Tzuyu berlari menyusul langkah Jisoo. Namun seseorang muncul mendadak di depannya, menghadang jalannya. Seorang pria dengan postur tubuh yang sedikit lebih tinggi dari Tzuyu. Pria itu mengenakan kacamata hitam, sehingga Tzuyu tak bisa melihat tatapannya dengan jelas. Wajahnya bulat dengan pipi gembul dan hidung mancung.
"Kau mau apa di sini, Nona?" Laki-laki itu menyilangkan kedua tangan di depan dadanya, "tempat ini khusus anak-anak. Kau penyusup, ya?"
"Apa—"
"Sebaiknya kau pergi dari sini."
"Hei, jaga bicaramu," sergah Tzuyu tak terima, "Aku ini bibinya Jisoo. Aku ke sini untuk mendampingi keponakanku."
"Sejak kapan Chef Jisoo punya bibi dan mengajak bibinya ke mari? Jangan mengada-ngada!"
"Nama keponakanku juga Jisoo," jawab Tzuyu jengah. "Dia salah satu peserta cooking camp. Bukankah nama yang sama antara satu manusia dengan manusia lain sudah menjadi hal yang lumrah?""Tidak ada peraturan peserta didampingi oleh orang tua atau wali di acara ini."
"Lalu? Memangnya kenapa? Tidak dilarang juga, kan?" sarkas Tzuyu. "Tidak perlu banyak bertanya dan bicara, kau ini cerewet sekali, memangnya kau siapa?"
Laki-laki itu melepaskan kacamatanya dari wajah. "Kau tidak tahu siapa aku? Aku—"
"Aku tidak tahu dan tidak mau tahu!" kata Tzuyu tegas, kemudian melangkah meninggalkan lelaki itu yang kini ternganga.
Kemudian, lelaki berpipi gembul itu, Jung Chanwoo, menarik sudut bibirnya, "Cantik cantik galak."
•••
Ayahku sayang, maaf karena aku pergi tanpa izin ayah. Tapi aku benar-benar ingin mengikuti cooking camp. Ayah tidak perlu khawatir, aku bersama bibi Chou. Bibi Chou akan menjaga dan mengawasiku dengan baik. Meskipun dia bar-bar, dia sangat baik, bukan? Sekali lagi maafkan aku.
Aku mencintaimu.
Kim Jisoo
Seokjin mengesah berat usai membaca secarik surat berisi tulisan putrinya. Ia mengusap wajahnya, mengeluh pada Eunsoo yang tengah membersihkan rumah menggunakan vacum cleaner. "Ibuuuu, kenapa kau membiarkannya pergi?" rengeknya.
"Biarkan saja, anakmu itu ingin belajar, kenapa harus dilarang?" sahut Eunsoo tanpa menatap Seokjin.
"Ibu, kau tidak mengerti."
"Kau yang tidak mengerti, Kim Seokjin," kesal Eunsoo lalu melenggang pergi menghilang dari pandangan Seokjin.
Seokjin semakin cemberut. Ia menekuk wajahnya dalam-dalam, menumpu pipi dengan kedua tangan.
"Jisoo, pulanglah," Seokjin menggigit bibirnya gusar, "Ayah merindukanmu."
Jisoo bahkan baru pergi beberapa jam lalu, tetapi bagi Seokjin—rasanya anak itu sudah pergi bagaikan satu bulan.
"Ayolah... Seokjin, jangan seperti ini," Eunsoo mendadak kembali muncul dan duduk di samping Seokjin. "Jisoo saja selalu sabar setiap kau sibuk bekerja sampai tidak memiliki waktu untuknya. Masa kau tidak terima kalau dia pergi?" tutur Eunsoo, membuat Seokjin seketika membisu. "Jisoo masih anak-anak. Ia membutuhkan kebebasan bereksplorasi agar pengetahuannya luas. Jangan melarang anakmu untuk belajar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Moonlight | Jinsoo ft. Irene✔ [COMPLETED]
Fanfiction"Aku masih ingat bagaimana caramu tersenyum ketika memandang cahaya rembulan." Sejak kematian istrinya, Kim Seokjin menjalani kehidupan dengan status 'single parent'. Ia tidak memikirkan perkataan orang-orang yang memberikan saran agar ia sebaiknya...