21. Kedatangan Nicholas Sykes

3.7K 274 34
                                    

Pada hari ketiga Jay menyerah membujukku. Ia tidak datang lagi memohon maaf atau mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dari balik pintuku.

"Pulanglah ke rumah suamimu segera" kata ibuku lirih ketika ia mengantarkan makan siang untukku. Karena selama selama beberapa hari aku hanya bertahan mengurung diri didalam kamar. Meski aku sudah tahu kebenarannya, tapi batinku tidak bisa menerima "Dan segera berbaikanlah dengan Jay!"

Ibuku telah menjadi Nyonya Rumah ini kembali. Ia anak pertama dari istri sah kakekku. Kehidupan adik-adikku sudah kembali baik disini. Dan itu makin menyadarkanku bahwa disinilah tempat yang pantas bagi keluargaku.

"Aku ingin bercerai" kataku. Mereka sudah kembali tinggal di rumah utama dan aku bisa tinggal diluar. Mengurus kehidupanku sendiri dan bebas.

"Apa yang kau bicarakan?" tanya ibuku.

"Aku tidak bisa menjalani pernikahan yang seperti ini, ibu. Kami berdua sama-sama terpaksa menjalani pernikahan ini. Kami tak saling mencintai satu sama lain"

Ibuku tergelak, duduk di pinggir tempat tidur dan menatap tidak suka "Kau pikir cinta saja cukup? Kau lihat bagaimana aku dan ayahmu? Pada akhirnya uanglah yang berkuasa. Cinta hanya omong kosong Kaella. Kau hanya perlu memiliki anak dengan Jay, lalu kau akan aman. Kau lihat paman-pamanmu, mereka punya istri dari orang-orang terhormat, dan menjadikan orang yang mereka cinta sebagai simpanan. Memangnya kau mau menjadi simpanan?"

"Jay mencintai Yui, bukan aku. Aku tidak bisa hidup seperti ini selamanya" kataku. Dan aku tercekat kalimatku sendiri. Aku tidak suka dan aku tak rela.

Ibuku berdiri, memandangku begitu muak "Bercerailah jika kau memang ingin mengantarkan James dan Hewitt ke jalanan" katanya dengan lirih dan berjalan menjauh.

Kata-kata ibu menerjangku, membuat aku kembali dihinggapi rasa bersalah yang aneh. Aku ingin melepaskan diri dari belenggu beban hubunganku dengan Jay, tapi disisi lain aku tidak bisa membuat adik-adikku sengsara "Ibu" panggilku.

Ibu berbalik menatapku dengan kemarahan yang menyala "Memang apa kurangmu dibandingkan anak yatim itu, huh? Kau lebih cantik dari dia, memangnya tubuhmu yang selalu mengundang hasrat banyak laki-laki itu tidak bisa menahan suamimu untuk tinggal di sisimu? Kau bahkan punya latar belakang lebih baik dari anak yatim miskin itu. Kau hanya perlu menjadi istri yang baik. Memang apa sulitnya? Di zaman sekarang jika kau mengharapkan hidup dengan cinta maka jadi gelandangan saja sana" cecar ibuku. Anak yatim miskin? Sejak kapan ibuku begitu tidak menyukai Yui. Dulu ia tidak begitu, mengapa sekarang begini? Ibu sangat baik menerima Yui, ibu bahkan teman dekat Ibunya Yui yang sudah meninggal.

"Yui dan aku bersahabat. Setiap kali mengingatnya, aku selalu merasa menjadi penjahat. Aku tidak sanggup hidup dalam rasa bersalah, beban itu terlalu berat untukku tanggung selamanya"

Ibuku mendengus dan melipat kedua tangan didepan dada "Persahabatan?" tanya ibuku dengan tawa mengoloknya "Omong kosong apa yang kau bicarakan. Teman dan musuh itu terkadang tak ada bedanya, sayang. Suatu saat temanmu bisa jadi musuh, begitupun sebaliknya. Abaikan persahabatanmu. Kau sudah kepalang basah, mengapa tak kau ceburkan saja dirimu"

"Ibu, aku... "

"Jangan membantah Kaella!!! Kau yang membuat masalah, kenapa kami yang harus menanggung semuanya?" hardik ibuku murka. Aku menciut, dalam tusukan kata-katanya.

Ibuku benar. Semua memang kesalahanku, dan mereka yang menanggungnya. Aku yang mesti menanggung semua.

"Ada apa?" hardik ibuku karena kemarahannya terinstrupsi oleh ketukan pintu kamarku. Seorang pelayan muncul diambang pintu dan membungkuk hormat.

"Nyonya, Nicholas Sykes ingin bertemu dengan Nona Kaella" katanya penuh hormat.

Dalam perjalanan menemui Nicholas, aku bertanya-tanya kenapa model tampan itu mencariku. Saat masuk keruang tamu dan melihat seorang laki-laki bersetelan kasual, kaos hitam dan jeans selutut. Ia nampak santai dan terlihat seperti model yang baru saja keluar dari majalah fashion.

"Senang bertemu denganmu, kakak ipar" kata laki-laki itu berdiri dan mengulurkan tangan dengan senyumnya yang indah. Andai Jay seperti saudaranya, tersenyum sangat lebar padaku.

Aku menjabat tangannya "Aku juga. Kau tidak sibuk? Katanya model terkenal jadwalnya padat dan sangat sibuk" kataku dan duduk di salah satu kursi yang tak terlalu jauh darinya.

Nicholas menyeringai "Memang, tapi demi berbicara denganmu aku sengaja mengosongkan jadwal hari ini" katanya tanpa ada kesombongan dalam nada bicaranya. Nicholas amat bertolak belakang dengan Jay. Ia lebih hangat dan bersahabat.

"Apa Jay yang memintamu?" tanyaku ragu-ragu. Untuk apa lagi saudara Jay menemuiku? Satu-satunya masalah yang terhubung dengan kami berdua hanya persoalan anak-anaknya yang diakui Jay.

Nicholas nampak keheranan. Apa yang kupikirkan? Mana mungkin Jay meminta adiknya untuk datang menjelaskan siapa Abiel dan Steve. Dia pasti tak bakal mau repot-repot soal itu, karena aku sudah melihat hasil tes DNA yang ditinggalkan Jay di depan pintuku, berkas itu telah membuktikan anak kembar itu putra Nicholas.

"Ehm. Tidak ada hubungannya dengan Jay. Apa kalian bertengkar?" tanyanya nampak curiga. Dan memang benar. Orang luar seperti Nicholas bahkan tahu dengan jelas.

Aku tersenyum kecut "Hanya ada sedikit kesalahan pahaman" akuku pahit. Walau Nicholas Sykes tepat berada di hadapanku aku tidak berani menanyainya, karena aku begitu ketakutan. Takut menerima kenyataan lain yang lebih menyakitkan.

"Sebenarnya aku datang untuk meminta tolong" kata laki-laki itu sungguh-sungguh. Ada sinar memohon dimata abu-abunya.

"Oh ya? Apa yang bisa kubantu?"

"Kau kenal Yui kan?" tanyanya.

Yui? Aku kilatan dalam mata abu-abu Nicholas saat menyebut nama Yui. Dan aku merasa sedikit cemburu.

Aku mengangguk "Yui? maksudmu Yui Kito-kan? Bisa di katakan kami teman dekat"

"Aku senang mendengarnya. Aku mencintai Yui, sangat. Tapi Yui pernah punya hubungan dengan Jay, kau mungkin pernah dengar hal itu" kata Nicholas. Benarkan! Nicholas tahu hubungan mereka.

"Aku memang berencana menanyakan hal itu" kataku lirih.

"Sepertinya kita berada di posisi yang sama. Aku ingin meminta tolong kakak ipar untuk menjauhkan Jay dari Yui. Atau lebih disebut kerja sama dari pada meminta tolong. Aku akan berusaha menjauhkan Yui dari Jay"

"Lalu bagaimana caranya? Aku tidak mungkin membujuk Jay atau bahkan mengancamnya"

"Tidak perlu melakukan banyak hal, cukup berada disisinya dan memperhatikannya dengan baik. Jay hanya laki-laki yang tak terbiasa terlibat dengan wanita, jadi dia sedikit bingung dengan perhatian Yui. Dan sebenarnya Jay juga dahulunya pernah menyukaimu, kakak ipar. Aku punya salinan fotomu yang berada di kamar jay jika kau tidak percaya"

Nicholas memberikan sebuah foto padaku "Ini dia"

Aku menatap foto yang sepertinya di potong dari foto bersama kelompok Summer Campku.

"Lalu bagaimana denganmu?" tanyaku mencoba menyembunyikan letupan aneh di dadaku.

Mata Nicholas hangat, penuh keinginan dan kesungguhan saat mengatakan "Aku akan menikahi Yui. Aku baru saja tahu bahwa Jay mengakui anak-anakku sebagai anaknya secara hukum. Sekarang aku punya alasan yang kuat untuk menikahi Yui. Dibandingkan Yui kedudukanmu lebih kuat. Kau istrinya, dimata orang-orang Yui-lah yang bakal dicap sebagai perusak rumah tangga orang lain jika ia meneruskan hubungan mereka"

Benar kata orang. Mata tak pernah bisa berbohong. Yui Kito. Betapa beruntungnya temanku itu dan aku merasa iri dan kesakitan diwaktu yang sama. Ia dicintai Jay maupun Nicholas.

Meski kedudukanku lebih kuat, jika Jay tidak mencintaiku, apa gunanya?

Update selanjutnya diperkirakan seratus tahun lagi 😹😹

FIRE OF DECEIT ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang