19. The Truth Untold

2.3K 277 107
                                    


"Jika jatuh cinta adalah pilihan, mengapa aku tidak bisa memilih untuk berhenti mencintaimu?"

•••

Dunia seakan berhenti berputar. Seokjin seolah lupa bagaimana caranya berpijak. Separuh jiwanya melayang, kesadarannya menghilang, kerja otaknya lumpuh, luka menyebar ke seluruh permukaan hatinya, sedang kedua matanya hanya tertuju pada seorang wanita yang kini terbaring tak berdaya di atas ranjang rumah sakit.

Seokjin merintih. Kesakitan menggerogoti dadanya. Ia tak tahan melihat Kim Jisoo berada di dalam ruangan serba putih itu, memejamkan mata dengan berbagai alat yang menempel pada tubuhnya.

Jisoo sudah ditangani dokter dan perawat. Beruntung, Seokjin membawa Jisoo ke rumah sakit tepat waktu. Kalau terlambat sedikit saja, nyawa Jisoo tidak akan bisa terselamatkan.

Tuhan masih berbaik hati menyelamatkan Jisoo.

Tetapi, Seokjin masih merasa ini tidak adil. Mengapa harus Jisoo yang mengalami kecelakaan itu? Mengapa tidak dirinya saja? Berulang kali Seokjin menyalahkan dirinya sendiri. Ia merutuki betapa bodoh dirinya yang telah menyebabkan Jisoo celaka.

Seandainya ia tidak keras kepala mendahulukan egonya, kecelakaan itu tidak akan terjadi.

Tangan Seokjin menyentuh jendela ruangan di mana Kim Jisoo berada. Seokjin masih tidak diperbolehkan masuk ke dalam ruangan.

"Soo-ya..." rintih Seokjin.

"Oppa." Tzuyu menyentuh bahu Seokjin. Ia merasa tidak tega melihat sepupunya itu sejak beberapa jam lalu menangis selama melihat Jisoo. Tzuyu masih tak mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi—ia hanya tahu Jisoo mengalami kecelakaan tanpa tahu penyebabnya apa. Tzuyu membantu menangani Jisoo. Syukurlah, Jisoo berhasil selamat meski keadaannya kritis. "Sebaiknya kau pulang dulu. Kau butuh istirahat. Biar aku yang menjaga Jisoo Unnie. Dia akan baik-baik saja."

"Aku tidak mau."

"Bibi Eunsoo mengkhawatirkanmu. Pulanglah, percaya padaku... aku akan menjaga Jisoo Unnie dengan baik. Kau juga butuh istirahat." ujar Tzuyu lembut. "Semuanya akan baik-baik saja, Oppa..."

Bahu Seokjin gemetar. "Ini salahku, Tzuyu-ya. Dia celaka karena aku..."

"Dia akan segera bangun," Tzuyu tersenyum pedih, "pasti." Tangan Tzuyu terjulur mengusap-usap punggung Seokjin. "Tenangkan dirimu, dan istirahatlah."

"Seokjin-ssi!"

Tzuyu menoleh dan menemukan seorang pria mendekat. Sementara Seokjin tetap bergeming. "Apa yang terjadi?" Napas pria itu memburu. "Seokjin-ssi!" Suho meninggikan nada suaranya karena Seokjin tak menghiraukannya.

"Oppa, jangan diam saja," tegur Tzuyu, berbisik. "Dia bertanya padamu."

Mengembuskan napas perlahan, Tzuyu berujar pada Suho, "Maaf, Tuan... bisakah kita bicara empat mata? Aku akan menjelaskannya padamu."

"Apa kau tahu apa yang telah terjadi pada Kim Jisoo?" tanya Suho.

Tzuyu menggelengkan kepala. "Aku masih belum tahu kejadian yang sebenarnya. Seokjin Oppa masih syok dan belum mau berbicara perihal kejadian yang menimpa Jisoo Unnie. Berilah dia sedikit waktu untuk menjelaskannya nanti."

"Aku yang membuatnya celaka," suara Seokjin tiba-tiba. Kepala Suho dan Tzuyu tertoleh bersamaan ke arahnya. Seokjin berjalan mendekat dengan lunglai, "Mianhae, Suho-ssi... aku yang membuat Jisoo seperti ini. Ini semua salahku."

Remember Moonlight | Jinsoo ft. Irene✔ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang