17. Lamaran

4.4K 287 14
                                    

Satu persatu orang-orang yang berada di sampingku telah pergi, entah untuk urusan mereka atau menunjukkan diri mereka yang sebenarnya.

Camilla berada jauh di benua lain mengikuti perjalanan bisnis ayahnya, keluargaku,selain ibu, entah mereka tahu masalah ini atau tidak, seharusnya aku tahu resiko apa yang bakal kudapat saat setuju menjadi istri Jay, kehilangan milikku yang sesungguhnya, keluarga dan sahabat.

Aku benar-benar merasa sepi dan hampa, begitu kotor sehingga aku ketakutan bertatapan dengan siapapun. Tapi aku butuh pelukan hangat, seulas senyum yang tulus, dan sebuah belaian singkat penyingkiran rasa sepi dan sakit pada jiwaku yang menderita.

Kyoji.

Seseorang yang kuharap berada di dekatku, memeluk dan mengelus punggungku, menghapus air mata yang terus mengalir membasahi pipiku.

Ada dimana dia?

Dia satu-satunya harapan yang tersisa.

Kalau aku boleh jujur pada diriku sendiri, maka aku tak tahu lagi apa yang telah berubah terhadap hati ini. Aku mulai melihatnya sebagai seorang lelaki. Bukan sepupuku lagi. Bukan teman bermain masa kecil lagi.

Perasaan ini sungguh terlarang, saat statusku sudah berganti menjadi istri orang, hatiku malah dengan tidak tahu malu malah terpaut pada seseorang yang tak seharusnya. Tapi siapa manusia di dunia yang bisa menolak hatinya yang bersikeras, tidak ada yang tahu dan tak ada yang bisa.

Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri, Dirinya yang selalu berada di sisiku hingga permainan takdir mempermainkan kami, perpisahan yang tak terhindarkan, hingga pertemuan kembali yang tak terencana.

Lelaki itu begitu gagah berani, bagai kesatria yang selalu berada didepan untuk melindungiku, seseorang yang menjadikan dirinya tameng bagi diriku, yang rela mengorbankan dirinya sendiri demi kepentinganku, bolehkan hati ini terpaut padanya? Memang terlambat bagiku untuk menyadarinya.

Saat ibuku telah berlalu, Jay masuk. Bisa dikatakan aku cukup kecewa, sebab jauh dalam diriku berharap Kyoji lah yang mengunjungi, bukan Jay. Aku tidak tahu apakah ia memang menunggu ibuku keluar, atau baru datang.

Aku masih berada di posisi dimana ibuku meninggalkanku sendiri, duduk berjuntai di pinggir tempat tidur, berdiam diri mengasihani diri.

Karena diriku sibuk dengan perasaanku sendiri, aku tidak bisa menerka apakah Jay memang kelihatan lebih lelah daripada biasanya, atau memang ia selalu begitu.

"Dimana Kyoji?" tanyaku tanpa mengulur waktu lebih lama, sebab aku butuh dia, sebab keberadaannya sangat penting bagiku, saat keadaanku begitu menyedihkan seperti saat ini aku butuh senyum hangatnya.

Ada keterkejutan nyata dimata Jay, sehingga ia menghentikan langkah yang mengarah padaku "Dia harus ke rumah sakit"

"Apa?" kagetku "Apakah dia terluka?" tanyaku cemas.

Wajah Jay makin tampak membawa berton-ton beban dan luka.

"Tidak" jawabnya pendek dan menggantung,dan itu sukses membuatku makin panik "Pacarnya melahirkan, dan dia segera menuju ke sana"

Aku berharap telingaku salah dengar atau otakku salah menerjemahkannya.

Hatiku terasa diremas-remas seketika. Sakit, kecewa, entah apa namanya. Aku mungkin telah menjadi pendosa saat ini, sebab merutuki kebahagiaan atas orang lain.

Seharusnya itu berita bahagia, tapi entah mengapa jiwaku makin merana dan tersiksa, sedang fisikku serasa mati rasa. Aku kehilangan seluruh nyawa dan sebongkah harapan yang masih ada.

Benar-benar tak ada lagi harapan yang tersisa.

Satu-satunya jiwa yang bakal berada di dekatku telah diambil jiwa suci bertubuh mungil yang baru muncul ke dunia. Dia telah mencuri satu bagian dari jiwaku yang tersisa.

FIRE OF DECEIT ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang