20. Kesakitan

7.9K 376 39
                                    

Mataku terasa panas dan air mata yang mengalir deras mengoyakku bagai pisau bergerigi, terlalu menyakitkan, sangat menyesakkan. Makin kueratkan pelukan pada lututku, kubenamkan kepalaku, berusaha keras menahan isakku, tapi semuanya terlalu melemparku kebatuan karang.

Aku tertawa dalam tangisku seperti orang gila. Lihatlah, betapa lucunya putaran nasib padaku, kupikir setelah menikah aku bakal terbebas dari semua masalah. Yang ada aku makin berhadapan dengan masalah yang lebih besar.

Betapa aku menjadi bodoh karena kupikir aku telah menemukan cinta. Diantara kami berdua, aku maupun Jay, sama-sama terpaksa untuk menjalani pernikahan ini. Demi sebuah kontrak kerja sama kami mesti sama-sama berpura-pura saling menyayangi dan aku dengan bodohnya malah jatuh dalam permainan itu.

Aku menangis terlalu lama saat kupikir Jay bakal mengejarku, kupikir dia bakal mencoba membujukku. Tapi, lihatlah, hingga langit berubah menjadi gelap ia tak kunjung datang. Air mataku sudah kering dan aku sudah terbangun masih memeluk diri disudut pintu kamar lamaku.

Tentu saja dia tidak bakal melakukan apa-apa. Dia mencintai Yui dan mereka sudah punya dua anak. Aku tidak ada apa-apanya jika dibandingkan Yui. Dia cantik, mandiri, anggun, pintar, keibuan dan pandai menyenangkan perasaan orang lain, dia istri yang sempurna.

Aku termanggu, Yui punya dua anak berusia kira-kira empat tahun, sekarang ia baru dua puluh satu tahun, dia mestinya hamil pada usia enam belas. Apa itu yang ia maksud dengan kehilangan keperawanan yang tak ingin ia ingat?

Jay memperkosanya? Lalu mereka jadi jatuh cinta saat Yui meminta pertangungjawaban ayah dari dari anak-anaknya? Otakku pasti terlalu terkontaminasi banyak fiksi-fiksi romantis.

Pikiranku tentang bagaimana Yui bisa punya anak terganggu oleh ketukan pintu dan panggilan lirih di belakangku.

"Kaella, kita mesti bicara" kata suara diluar, yang kutahu berasal dari Jay.

Mengapa ia baru datang sekarang? Kemana saja ia sedari tadi?

"PERGI!!! AKU TIDAK INGIN MENDENGAR APAPUN!" teriakku parau.

Dasar munafik. Dewa batinku menertawakan diriku sendiri. Lain di mulut lain di hati. Aku ingin ia tinggal dan berharap ia mengatakan ia mencintaiku. BODOH!!!

Aku pasti sudah gila, bisa-bisanya merasa sedikit senang dengan kehadiran Jay. Cinta membuat logika seorang anak manusia bodoh sepertiku menjadi error.

"Semua adalah kesalahpahaman. Abiel dan Steve bukan anak-anakku. Mereka secara biologis putra Nicholas. Aku bertangungjawab kepada Yui atas kesalahan Nicholas dan mengakui mereka. Pada saat itu karir Nick baru naik. Ia juga masih terlalu muda untuk punya dua anak. Tolong percayalah padaku, aku membawa buktinya sekarang, hasil tes DNA mereka" Jelas Jay di belakangku "Kumohon biarkan aku masuk" pinta Jay masih menggedor pintu dengan lemah.

Nicholas? Maksud Jay salah satu saudaranya yang model terkenal itu. Pantas jika Yui tidak suka setiap kali Camilla dan aku bergosip tentang laki-laki itu. Apa aku harus merasa lega sekarang?

Aku mengigit bibirku menahan tangis. Apa aku harus percaya pada kenyataan ini atau tidak? Aku tidak mampu menjawab. Egoku menahanku. Aku ingin keluar dan berada di pelukan Jay, tapi diriku terpaku begitu kuat.

Mengapa harus disembunyikan dariku? Mengapa mereka begitu dekat? Aku benci saat mengingat bagaimana sikap manis Jay kepada Yui sebab Jay tidak pernah berlaku seperti itu padaku.

"Aku dan Yui memang pernah punya hubungan, tapi sudah berakhir sekarang. Dia tidak ingin menyakitimu" kata Jay dengan lirih, suaranya amat terdengar terluka. Ia terluka dengan perpisahan mereka dan menjadikanku pelarian semata?

Kupikir air mataku sudah kering menangis seharian, tapi saat Jay mengakui hal yang paling kutakutkan air mataku masih mengalir dengan deras di pipiku. Pantas aku melihat kasih sayang dalam tindakan Jay terhadap Yui. Tidak bisakah ia sembunyikan saja kenyataan yang satu itu? Bohongi aku dengan hal lain. Katakan mereka tidak saling mencintai atau apapun.

Otakku menang sudah bisa di pastikan gila, siapapun tolong antarkan aku ke rumah sakit jiwa. Aku ingin kebenaran dan setelah kebenaran itu dipaparkan padaku amat jelas, mengapa aku menolak untuk tahu? Manusia terlalu lucu.

"Kau pernah bertanya tentang gadis summer camp"

Aku mengangkat kepala, mengangguk dan memasang telinga dengan baik. aku masih penasaran setengah mati tentang julukan 'Gadis Summer Camp' yang disematkan teman-teman Jay terhadapku.

"Itu karena aku pernah menyukaimu. Kau mungkin tidak ingat kita pernah bertemu" Jelas Jay lebih lanjut.

Jantungku berdebar tak karuan. Mengapa mengakui perasaan disaat tidak tepat seperti sekarang? Harusnya ia mengatakan pada saat makan malam romantis atau apapun yang penuh romansa. Dibawah cahaya remang-remang di temani alunan biola. Bukan dipisahkan pintu seperti sekarang.

Dasar suamiku, makhluk paling tidak romantis dan entah mengapa aku mendadak menjadi dungu. Dia mungkin hanya berusaha mengarang cerita demi berbaikkan denganku. Agar kontrak sepuluh tahun perusahaan kami tidak terganggu.

"Aku pernah menjadi pembimbing Summer Camp saat masih di universiti. Kurasa kau masih junior saat menjadi peserta. Kau berada di kelompok temanku, aku dijahili teman-temanku karena bertanya tentangmu. Fotomu pernah menempel di lokerku, dan foto yang sama juga tertempel di kamarku, itu sebabnya ibuku memintamu menjadi menantu"

Aku kehilangan kata-kata dan Jay tidak melanjutkannya. Kami hanya sama-sama terdiam dalam kekalutan masing-masing untuk waktu yang lama.

Udah terlanjur kepencet, jadi pendek banget 😂😂😂😂

FIRE OF DECEIT ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang