangan memelas. Gadis itu terjebak dalam kostum yang akan dikenakannya. Pemandangan yang sungguh lucu bila suasana hati Ifabella sedang baik-baik saja.

• ~~ • ~~ •

"Lo liat pacar gue?" Tanya Rama sesaat ketika ia berada di hadapan ketiga sahabatnya.

"Lo yang pacarnya kok malah nanya gue?" Kening Rama berkerut mendengar jawaban Gilang. Terdengar jelas bahwa Gilang sedang dalam suasana hati yang buruk.

"Tadi jalan ke sana." Satya cepat-cepat menengahi. Kemudian menunjuk ke arah belakang panggung.

"Siapa?" Bayu bertanya, merujuk sosok di samping Rama.

"Oh...teman lama."

"Saking lamanya ga ketemu trus kangen-kangenan trus sampe lupa sama pacar sendiri?" sindir Gilang.

Rama mulai emosi. Ia tak merasa berbuat salah tapi ucapan Gilang seakan-akan ia telah berbuat dosa besar.

"Gue ga tahu lo ada masalah apa. Gue juga ga merasa berbuat salah ke lo. Gue tanya baik-baik, lo jawabnya nantang gitu." Rama meninggikan suaranya.

"Udah, udah. Lo sebaiknya cepetan ke belakang panggung. Sepertinya pacar lo ga baik-baik aja. Tadi...." Rama tak lagi menunggu Bayu menyelesaikan ucapannya. Mendengar Ifabella tidak baik-baik saja sudah membuat Rama takut.

"Dan lo!" Gilang menunjuk teman lama Rama. Wajahnya menggambarkan amarah yang sebentar lagi meledak.

"Pergi jauh-jauh dari Rama. Jangan sampai gue dengar Rama putus dengan pacarnya gara-gara lo! Gue bakal...."

Bayu segera menarik Gilang menjauh.

"Maafin teman gue." Satya mewakili Gilang meminta maaf. Lalu berbalik menyusul Bayu dan Gilang. Meninggalkan teman lama Rama berdiri termangu sendirian.

"Salahku apa?" Pertanyaan itu terucap pelan.

• ~~ • ~~ •

IF... (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang