16. Kemarahan Ibuku

4.5K 269 7
                                    

Ketika aku hanya terus bergelung dan air mataku tak mau berhenti mengalir, berita pelecehan salah satu petinggi Kristoff Company telah memenuhi berita terdepan sejumlah koran di pagi selanjutnya aku terbangun, menjadi topik paling hangat yang di bacakan pembaca berita beberapa menit setelah Kristopher yang wajah tampannya telah kehilangan bentuk digiring kekantor polisi.

Tidak perlu menunggu waktu hingga berjam-jam, di detik pertama berita itu sampai ke telinga para investor, mereka langsung menarik uang mereka. Meski kejadiannya hanya berselang beberapa jam yang lalu, berita mengudara bagai kilat.

Masyarakat telah kehilangan kepercayaan pada perusahan besar itu, harga sahamnya langsung anjlok ketitik paling rendah sepanjang tahun, dan sudah jelas kebanyakan orang telah melepas saham mereka dari sana.

Perilaku etis dalam bisnis negara maju adalah tombak runcing yang tajam, bisa berguna untuk menangkap ikan, juga bisa melukai pemiliknya, hanya jika salah melaksanakan. Sedangkan Kristopher melakukan aksi bunuh diri dengan apa yang telah ia lakukan. Perusahaan keluarganya langsung berada di ambang batas. Sejumlah anak perusahan mereka mesti harus di lepas.

Meski Kristopher telah mendekam di penjara, anak perusahaan keluarga yang ia pegang telah lenyap diakuisisi pengusaha lain, ia benar-benar jatuh miskin dan meski Kyoji telah menghancurkan wajah yang selalu ia sombongkan itu, tak ada sedikit halpun yang membuat kemarahanku padanya menjadi reda.

Apa yang terjadi padanya saat ini tidak setimpal dengan apa yang telah ia lakukan padaku. Aku ingin menghancurkannya berkali-kali lagi hingga ia mati dan menjadi abu, bahkan meski ia mati sekalipun, aku ingin terus mengejarnya hingga neraka dan membunuhnya berulang kali lagi.

Tapi semua itu mustahil untuk kuwujudkan, sisa sentuhannya pada kulitku masih meninggalkan noda kotor yang tak mau bersih meski aku telah membersihkannya dengan berbagai cara.

Ingin rasanya menguliti diriku sendiri, membuang setiap inci kulitku yang tersentuh olehnya, sebab aku tak pernah merasa sehina dan sekotor ini. Berulang kali tubuhku adalah biang masalah dalam kehidupanku. Harusnya aku jadi buruk rupa bertubuh biasa saja, maka aku tak perlu berhadapan dengan sejumlah masalah seperti ini.

Terlebih saat Nyonya Sharon Sykes dan suaminya, Michael Sykes, berkunjung, manatapku iba dan menanyakan keadaan punggungku yang disulut rokok. Aku tidak butuh dikasihani atau di pandang lebih hina lagi. Dokter yang dibayar Jay berjanji berusaha agar tidak akan ada bekas sulutan rokok di punggungku dengan sejumlah obat ajaibnya yang mahal luar biasa.

Mereka memberiku semangat, tapi yang terdengar hanyalah gumam kekecewaan atas diriku, diriku yang tak pandai bersikap dan tak pandai menjaga diri.

Ibuku bahkan juga berkunjung, sendirian, mengunakan setelan menyamai Nyonya Sykes, hal yang telah hilang sejak lama di diri ibuku, hal pertama yang ia lakukan adalah menatapku sinis. Hal yang membuat aku langsung meragukan kenyataan, apakah Anyane Kaznov memang ibu kandungku atau bukan.

Ia memandang keseluruh isi kamar yang kutempati dan mengerling penuh kepuasan sebelum menutup pintu rapat dan menguncinya.

"Kaella" panggilnya penuh penekanan dengan suara sangat rendah, seakan ia tak ingin siapapun diluar sana mendengar apa yang akan kami bicarakan.

Wanita yang selama ini kupanggil ibu tanpa beban itu mengusap kepalaku lama, lalu memperbaiki tatanan rambutku yang acak-acakan dengan senyum aneh di wajahnya.

Aku hanya diam dan merasa sangat canggung, wanita yang berada di hadapanku sekarang adalah wanita yang berbeda, bukan wanita tanpa uang dan jabatan, hanya pemilik sebuah pet shop kecil yang kutemui berbulan-bulan lalu, atau wanita kelas atas beberapa tahun lalu sebelum keluar dari keluarga utama, bukan juga sosok yang selama ini kukenal sebagai ibuku.

