27. Penyerangan Kyoji

3.4K 286 63
                                    

Aku berada di dada Jay di gazebo tepi danau belakang rumah kami dengan sekotak es krim vanilla di tangan. Minggu yang indah, pikirku. Selain hari minggu Jay tidak mungkin bisa bersantai di rumah. Karena mengurusku beberapa hari menjadi imbas akan kesibukannya yang menggunung.

Nicholas Sykes benar-benar membuktikan perkataannya. Ia telah berusaha menjauhkan Yui dari Jay. Mereka telah pergi ke negara tropis untuk bulan madu yang lama. Setidaknya sudah sebulan lebih tanpa kehadiran mereka.

"Mau lagi?" tanyaku dengan mengangkat sendok yang sudah terisi penuh dengan es krim.

Jay menyeringai kecil "Ya" aku mendengar harapan dalam nada bicaranya "Tapi, singkirkan sendok itu"

Aku mengerutkan kening pura-pura tidak mengerti dengan ucapannya "Maksudmu pakai tangan?" tanyaku.

Jay segera bangkit sehingga kami berdua sama-sama duduk berhadapan dengan aku di atas pangkuannya "Jangan pura-pura tidak tahu Nyonya Sykes" cetusnya dengan membukusku.

Aku cekikan karena semburat kesal di wajahnya, mana mungkin aku tidak tahu dengan ide-ide tak senonoh di otaknya "Seperti ini?" tanyaku sambil memasukkan es krim itu ke mulut.

Jay tersenyum lebar "Anak pintar" katanya dan mengambil sendiri es krim itu dari mulutku. Dia tidak sekedar mengambil es krim itu, tapi sesuatu yang lain dalam diriku dan aku merasakan ereksinya.

"Jay, disini terbuka" kataku menyadari kabut gairah dimatanya.

Aku dan Jay sama-sama menoleh ke arah suara tegas yang tiba-tiba hadir di antara kami "Maaf Tuan, tapi diluar Tuan Kyoji dan anaknya, mereka berlumuran darah dan ingin menjadi menemui Nyonya, katanya sangat penting" seorang pengawal berseragam Jay melapor.

Aku segera turun dari pangkuan Jay dan berlari, berlari secepat yang aku bisa, rasanya tubuhku tidak bertulang lagi. Kyoji berlumuran darah, aku tak bisa membayangkan apa yang sebenarnya terjadi. Hal pertama yang kudengar dari kejauhan adalah tangis memilukan. Aku semakin mempercepat langkah.

"Kyoji, ada apa denganmu?" tanyaku sebelum mencapai Kyoji yang berlumuran darah mendekap putrinya yang menangis dan mencoba menahan tubuh lemahnya di pilar besar depan rumah. Aku melihat ada bekas darah segar di pilar itu.

Kesakitan dan duka mengelap di wajah Kyoji yang penuh luka dan rambutnya basah oleh darah "Iraine tertembak, kami diincar dan hanya kami berdua yang bisa sampai kesini"

Aku menutup mulut tidak sanggup dengan serangan pendengaran dan penglihatanku yang menampilkan korban pengejaran pembunuhan nyata di hadapanku. Iraine, pacar Kyoji yang belum lama melahirkan tertembak? Bagaimana? Siapa?

Kyoji memberikan putri dalam dekapannya, dengan hati-hati aku menerima putri mungil yang juga berlumuran darah itu "Jaga dia dan hentikan Yui Kito" katanya tertatih dengan darah yang menyembul dari mulutnya.

"Kyoji" panggilku lirih saat sepupuku itu menutup matanya. Air mataku mengalir dengan deras.

Yui Kito? Dia dalang dari semua ini. Bagaimana bisa? Bukankah dia masih di negara Tropis.

"Kita harus lapor polisi" kataku dengan tubuh bergetar diluar ruang operasi. Kyoji mengalami pendarahan di otaknya, sehingga harus segera di operasi.

"Kita tidak bisa melibatkan polisi dalam masalah ini" tukas paman Arata yang sama-sama menunggu bersamaku. Sejak kedatangan Kyoji aku hanya bisa menangis tanpa tahu apa yang harus dilakukan.

"Mengapa?" tanyaku tidak mengerti. Polisi tentu lebih handal dalam hal ini.

