28. Membayar Jalangmu

4.1K 303 105
                                    

Aku mencengkram dengan kuat benda di tanganku, hingga tak kusadari kuku-kukuku menekan telapak tanganku hingga aku merasakan sakit. Sakit, tapi tak sebanding dengan kesakitan jiwa yang kurasakan sekarang.

Mengapa harus sekarang? Mengapa?

Disaat aku harus menyerah akan kenyataan, disaat aku mesti pergi menjauh dan melepas segalanya, dia malah datang. Aku hanya ingin tengelam atau melarikan diri, menemukan dunia sendiri tanpa ada kehadiran Jay dan Yui maupun ibuku.

Dengan geram aku melempar test pack itu ke tong sampah.

Damn!!!

Hamil disaat sekarang, sangat tidak tepat. Mungkinkah aku benar-benar tidak bisa melarikan diri. Tubuhku bergetar dengan rasa takut. Kemana kami berdua, ah bukan berdua tiga lebih tepatnya, aku, putri Kyoji dan bayi dalam kandunganku, kemana kami harus melarikan diri.

Dia menghamili wanita lain dan disaat yang sama aku juga hamil. Tangan yang ia gunakan untuk menyentuhku juga menyentuh wanita lain. Bibir yang menciumiku juga sama. Aku merasa jijik dan ingin muntah, tapi untung bagiku belum makan apa-apa sepanjang hari.

Brengsek!

"Sampai kapan kau akan menyembunyikan ini?" tanya Jay.

Aku tersentak dan berdiri dari sofa, menyadari suara kemarahan Jay yang datang tiba-tiba. Jantungku berdebar-debar dan seketika mulutku menjadi kering "Aku akan menggugurkannya" kataku tanpa sadar.

Bagaimana ia menemukan benda yang sudah kubuang itu?

Apa aku benar-benar harus menggugurkannya? Tanpa sadar aku mengelus perutku. Maafkan ibu, anakku. Ibu tidak bermaksud berkata begitu. Mungkin kali ini, kali terakhir kita melihat ayahmu, kita harus pergi dan tekat ibu sudah bulat.

"Apa yang kau bicara?" bentaknya. Aku hamil dan yang kudapatkan ada pembentakan suamiku.

Aku berharap ada nada menyenangkan dalam suaranya, karena sekarang aku mengandung anaknya. Tapi apa yang kudapatkan? Tatapan kemurkaan dan ketidaksukaan.

Saat Yui mengandung anaknya tentu ia sangat bersuka cita. Tidak seperti sekarang! Ia bersedih karena anaknya akan diakui adiknya sendiri. Brengsek!

"Aku sudah muak Jay. Muak dan sangat muak. Aku sudah berusaha semampuku, tapi kau tidak pernah melihat ke arahku. Selalu hanya Yui yang kau perhatikan. Aku juga mengandung anakmu, tapi apa kau bahagia, seperti kau tahu Yui mengandung anakmu? Tidak kan! Kau hanya tahu cara membentakku. Aku istri dan aku selalu berharap kau hanya memikirkanku, tapi nyatanya di otakmu dan hatimu hanya ada Yui. Selalu hanya ada Yui" kataku hampir-hampir berteriak.

"Tapi aku sudah memintamu bersabar dan menunggu. Aku akan berusaha Ella" kata Jay menurunkan nada bicaranya. Keningnya nampak berkerut samar.

Aku berdecih. Menunggu katanya? Butuh berapa lama bagiku untuk menunggu? Aku sudah mencoba menunggu dan bersabar sebisaku. Dan aku telah tersakiti terlalu lama.

"Tapi aku sudah menyerah Jay, aku sudah muak dengan semua itu. Manusia punya titik dimana mereka harus berhenti berusaha. Titik dimana mereka tahu harus menyerah, berhenti dan melepaskan segalanya. Dan aku sudah sampai pada titik itu. Aku menyerah. Kau ingin aku mengerti posisimu, tapi apa kau mengerti posisiku? Tidakkan" amukku. Jay bukan pendebat. Ia hanya diam dan menyaksikan aku menumpahkan segalanya. Kenapa tidak coba hentikan aku?

