Perfect husband

2.3K 199 26
                                    

-
-
-
-
Tangan nya masih berkedut nyeri,Ia menatap beberapa plaster serupa tan kulit nya,Menempel di punggung tangan"Naruto...tangan mu tak apa?"tepuk Sasuke,di bahu berbalut kaos tipis itu.

Naruto menggeleng pelan"Bagaimana?,bagaiman pria itu?"

Sasuke menghempas nafas kasar"Cukup...sangat parah,Ia hampir kehabisan oksigen dan ada pendarahan di otaknya"jelas Sasuke.

"Itu terdengar buruk"pendek Naruto.

"Haha...setidaknya Ia takan menuntut mu dalam waktu dekat"hibur Sasuke kering.

Naruto menyeka peluh nya,Ia bersandar kaku di kursi rumah sakit itu.
"Lalu sekarang apa?,bagaimana perasaan mu?"tanya Sasuke.

"Sedikit lega,setidaknya aku tahu siapa ayah bayi itu"lemah Naruto.

Sasuke tersungging pahit"Kau benar-benar yakin itu bayi Toneri?"

"Seperti yang si brengsek itu bilang...aku tangguh di luar tapi payah di ranjang"Naruto terkekeh sendu.

"Ck,sejak kapan kau rendah diri seperti itu?,Kau akan kembali ke Tokyo?"

"Ya,besok penerbangan pertama"

"Apa kau akan mengatakan yang sebenarnya pada Hinata?maksudku tentang Toneri?"tanya Sasuke ragu.

Naruto menggeleng,tegas"Bayi itu bayi Hinata,bayi kami"tegas Naruto.

"Bagaimana jika Ia tahu bayi yang dikandungnya itu anak Toneri?"

Naruto menunduk dalam"seperti yang Toneri katakan,kita tunggu sampai bayi itu lahir."Naruto tersenyum sedih."Aku berharap anak itu mirip Hinata...,"nanar matanya.

"Baiklah kalau itu keputusan mu.Aku selalu mendukung mu"ujar Sasuke.

Naruto merangkul sahabat nya itu"Terimakasih."
"Aku fikir,kau masih mau membuat perhitungan dengan ku?!"tawa Sasuke.

"Ya...kau uruslah Otsutsuki itu,dan aku memaafkan mu"senyum Naruto mengembang.
"Baiklah itu setimpal"lontar Sasuke,seraya menepuk bahu kokoh sang sahabat.




Hinata menatap kosong dari serambi kamar nya.
Angin musim gugur bertiup,merontokan daun-daun kering.
Dari atas Ia melihat sebuah taxi berhenti didepan pagar tinggi itu.

Naruto melambai dari bawah sana,bersama tas punggungnya.
Segera wanita itu menyembunyikan sembab matanya,tersenyum membalas lambaian sang suami.

"Hinata..aku merindukanmu"peluk Naruto hangat.
"Mengapa tak mengabari ku?,aku akan menjemputmu di bandara"Hinata merengkuh pria nya,hampa.

"Hoho,aku takut kau lelah...maksudku kalian.Bagaimana,Ia baik-baik saja kan?"tanya Naruto seraya mengelus perut itu.

"Naruto..mengapa kau bersandiwara semanis ini?"batin Hinata.
"Ya,Sakura sangat membantu..."jawab Hinata.

"Baiklah,kita masuk"Naruto menggiring sang istri.

Naruto membuang tas dan jaket nya,segera membanting tubuh di ranjang empuknya"Huh..senang nya kembali ke rumah"

Hinata membawa teh nya,tersenyum sendu."Kau lelah?"
Naruto diam tak menjawab"Hei,apa ini?....matamu bengkak??apa kau menangis?"Tanya Naruto meraih wajah cantik itu.

Hinata menggeleng menahan isak nya"Ini hanya tentang bayi nya"

Naruto menatap cemas"Apa terjadi sesuatu dengannya?"

Hinata kembali menggeleng"Bukan dia..."tangannya memegang perut itu."Tapi ayah nya...!"kini air mata itu tak tertahan lagi.

Naruto tertegun sejenak"Maaf,jika belakangan ini aku kurang memperhatikan mu dan kehamilan mu...Aku berjanji sekarang aku sudah siap"Naruto meyakinkan.

Glass HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang