Part 32

905 78 8
                                    

Previous Chapter

"Bukannya kau sedang menguji Kyuhyun, yeobo?"

"Memang."

"Lalu kenapa kau membantunya mendekati Siwonnie kita?"

"Karena aku tahu dia yang bisa membahagiakan Wonnie."

"Yeobo..."

"Ayo. Kita tinggalkan mereka berdua dulu."

"Sebentar yeobo. Jika memang kau bermaksud membantu Kyuhyun, mengapa kau memberinya waktu tiga bulan dan menempatkan Heechul di sisi Siwon. Wanita secantik dan seseksi Heechul itu bisa membuat Kyuhyun salah paham dan mungkin membuatnya merasa minder dan mundur dari perjuangannya mendapatkan Siwonnie."

"Jika dia melakukan itu, berarti dia bukan jodoh Siwonnie. Tapi aku yakin Kyuhyun justru akan terpacu dengan kehadiran Heechul. Lalu masalah tiga bulan itu sayang, yah... Katakan saja itu untuk motivasi Kyuhyun."

"Kau tidak..."

"Yo know me so well."

"Too well."

"Ahahaha... Sudahlah. Kita pergi sekarang. Biar Siwon yang mengantar Kyuhyun. Sebastian."

"Saya tuan."

"Siapkan satu mobil untuk Siwon. Satu mobil untuk monyet kuning dan ikan manis itu, dan satu lagi untuk menjemput Hangeng. Suruh Heechul yang pergi menjemputnya."

"Baik tuan."

"Kau benar-benar merencakan semuanya dengan matang yeobo."

"Tentu Jiyongieku tersayang. Aku selalu merencanakan yang terbaik untuk orang terkasihku. Kita pulang sekarang ratuku?"

"Setelah anda, rajaku yang tampan."

.

.

.

Second Month

Langkah kaki seorang pria terasa berat setiap menapaki anak tangga batu yang menuju ke sebuah pemakaman. Tampak sebuah tas keranjang besar berisi dua buah buket bunga, satu botol wine dan dua foto dibawa oleh sang pria. Dia terus melangkah sampai dia mencapai tujuannya.

Pria itu menatap dua buah batu nisan sebelum tubuhnya dia bungkukan dalam, memberi penghormatan kepada dua nisan yang merupakan tempat peristirahan terakhir dari kedua orang yang begitu dia sayangi dan hormati sepanjang hidupnya.

Dia lalu duduk di depan makam tersebut lalu mengambil satu per satu buket bunga tersebut dan meletakannya di masing-masing nisan. Dia juga mengeluarkan botol wine beserta tiga gelas. Dua gelas untuk diletakan di dua nisan dan satu gelas dia pegang sendiri.

Menuangkan wine dengan perlahan sebelum membenturkan pelan gelasnya dengan dua gelas di nisan tersebut, bersulang akan sesuatu, kemudian meminum isi gelas itu tanpa menyisakan sedikit pun.

Begitu dirinya menghabiskan isi gelas tersebut, dia lantas menyimpan gelasnya di dalam tas lalu kembali menatap kedua nisan tersebut. Matanya sedikit berkaca-kaca walau tersungging senyuman di wajahnya yang tampan. Pria tersebut menarik nafas sebelum membuangnya perlahan.

"Apa kabar appa, umma?" tanyanya seolah-olah ada yang bisa menjawab pertanyaannya tersebut.

"Maaf, aku baru bisa datang sekarang. Begitu banyak yang terjadi sehingga aku sempat melupakan appa dan umma." Akunya sedikit menyesal. Keheningan masih menjadi temannya karena memang tidak mungkin ada yang bisa membalas perkataannya tetapi hal itu tidak menyurutkan niatnya untuk terus berbicara.

Someday We'll KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang