"Meeting you was like listening to a song for the first time...
...and knowing it would be my favorite."
•••
Pada malam itu, hujan turun cukup deras. Irene berada di ruang keluarga, menikmati tontonan televisi yang menayangkan berita-berita di Korea. Dibanding menonton drama, Irene lebih suka menonton berita atau program yang menyajikan berbagai informasi yang dapat menambah wawasannya.
"Diperkirakan dua hari lagi telah memasuki musim gugur. Para masyarakat antusias menyambut musim gugur. Sudah banyak acara festival yang akan diselenggarakan ketika musim gugur."
Irene mendengarkan seksama suara presenter berita di televisi. Tangannya sesekali bergerak merogoh bungkus ciki, lalu memasukkan satu demi satu ciki tersebut ke dalam mulutnya.
Beberapa saat kemudian. Acara berita itu selesai. Irene mematikan televisi menggunakan remot. Lalu gadis itu beranjak ke kamar mandi, mencuci muka dan menggosok gigi terlebih dahulu sebelum tidur.
Selepas itu, Irene berlalu ke kamarnya.
Baru saja Irene masuk kamar, ponsel Irene bergetar. Irene menyipitkan mata. Muncul nama Seokjin sebagai penelepon. Tanpa mengulur banyak waktu, Irene segera mengangkatnya.
"Yeoboseyo?" sapa Seokjin di ujung sana.
Irene mendadak gugup. "I-iya."
"Irene-ya, sedang apa?"
"Sedang—" Berpikir keras, Irene memutar otaknya untuk mencari jawaban yang tepat. "A-aku baru saja selesai menonton televisi."
"Apa aku mengganggumu?"
"Aniyo, sama sekali tidak mengganggu. Aku sudah selesai menontonnya."
"Ah, begitu." Terdengar tarikan napas di seberang sana. Seokjin lantas melanjutkan, "Kau tidak mau bertanya aku sedang apa?"
Dengan ragu, Irene menggigit bibir bawahnya, lalu melontarkan pertanyaan, "Kau sedang apa?"
"Sedang teleponan dengan bidadari."
Jawaban Seokjin otomatis membuat jantung Irene nyaris lompat ke perut.
"Seokjin, jangan senyum-senyum begitu! Menjijikkan, tahu!" suara cibiran terdengar keras. Sepertinya suara Jung Hoseok. Kemudian disusul Junhoe ikut-ikutan menceletuk, "Irene-ssi jangan termakan rayuan Kim Seokjin. Dia ini selalu merayu semua perempuan—aw! Yak! Seokjin, kenapa kau memukul kepalaku? Tidak sopan!"
Tawa Irene lepas begitu saja. Ia mendengar Seokjin mengomel pada kedua temannya. Irene kini membayangkan wajah Seokjin sedang mengomel. Lucu sekali.
"Minggirlah kalian, jangan menggangguku!" Detik berikutnya suasana menjadi lebih tenang dari sebelumnya. Seokjin mungkin berpindah tempat untuk menghindari gangguan dari teman-temannya. "Irene-ya, maaf ya? Jangan dengarkan omongan teman-temanku. Bicara mereka memang suka melantur."
"Bukan masalah," Irene terkekeh kecil. "Kau sekamar dengan Hoseok dan Junhoe ya?"
"Iya, dengan Bobby juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Moonlight | Jinsoo ft. Irene✔ [COMPLETED]
Fanfiction"Aku masih ingat bagaimana caramu tersenyum ketika memandang cahaya rembulan." Sejak kematian istrinya, Kim Seokjin menjalani kehidupan dengan status 'single parent'. Ia tidak memikirkan perkataan orang-orang yang memberikan saran agar ia sebaiknya...