"Be strong, don't be afraid. Berdiri dengan kakimu sendiri, lakukan dengan seluruh kemampuanmu, dan biarkan Tuhan mengerjakan bagian-Nya"
• ~~ • ~~ •
"Bella..." Bernadette mengusap puncak kepala Ifabella berulang-ulang. Cucunya itu sesekali masih terisak.
Tadi siang, Ifabella pulang dengan sesegukan. Baju seragamnya bernoda darah kering. Begitu juga jemari dan beberapa titik di sudut wajahnya.
Rambut panjang cucu kesayangannya itu mencuat lepas dari ikatannya.
Rasa panik langsung menguasai Bernadette. Bergerak cepat perempuan yang sudah berusia lebih dari setengah abad itu menghampiri Ifabella yang mematung di ambang pintu dengan bersimbah air mata. Dengan lembut ia membawa anak perempuan berusia 7 tahun itu ke dalam dekapannya. Tak ada pertanyaan yang terucap, hanya pelukan hangat dan elusan konstan di kepala Ifabella.Perlahan Bernadette mengurai pelukannya, menegakkan tubuh. Membimbing Ifabella ke dalam rumah. Membantu gadis kecil itu membersihkan diri kemudian menggiringnya ke ruang makan.
Bernadette membiarkan Ifabella menikmati makan siangnya dalam diam. Menunggu cucu perempuannya berbagi cerita. Biasanya Ifabella akan menuturkan kisahnya di sekolah dengan semangat. Tangannya akan ikut bergerak-gerak melengkapi kejadian yang dialaminya selama di sekolah.
"Kau ingin istirahat, Sayang?" Bernadette bertanya setelah Ifabella menyelesaikan makan siangnya. Ifabella menggeleng. Kemudian gadis kecil itu menarik pelan tangan Bernadette menuju ruang keluarga. Mendudukkan wanita paruh baya kesayangannya di sofa panjang. Setelahnya, Ifabella ikut duduk di samping Bernadette.
"Oma tidak mau bertanya sesuatu pada Bella?" Suara Ifabella terdengar lirih.
Bernadette menolehkan wajahnya ke arah Ifabella. Tersenyum lembut sebelum berucap, "Ceritakan apa yang ingin kau ceritakan, Sayang. Kalau Bella sudah siap, maka Oma akan mendengarnya dengan senang hati."
Senyum di wajah Bernadette semakin melembut dan menenangkan melihat jemari Ifabella saling meremas. Tanda bahwa gadis itu sedang gelisah dan Ifabella diliputi perasaan bersalah.
"Tapi bila Bella belum mau bercerita, Oma tidak akan memaksa. Ceritakan saat Bella mau." Ucapan Bernadette membuat Ifabella langsung menghambur memeluk tubuhnya.
"Ifabella udah bikin dosa di sekolah." Kemudian cerita mengalir dari bibir Ifabella diselingi dengan isakan tertahan.
• ~~ • ~~ •
"Apa Bella akan masuk neraka, Oma?" Pertanyaan itu meluncur setelah Ifabella selesai bercerita.
Sambil menatap Ifabella yang sekarang membaringkan kepala di atas pahanya, Bernadette balas bertanya, "Apa yang Bella rasakan saat melihat anak kucing itu disakiti?"
Ifabella menatap Bernadette dengan pandangan tidak mengerti, tapi tak urung ia menjawab, "Bella kasian liat anak kucing itu." Pandangan Ifabella menerawang mengingat peristiwa saat akan pulang sekolah tadi.
Ketika itu Ifabella sedang menunggu jemputan. Tiba-tiba sebuah suara mengusik indera pendengarannya. Merasa penasaran, Ifabella mencari sumber suara itu. Ternyata tak jauh dari tempatnya menunggu, bergerombol beberapa anak laki-laki seusianya. Mereka sedang berjongkok mengerumuni sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
IF... (On Hold)
Teen FictionIfabella Srikandi Sucipto pindah sekolah dari SMA Harapan Pertiwi karena dicurangi sahabatnya. Di sekolah yang baru, If bertemu dengan ketua OSIS yang langsung mengklaim If sebagai pacarnya. Tentu saja hal itu membuat If langsung memasukkan Rama seb...