"Kejadian seperti ini sudah sering terjadi dalam dunia mafia, Baby Kay. Dan melibatkan polisi bakal makin memperkeruh suasana" jawan paman Arata dengan tenang. Meski aku tahu paman sangat terluka dengan kejadian yang menimpa putra satu-satunya, ia masih berusaha untuk berpikir dengan kepala dingin "Kami masih menyelidiki beberapa nama dan akan butuh waktu lama. Musuh kami terlalu banyak dalam perebutan kekuasaan"

"Tapi, se-sebelumnya Kyoji menyebutkan nama seseorang" cicitku saat mengingat Kyoji menyebut nama sahabatku itu.

Paman Arata menolen meminta keterangan lebih lanjut dariku.

"Yui Kito" Kataku.

Ketegangan langsung mengisi wajah Paman Arata. Mengapa? Ia mengacak rambut dan menyapu mukanya dengan telapak tangannya. Beban dipundak paman Arata langsung berlipat-lipat jumlahnya.

"Berhati-hatilah dengan wanita itu. Kita berhutang banyak padanya" gumam paman Arata.

"Paman"

Keseriusan dan duka memenuhi tatapan paman Arata "Baru-baru ini kami menemukan keterlibatannya dengan Kristopher, meski tidak secara langsung, ada benang-benang teka-teki yang tidak sengaja menghubungkan mereka"

Tubuhku langsung menenggang. Kristopher dengan Yui? Mereka memang pernah terlihat bersama saat masih di College. Mengapa aku tidak menyadarinya lebih awal?

Kyoji benar, aku harus menghentikan wanita itu. Tapi bagaimana? Sekarang ia masih pergi bersenang-senang dengan kemenangannya.

Dokter sudah mengupayakan sebaik mungkin untuk Kyoji, tapi sepupuku itu koma untuk meminta keterangan lebih lanjut. Yang dibutuhkan hanya menunggu. Menunggu saat yang tepat untuk menghentikan wanita itu.

Jay merogoh saku dan mengeluarkan ponselnya saat kunjungan rutin ke rumah sakit. Aku memang lebih banyak mencurahkan perhatian pada Kyoji dan putrinya. Wajah Jay berekspresi asing dan ekspresi itu selalu tertanam diwajahnya saat ponselnya berdering.

Aku masih mengendong putri Kyoji yang terlelap saat mengikuti Jay keluar. Dia berbicara sebentar. Dan ia nampak terkejut saat menyadari kehadiranku.

Jay tersenyum kaku "Aku harus pergi" katanya.

"Jay, sekarang sudah larut" cegahku.

"Maaf" katanya.

Air mata langsung mengenang di pelupuk mataku.

"Siapa?" tanyaku meski aku sudah tahu jawabannya. Wanita itu memintanya untuk datang lagi dan aku sudah tahu dari beberapa hari yang lalu saat tengah malam Jay tergesa meninggalkan rumah.

Jay tidak menjawab dan aku sudah tahu jawabannya.

"Wanita itu memintamu datangkan?" tanyanya dengan nada lebih tinggi, membuat putri Kyoji menggeliat dalam gendonganku.

Sekali lagi Jay tidak mau bicara, tak mau menjelaskan padaku.

"Jay" panggilku lirih. Jawab aku dan beri aku penjelasan.

Wajah Jay berkabut asing, kekesalan dan entahlah "Dia mengandung anakku, Ella. Ku harap kau mengerti posisiku sekarang" katanya tegas dan menaikkan nada bicaranya seakan aku terlalu cerewet dan terlalu mengekangnya.

"Pergilah" kataku.

Lihat, bahkan ia langsung pergi begitu saja tanpa penjelasan lebih, tanpa menoleh lagi kebelakang. Jiwaku merintih kesakitan berusaha keras membebaskan diri dari serangan perih disudut dadaku.

Saat Jay menjauh aku ambruk kelantai. Yui mengandung anak suamiku? Apa lagi yang harus kuketahui setelah ini?

Tak ada yang lebih menyakitkan dari pada mengetahui suamiku memiliki anak dengan wanita lain, dan wanita itu adalah teman dekatku. Dan tak peduli diluar gelap dan badai dia tetap datang untuk wanita itu.

Kau anggap aku siapa, Jay?

FIRE OF DECEIT ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang