24. Kedatangan Yui

3.4K 265 23
                                    

Tak ada yang abadi di dunia ini. Termasuk ketidakhadiran Yui Kito. Sejak Nicholas Sykes mengumumkan kehamilan wanita pemilik panti asuhan itu dan pernikahan mendadak mereka kepada media, aku tahu mustahil untuk tidak bertemu lagi dengan sahabatku itu. Kami bakal menjadi menantu di keluarga yang sama dan bakal lebih sering bertemu.

Aku hanya mampu menghela nafas dengan gusar, disatu sisi aku tidak suka Jay kembali bekerja, kembali pada hari-hari super sibuknya dan ucapkan selamat tinggal pada perhatian serta kehadiran dua puluh empat jamnya, disisi lain aku ikut bersyukur ia tidak ada di rumah saat Yui Kito berkunjung sehingga tak perlu lagi bagiku untuk melihat interaksi manis mereka.

Yui Kito masih sama seperti yang kuingat saat masuk melewati pintu, cantik dan anggun, bahkan ia lebih bersinar dari sebelumnya, mungkin karena efek kehamilannya "Bagaimana keadaanmu? Aku sangat cemas" katanya saat memelukku.

"Bukan hal besar, untung saja pelurunya tidak mengenai tulang. Dan jay sudah membawa dokter terbaik. Hanya bakal ada bekas luka kecil katanya" balasku mencoba keras tetap tenang, tetap bersikap wajar dan biasa, sayangnya gagal. Otakku terus berusaha mencari celah untuk mengingat bahwa wanita di hadapanku pernah terlibat hubungan spesial dengan suamiku. Miris sekali.

"Aku lega mendengarnya. Aku ingin bertemu denganmu, tapi juga khawatir kehadiranku membuatmu kurang nyaman. Maafkan aku, hari ini aku tidak akan lama, hanya mengantarkan undangan ini" kata Yui dengan lirih menyerahkan undangan yang dirancang amat elegan dan mewah. Orang bodoh saja pasti tahu dengan perubahan sikapku pada wanita itu, apalagi yang sepintar Yui, mudah sekali baginya untuk tahu.

"Mungkin memang butuh waktu lama bagiku untuk menyesuaikan diri. Aku hanya merasa begitu jahat tiba-tiba hadir dalam hubungan kalian. Ngomong-ngomong, kau benar-benar menikah dengan dewa kegantengan itu?" tanyaku berusaha mencairkan suasana aneh diantara kami.

Yui Kito mengangguk dengan senyum yang mengembang diwajahnya. Nicholas Sykes benar-benar membuktikan perkataannya. Hanya perlu bagi diriku untuk berusaha lebih keras lagi memenangkan hati Jay seutuhnya "Anak-anakku menyukainya, sudah waktunya menyatukan mereka" kata Yui, ada ketulusan yang kudengar dari ucapannya.

"Aku ikut bahagia untuk kalian" kataku. Sisi diriku melotot dengan kejam, kau cemburu, kau iri Ella, Yui menikahi seseorang yang sangat mencintainya. Apalagi Nicholas punya segala hal yang diimpikan seluruh wanita, tampan, tubuhnya bagus, romantis, kaya, berasal dari keluarga terhormat, dan Yui memiliki cinta laki-laki itu. Mereka pasti menjadi keluarga sempurna, Yui yang keibuan, Nicholas yang bertanggung jawab dan kehadiran anak-anak diantara mereka.

"Nona Kito, Aku ikut bahagia dengan pernikahanmu" komentar Aime yang baru saja datang dari arah belakang Yui, langsung memeluk wanita itu seperti sangat merindukan kehadirannya.

Yui balas memeluk Aime dan mulai mengomel seperti yang sering ia lakukan kepada semua orang "Aime, berapa kali aku harus mengatakan padamu, panggil aku Yui. Kau itu sudah seperti keluargaku, hilangkan kesopanan yang memisahkan kita itu. Ah, ini, aku juga punya undangan untukmu" katanya menyerahkan undangan yang sama denganku.

"Tapi saya tidak pantas berada di sana, Nona Kito. Ah, Nyonya Sykes" kata Aime malu-malu. Wanita itu selalu kaku padaku dan menjadi begitu ekspresif pada Yui. Apakah kesalahan memang ada padaku? Mengapa semua orang begitu akrab dengan Yui sedangkan padaku begitu kaku.

"Yui" kata Yui sekali lagi mengingatkan Aime "Aku bakal mematahkan kaki siapapun yang bakal merendahkanmu di sana. Kalau kau tidak nyaman di sana, datanglah pada pernikahan keduaku di rumah keluarga Sykes. Aku akan sedih jika kau tidak hadir. Kau sudah seperti keluarga bagiku, kau juga mengurus anak-anakku dengan baik. Aku akan mengirimkan gaun untuk kau pakai dan jangan menolak"

"Tapi gaun yang anda kirim tiga hari lalu masih ada" tolak Aime dengan halus.

Yui mengirim gaun untuk Aime tiga hari yang lalu? Mereka tak hanya saling mengenal tapi jauh lebih dekat dari yang kubayangkan.

"Itu hadiah ulang tahunmu. Pakailah untuk berkencan" kata Yui.

Bagaimana ia lebih tahu ulang tahun pelayan pribadiku dibandingkan aku? Kesalahan mungkin memang ada padaku, Yui lebih perhatian pada semua orang, ia lebih peka dan itulah yang membuat semua orang merasa dekat dengannya. Jujur, aku iri padanya. Aku ingin seperti dia.

"Anda baik sekali...Yui" puji Aime dan ia amat memuja wanita itu.

Sejujurnya akupun begitu, Yui amat menyayangiku, ia membantu menyelesaikan banyak masalahku dimasa lalu,ia jadi orang pertama yang hadir saat aku dihadang kesulitan, aku mengambil kekasihnya dan ia masih bersikap baik padaku. Bisakah aku jadi lebih jahat dan lebih tidak tahu diri lagi?

"Ah, Nyonya Kaznov. Anda juga disini" cetus Yui saat menyadari kehadiran ibuku.

Sejak Jay mulai bekerja, ibu sering berkunjung untuk mengurusku. Padahal aku bisa mengurusi diriku sendiri. Sejujurnya kehadiran ibuku cukup menambah beban di dadaku, setiap saat ia harus menceramahiku tentang ini dan itu. Bagaimanapun dia tetap ibuku, perhatiannya memang dalam bentuk omelan.

"Tentu. Seorang ibu harus menjaga anaknya yang terluka" kata ibuku dengan nada sindiran. Suasana akrab antara Yui dan Aime tergantikan dengan suasana aneh yang dibangun kehadiran ibuku, sehingga aku dan Aime hanya mampu menonton dengan bungkam.

"Anda tidak hanya istri yang baik tapi juga ibunya yang baik. Aku sangat iri pada Kaella, andai ibuku sebaik anda. Sayang umurnya begitu singkat" komentar Yui balas menyindir yang membuat suasana makin tegang. Apa yang terjadi diantara mereka berdua? Sejak kapan mereka seperti dua orang yang bermusuhan?

Ibuku berdeham, melonggarkan suaranya yang tersendat akibat ucapan Yui. Bagian mana perkataan Yui yang membuat ibuku menjadi pucat pasi? "Bisa kita berbicara sebentar Yui. Ada hal penting yang ingin kubicarakan denganmu" kata Ibuku akhirnya.

"Dengan senang hati" balas Yui ikut berdiri dan mengikuti ibuku.

Aku berdehem saat mereka berjalan menjauh "Aime, kau dekat dengan Yui?" tanyaku.

Aime juga ikut berdeham, sama-sama membebaskan diri dari suasana mencengkram tadi "Ya, Nyonya. Tuan menugaskanku mengurus Abiel dan Steve saat Nona Kito sibuk. Dia tidak hanya cantik tapi juga baik hati. Berbeda dengan kebanyakan orang, ia memperlakukanku dengan baik, bahkan aku merasa ia seperti keluarga jauhku" katanya.

Inginku tertawa kesakitan, pelayan pribadi, suami dan banyak hal yang kugunakan adalah milik Yui pada awalnya. Betapa lucunya takdir hidupku. Aku mengambil miliknya dan dengan tidak tahu diri malah membenci dan memusuhinya.

FIRE OF DECEIT ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang