Seokjin menghampiri seorang gadis yang tengah duduk manis sambil membaca sebuah buku, menduduki ruang kosong di sebelah gadis itu.
"Selamat pagi, Sana-chan!" Seokjin menyapa gadis itu. Ia adalah Minatozaki Sana, salah satu gadis yang didekati Seokjin selama dua minggu ini-dari sekian banyak gadis.
Sana mengangkat kepala, tersenyum membalas sapaan Seokjin. "Selamat pagi, Seokjin."
"Ini," Seokjin menyodorkan setangkai bunga mawar merah pada Sana, "untukmu..."
Tangan Sana terulur menerima bunga pemberian Seokjin. "Wah, terima kasih, Seokjin-ah. Kau manis sekali." kata Sana tersenyum semringah. "Bunganya sangat cantik."
"Tidak ada apa-apanya dibanding dirimu." Seokjin mengeluarkan jurus andalannya merayu perempuan. "Kau jauh lebih cantik." Wajah Sana merona sempurna.
Sana tidak tahu kalau bunga mawar itu hasil curian Seokjin di taman halaman belakang sekolah. Hampir setiap malam, Seokjin diam-diam mencabuti belasan bunga mawar di sana.
"Dengan senang hati, cantik." balas Seokjin sambil mengedipkan sebelah matanya genit.
Sana lalu memeluk lengan kekar Seokjin.
"Seokjin-ah..."
Seokjin dan Sana sama-sama menoleh. Dengan senyuman miring, Jisoo melangkah mendekati keduanya. Jisoo menunjukkan plastik putih berisi banyak bunga mawar merah.
"Seokjin, tadi kau meninggalkan ini di kelas." kata Jisoo. "Tadi Taeyong sedang piket di kelas dan menemukan ini di bawah kursimu. Katanya bunga-bunga ini seperti sampah di kelas, patut dibuang. Tapi aku melarangnya dan aku rasa sebaiknya aku memberikannya padamu." ujar Jisoo. "Sayang sekali bunga-bunga ini kalau dibuang. Kau sempat mengatakan padaku kalau kau akan membagikan semua bunga ini kepada para gadis pujaanmu, kan?"
Mendengar itu, Sana langsung menghempaskan tangan Seokjin. Menatap Seokjin tak percaya.
"Jadi, kau memberikan bunga mawar bukan hanya padaku saja?!" pekik Sana marah.
Seokjin menggeleng-geleng. "Tidak, Sana-chan. Dengarkan aku dulu-"
"Cukup! Aku tidak mau mendengarnya." Sana menginjak kaki Seokjin kuat sebelum pergi. "Dasar predator menyebalkan!"
Tawa Jisoo sontak menyembur. Ia sangat puas melihat wajah Seokjin tampak nelangsa.
Seokjin mendengus lalu menarik kencang rambut pendek Jisoo.
"Aw!" Jisoo menepis tangan Seokjin dan memukul lengan lelaki itu. "Kau ini apa-apaan sih? Sakit, tauk!"
"Bisa-bisanya kau mengacaukan rencana asmaraku!" Seokjin mendadak penuh kekesalan.
Jisoo mengedikkan bahu. "Aku hanya tidak mau semakin banyak populasi gadis bodoh yang termakan rayuan menjijikanmu." Gadis itu berbalik, meninggalkan Seokjin.
"Yak! Kim Jisoo!" Seokjin buru-buru menyamakan langkahnya dengan Jisoo.
"Sampai kapan sih kau begini, Seokjin? Kau terus mengejar dan mempermainkan gadis-gadis bodoh itu. Kau harus jatuh cinta pada seorang gadis yang memiliki kepribadian baik dan pintar, serta mampu membuatmu jatuh cinta."
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Moonlight | Jinsoo ft. Irene✔ [COMPLETED]
Fanfiction"Aku masih ingat bagaimana caramu tersenyum ketika memandang cahaya rembulan." Sejak kematian istrinya, Kim Seokjin menjalani kehidupan dengan status 'single parent'. Ia tidak memikirkan perkataan orang-orang yang memberikan saran agar ia sebaiknya...