"Pernakah kau menganggapku sebagai istrimu? Kau pergi tengah malam demi menemui wanita lain, meninggalkan istrimu sendirian, kau pikir bagaimana perasaanku? Kau pikir aku senang? Yang bisa kulakukan hanya menangisi kepergianmu dan berharap kau segera melihatku. Aku hanya berdoa dan tersakiti setiap saat. Kau tak pernah mengerti bagaimana rasa sakit yang kurasakan saat di pikiranmu masih ada wanita lain. Kau ingin pergi dengan Yui maka pergilah. Kau egois agar aku mengerti bagaimana posisimu, maka sekarang biarkan aku lebih egois lagi. Aku ingin pergi dengan hidupku sendiri. Aku tidak peduli kau mau apa sekarang. Lepaskan aku dan kembalilah pada wanitamu" teriakku. Dadaku naik turun oleh emosi. Aku mengamuk dan Jay hanya menunggu aku selesai dan aku telah selesai "Yang kau tahu hanya membentak, menaikan suara dan membuat semua orang harus mengerti dengan dirimu. Kau brengsek. Kau pria terbrengsek yang pernah kukenal. Bangsat!"

Aku ingin pergi.

"Tapi aku ingin anakku" kata Jay akhirnya dan membuat aku makin kesal terhadapnya. Aku berharap dia membujukku. Aku berharap dia melakukan segala cara untuk menenangkan. Tapi dia tetap dirinya, yang tak bisa merayu, yang tak suka basa-basi, yang hanya langsung menuju pada apa yang ia inginkan.

"Kalau kau memang ingin anakmu, beri aku dua ratus juta sekarang!" teriakku dengan geram. Sekali egois tetap saja egois. Dia keras kepala seperti biasa. Dan aku hanya punya satu opsi, aku harus menemui wanita jalang itu.

Aku orang yang harus menghentikan segalanya dan hanya perlu bertebal muka untuk meminta uang dengan jumlah fantastis padanya.

"Apa?" tanyanya terkejut. Siapa yang tak terkejut dengan jumlah uang yang kuminta seperti meminta uang jajan.

"Aku ingin membayar jalangmu, beri aku dua ratus juta sekarang!" kataku dengan lebih menaikkan suara. Aku benar-benar harus menampar wanita itu dan menghentikannya. Aku muak.

Jay mengacak rambutnya, frustasi "Baiklah, akan aku buatkan cek"

"Tidak! Aku butuh tunai, sekarang!" tegasku. Persetanan dengan cek. Aku butuh tunai agar wanita itu bisa melihat dengan jelas uang yang selalu ia inginkan.

Jay merogoh sakunya "Dua ratus juta, tunai dalam satu jam di rumahku" bentaknya kepada seseorang yang dihubunginya.

Dalam satu jam uang itu benar-benar telah berada di hadapanku. Aku harus mengakhiri semuanya. Yui sudah sangat keterlaluan. Aku mungkin bisa meredam kesakitan yang ia kirim padaku, tapi tidak saat keluargaku tersakiti. Saat melihat Kyoji terkapar tak sadarkan diri aku tersakiti lebih dalam lagi.

Saat putri Kyoji menangis dalam pelukanku aku berapi-api. Begitu tega ia membuat seorang anak kehilangan ibunya, bahkan gadis kecil itu belum bisa mengucapkan kata 'ibu'

"Sekarang sudah larut, Ella. Kau bisa menunggu besok" cegah Jay saat aku akan pergi menemui jalangnya. Akan aku lempar uang itu kewajahnya bila perlu.

"Minggir" kataku dengan tegas.

FIRE OF DECEIT ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang