Evil Girl 15

12.6K 577 13
                                    

Darin Pov

So?”

“Sementara waktu gue boleh nginep barang sehari aja di sini?”

Hmm, oke gue akhirnya mengangguk sebagai jawaban. Sudah dipastikan Indah mendapat kabar dari kedua orangtuanya, kalau di depan rumahnya banyak sekali orang ramai berseragam putih abu-abu berkerumun. Aduh kata-katanya rumit ya? gitu aja deh pokoknya. Jadi dia disuruh sama ortunya buat jangan pulang dulu hari ini. Karena situasi yang sangat tidak memungkinkan untuk selamat sampai rumah. Jadi malam ini gue harus 1 ruangan sama buronan sekolah. Hebat.

“Duh gapapa nih?” Tanyanya memelas.

“Ya abis mau gimana lagi?”

“Ya gak, gue gak enak aja gitu sama lo. Mana kita cuma berdua lagi.”

“Hem? emang kenapa kalau cuma berdua?” Jawaban yang logis. Bener kan gue?

“Hah ohh itu anuu gak, gak gak jadi ha-ha.” Dia kenapa, salting gitu.

“Kalau lo gak enak sama gue, ya lo mau pulang juga gue gak masalah kok.” Gue hempaskan tubuh gue di sofa ruang tengah apartemen gue.

Oh ya, gue sama Indah ada di apartemen gue. Gue gak mau bawa dia ke rumah gue, bukannya apa. Nanti Si Bima ke rumah gue lagi nyariin anak ini. Males.

Indah masih mematung berdiri resah di dekat pintu. Perasaan tadi udah gue bawa ke rumah sakit buat meriksain sakitnya, apa sakit jiwanya sekarang yang kumat. Kelakuannya aneh, tengok sana sini, wajahnya tegang, usap-usap tengkuk. Oh gue baru ngerti dia kan buronan, pasti naluri malingnya muncul sekarang. Jangan disini kali Ndah.

“Lo kenapa? sini duduk!” Ujar gue dan menepuk-nepuk sofa di sebelah gue.

“Ini apartemen lo sendiri?” Tanyanya dan beranjak mendekat ke sofa.

“Ia.” Gue memejamkan mata dan menyandarkan pundak gue ke sofa lalu memijat-mijat pelipis gue. Apa ya gue merasa pusing.

“Hebat.” Responnya.

“Pusing?” Sambungnya lagi.

“Ia, gue ke kamar dulu ya. Mau tidur biar gak berat banget.” Lalu gue pun beranjak dari sofa lalu berdiri terdiam sebentar.

Gue lihat banyak banget kupu-kupu di depan mata gue. Gue urungkan niat gue masuk kamar dan kembali duduk, karena ternyata pusingnya parah mendekati pingsan. Gue mengusap-usap wajah gusar. Sangat-sangat pusing.

“Gak ada makanan Ndah, lo masak mie aja. Ada tuh di dapur, udah itu makan obat lo yang tadi gue tebus di rumah sakit. Gue mau tidur disini aja deh.” Tutur gue lumayan panjang lebar.

Saat hendak ingin mentidurkan badan gue di sofa, sebuah tangan mungil mencekal gue agar tidak jatuh di permukaan empuknya sofa. Gue membuka mata lebih lebar, dan gue mendapati Indah yang berhadapan sama gue dengan tampang polosnya.

“Biar gue pijitin.” Ucapnya halus.

Lalu tangan Indah naik ke kepala gue, menyentuh kedua sisi pelipis gue dan mulai memijat dengan sangat hati-hati namun sangat nyaman. Dia ada bakat jadi tukang pijat gue jamin.

Gue menikmati pijitan Indah, dia pinter banget mijit. Badan gue langsung rileks, dan mata gue terpejam menikmati pijatannya. Sesaat gue seperti sudah bermimpi, hawanya nyaman jadi bikin ngantuk.
Di tengah kesadaran itu gue rasa gak menikmati pijitannya aja. Gue merasa betah sama aroma tubuh Indah yang cuma beberapa jengkal sama gue. Wangi khas parfume yang fresh di campur bau keringetnya kayaknya, soalnya agak asem dikit. Tapi gak tau itu malah bikin gue nyaman. Desahan halus nafasnya di wajah gue, gue baru sadar wajah kita deket banget berarti. Gue gak tau karena gue memejamkan mata terus.

Evil Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang