Darin Pov
Tok tok tok
Ceklek.
"............."
Gue membuka pintu saat tahu ada yang mengetok pintu. Yang datang ternyata Bima. Baik gue maupun dia saling diam. Ini hari minggu, hari tenang. Pengen banget gak mau lihat dia atau siapapun itu yang bisa bikin bad mood.
"Wa'alaikum Salam." Ucap gue.
Dia gak nyapa atau memberikan salam sama sekali, kan jadi bingung daripada saling diem sampe siang. Mending salam duluan.
"Assalamu'alaikum." Jawab dia.
Salam yang rancu. Dengan wajah yang masih menahan amarah kayaknya, dia hanya terus menatap gue dan gak berniat untuk masuk rumah. Gue tau, gara-gara kejadian di kantin itu pasti dia jadi bersikap seperti ini.
Gue masih bertahan dengan memandang balik mata yang selalu melotot itu, tanpa ekspresi.
"Gue gak ada waktu, inti masalah disini adalah lo jangan ganggu Si Indah. Cewe itu udah gue booking, lo udah punya Gigi. Jadi jangan ganggu dia." Ucapnya sambil menyilangkan tangan di depan dada.
"Oh, Lo suka sama dia?"
"Eh buseet bukan, dia kan udah jadi pacar pura-pura gue. Jadi jangan di ganggu lagi!"
"Yaa masa aja gak boleh deket banget." Oke gue pancing coba.
"Hee ntar dia jadi suka sama lo, terus gue sama Anggi dong!!!" Histeris banget.
"Ya udah mau gimana lagi."
"Aduhhhh darahh tinggi gue.!! Gak boleh, dia bakal sama gue pokoknya."
"Nah, berarti lo pengen beneran pacaran sama dia."
"Eh? Ya gak lah, cuma gue pengen dia terus jadi pacar pura-pura gue sampe kalian nikah ntar."
Ya ampun, ngarep banget dia. Bima terlalu serius sama perjodohan ini, ya gue akui awalnya juga gue rada panic. Tapi kalau dipikir lagi, Oma kan cuma mau kenalin Anggi lebih deket lagi sama gue maupun Bima. Walau sebenarnya kami udah kenal dari kecil. Dengan harapan jika memang tertarik ya di jodohkan. So? Itu sih gimana kitanya aja, hati kita bicara apa. Toh nasib atau takdir cuma Tuhan yang tau, intinya gue lihat disini Oma gak maksa. Tapi Bima kelewat serius dan ketakutan di jodohin. Anggi juga mungkin jodohnya bukan gue atau Bima. Siapa yang tau sih.
"Bim, kalau lo kesini cuma mau ngomong itu aja. Gue permisi mau ke kamar gue dulu ya." Ucap gue mulai bosan.
"Bentar Rin, gue jadi penasaran. Lo jangan-jangan ada hati ya sama Indah?"
"Kalau ia kenapa?" Sebenarnya sih gue asal ngomong aja, tapi kalau dipikir mungkin gue harus ngasih pelajaran sama dia.
"Duhhh lo punya obat sakit kepala gak??" Sekarang dia berdiri panik sambil memegang kepalanya.
"Ada tuh di dapur."
"Ahrggghhhhhhh awas ya, gue gak main-main." Katanya menatap gue jengkel, dan melewati gue menuju dapur.
Dia kurang peka, Indah juga sama. Sepertinya mereka sama-sama saling suka tapi mereka sama-sama gak sadar, sifat egois mereka lebih dominan. Mungkin gue harus kasih 'sentuhan' sama mereka berdua agar mereka tau dan menyadari perasaannya.
Sejak kapan gue peduli gini?
let's start the game.
☻☻☻
"Pak Sodikin gak masuk teman-teman, dia ngasih tugas halaman 102. Kalau bisa sekarang dikumpulin. Tapiiiii setuju dong woyyyy besok aja kita kumpulinnya, gimana gimana?????"
KAMU SEDANG MEMBACA
Evil Girl
Humor(COMPLETE) Dia ditakuti, dia disegani, dia dibenci. Dia keras kepala, dia pemberontak, dia tidak peduli. Sampai suatu nasib menghampirinya, dan membuatnya belajar banyak arti kehidupan yang sayangnya..tidak pernah ia pedulikan selama ini. Takdir jug...