Dia benar-benar sosok lain yang tak pernah kukenal. Apakah ia berubah atau hanya menunjukkan dirinya yang sudah lama tersembunyi.

"Kaella Kaznov" ulangnya, kali ini tanpa menyentuhku. Ibuku berjalan menjauh dan aku bisa mendengar bunyi yang dihasilkan hak sepatu merahnya yang bertubrukan dengan lantai. Bunyi yang begitu menganggu pendengaranku.

Ia lalu menarik kursi kecil dari meja rias, menarik lebih dekat ke arahku, lalu duduk di sana sehingga ia tampak lebih rendah dariku. Kedua tangannya terlipat didepan dada, sedang kakinya terlipat angkuh, dengan sangat jelas, aku bisa melihat sepatu merah yang digunakan ibuku lebih mahal dari rumah yang kami sewa beberapa tahun terakhir.

"Tubuhmu, selalu saja tubuhmu" desah ibuku masih dengan suara amat rendah "Biang dari semua masalah yang datang dan yang selalu membuatku susah membereskannya. Tidak bisakah kau menjadikannya sekedar anugrah, tanpa ada embel-embel kutukan yang terus mengikutinya. Tapi untuk kali ini saja aku mungkin bisa memaafkan. Karena ulahmu, maksudku ada untungnya juga kau menggoda Kris, salah satu pesaing terkuat kita sudah tumbang dan itu tentu saja kabar baik untuk Hime, karena kau Hime punya peluang lebih besar" ibuku mulai mengomel lagi.

Bisakah ia berlaku seperti seorang ibu? Meski hanya sekejap, meski hanya sesaat. Sebab aku butuh itu.

Aku hanya mampu menatap tidak percaya. Menahan gemeletuk gigiku, menahan diri tidak bertengkar lagi dengannya.

"Temui kakekmu dalam waktu dekat, Ia akan sangat senang dengan berita pernikahanmu dengan keluarga Sykes. Dan hal baik itu akan mengembalikan posisimu dalam keluarga utama" lanjut ibuku tanpa ada emosi apapun dalam nada bicaranya.

Aku tertawa putus asa "Maksud ibu agar aku dipandang lebih hina lagi dimata kakek"

Ibuku mengerutkan dahinya tanda kurang mengerti dengan reaksiku "Kau memang pantas menjadi wanita penggoda, itu sebabnya keluarga Jay menawarkan bekerja sama dan memberikan sejumlah uang yang banyak untukmu dan kalau-kalau kau lupa, kau memang pintar menggoda, Kris misalnya"

"Ibu" teriakku menghentikan. Cukup sudah aku mendengar hal semacam itu. Sebab jika ibu yang mengucapkannya, maka akan terdengar berkali-kali lipat lebih menyakitkan. Bahkan ibuku sendiri telah memandangku serendah itu.

"Baiklah" kata ibuku angkat tangan tanda menyerah "Menjadi Nyonya Jay Sykes sudah membuatmu besar kepala, hari ini kau sudah bisa berteriak padaku, belum tentu esok kau mungkin sudah pintar menusuk belati padaku"

Aku mengepal tanganku, menatap ibuku begitu murka. Aku hanya tak ingin melawannya. Sebab dia ibuku.

"James dan Hewitt sudah hidup tenang di rumah utama, dan jangan buat mereka menderita seperti sebelum-sebelumnya. Jaga sikapmu jika kau memang masih peduli pada dua anak nakal itu. Dan satu pesan terakhirku, kalau-kalau kau mau menerima, kebaikanmu bakal mudah dimanfaatkan orang-orang licik di sekitarmu, dirimu yang mudah tersentuh itu adalah salah satu kelemahanmu. Dunia ini keras sayang, semakin kau berada di atas semakin, angin bakal lebih kencang. Dan aku tidak tahu apa tujuan Nyonya Sykes begitu ngotot ingin menjadikan kau menantu. Jadi jangan terlalu baik atau kau bakal hancur dengan mudah. Dan berhati-hatilah pada sahabatmu, Yui Kito" jelas ibuku dan berlalu, tanpa pelukan perpisahan, tanpa sentuhan seorang ibu, sentuhan kelembutan, kepedulian, dan kasih sayang, tanpa apapun hal yang paling kubutuhkan saat ini.

FIRE OF DECEIT ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang