Prolog

6.2K 534 61
                                    

Seokjin memandang sebuah peti kayu yang dibakar di hadapannya dengan nanar. Matanya berkabut sebab air mata yang bersiap tumpah ruah. Bae Irene telah pergi meninggalkannya dan kini ia harus menyaksikan jasad istrinya itu dibakar hingga menjadi abu. Sesak melanda dada Seokjin. Kenangan demi kenangan yang ia lewati bersama Irene terputar bagai film dokumenter di benaknya.

Kata-kata Irene sebelum meninggal pun bergema di tempurung kepalanya.

Irene meninggal akibat pendarahan pasca melahirkan. Dokter sudah memberikan peringatan sebelum Irene melahirkan; Irene akan meninggal karena suatu penyakit dideritanya jika ia tetap melahirkan bayinya. Irene bersikukuh untuk melahirkan bayinya. Wanita itu tahu bahwa ia akan pergi beberapa jam kemudian setelah bayinya lahir, maka ia menulis surat-surat untuk putrinya, sebagai hadiah di setiap ulang tahunnya.

Seokjin tak bisa melakukan apa-apa, selain memeluk Irene sambil menangis. Seokjin berkali-kali meracau, "Jangan pergi, Irene..."

Irene menangkup wajah Seokjin, berusaha tersenyum walau air matanya mengalir deras, "Jangan menangis, Seokjin. Kau jadi tidak tampan kalau menangis."

"Jangan pergi."

"Aku akan selalu bersamamu." Irene lalu menunjuk dada Seokjin, "Di sini."

Tangis Seokjin kembali pecah.

"Aku ingin menggendong putri kita, Seokjin-ah." pinta Irene.

Seokjin beranjak keluar sebentar. Ia menggendong putri kecilnya yang berada di ruangan khusus para bayi yang baru lahir.

Irene menggendong putri kecilnya dengan senyum bahagia. "Wajahnya sangat mirip denganmu. Matanya dan hidungnya persis seperti dirimu." kekeh Irene. Irene lantas mencium dahi bayi kecilnya. "Ibu mencintaimu, Nak."

Bibir Seokjin mengatup rapat.

"Seokjin?"

"Y-ya?"

"Tolong beri nama anak kita Jisoo," pinta Irene membuat Seokjin terbelalak. Irene memandang suaminya dengan sorot mata yang sulit diartikan. "Berjanjilah kau akan selalu mencintai dan menjaganya."

Seokjin menelan ludahnya yang terasa pahit. "Aku janji."

Beberapa jam berikutnya. Irene benar-benar pergi meninggalkannya. Seokjin kehilangan separuh jiwanya. Tidak ada kesedihan yang mengalahkan kesedihannya. Dia telah kehilangan istri tercintanya.

Bagaimana kedepannya ia mampu menjalani hari-harinya tanpa Irene?

Akankah suatu saat ia menemukan penawar untuk lukanya yang menganga lebar akibat ditinggalkan?

•••

Republish:
9 Juli 2020

Remember Moonlight | Jinsoo ft. Irene✔ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang