Jingga*58

73.9K 3.2K 30
                                    


#58

Jika dirimu tau bahwa kamu berubah kenapa harus bertanya dulu kepadaku yang bukan siapa-siapa dihidupmu?.

Jingga masih dibuat bingung, bagaimana tidak? Raport miliknya tak ada di wali kelasnya.

Katanya sudah ada yang mengambilnya, tapi siapa?.

Jingga duduk di koridor depan kelasnya yang sudah nampak sepi, jam menunjukan pukul setengah dua belas siang, itu artinya pembagian telah selesai sejak sejam yang lalu.

Jingga memejamkan matanya beberapa menit sebari menundukan kepalanya, ia masih bingung siapa yang mengambil raport nya.

Jingga membuka matanya kaget, seseorang mengacak rambutnya.

"Juan?" Kejut Jingga, yang mengacak rambutnya adalah Juan.

Cowok dengan seragam tak rapih itu entah datang dari mana.

"Turun, bang Rasya nungguin Lo" ucapnya membuat Jingga membulat kan matanya lebar-lebar.

"Bohong"

"Muka gue kek penipu?" Tanyanya dingin.

Jingga bangkit, lalu langsung berlari meninggalkan cowok yang tak lain adalah mantan kekasihnya itu.

Jingga berlari menelusuri koridor dan beberapa anak tangga lalu melewati lapangan basket untuk menuju parkiran.

Dilantai atas, Juan masih memperhatikan gadis ceroboh itu.

Benar saja ,tepat di tepi lapangan gadis itu terjatuh, tak disangka tingkah gadis itu membuatnya tersenyum datar.

Tak lama, garis lurus itu langsung pudar ketika ponselnya bergetar dan nama yang terpampang dilayar ponselnya.

"Kenapa?" Ucapnya dingin menjawab panggilan telepon itu.

Terpampang nama 'Bajingan' di ponsel itu, ya Juan menamai ayahnya dengan nama bajingan, tak salah bukan?.

"Dua Minggu lagi kmau berangkat, saya sudah mengurus paspor dan data-data yang harus dilengkapi"

"Secepat itu anda ingin mengasingkan saya?"

"Saya tak peduli, kamu harus segera pergi dari negara ini"

"Bukankah waktu ini anda bilang saya akan berangkat setelah saya lulus?" Tanya Juan mengingat kesepakatannya dulu.

"Kalau kamu membantah jangan salahkan saya jika Ibumu tak bisa bangun besok"

"Ck, urusi kepindahan gue secepatnya dan jangan sampe mama tau"

"Sepakat"

Juan mematikan sambungan teleponnya sepihak, bahkan ia tak mengucapkan salam ataupun sapaan ketika berbicara dengan ayahnya.

**

"Bang Rasya?" Panggil Jingga ketika melihat cowok yang tengah bersandar di sebuah motor, dia Rasya.

"Nilai kamu bagus" serunya.

Jingga langsung memeluk kakaknya itu, apapun alasannya buat Rasya untuk tinggal adalah hal yang sangat Jingga bahagia.

"Makasih bang" seru Jingga yang masih diperlukan Rasya.

Tangan cowok itu terulur untuk mengelus pucuk kepala Jingga sayang.

"Mau pulang?" Tanya Rasya.

Jingga mengguk mau, gadis itu menurut dan duduk di boncengan motor Rasya.

Motor itu melaju dengan kecepatan rata-rata, "Abang kenapa disini?" Tanya Jingga membuka percakapan.

"Gue pingin aja" serunya berbohong.

"Bukan Jingga alasan buat Abang gak pergi?"

"Idih PD banget Lo, gue gak mau aja tinggal sendirian di negri orang"

"Bang Rasya bohong ya?"

"Bohong buat apa?"

Bibir Jingga memanyun, ia kesal ternyata abangnya kembali bukan karena dirinya tapi karena takut tinggal sendirian di negri orang.

Ponsel gadis itu bergetar dari dalam saku roknya, tangannya terulur untuk mengambil nya dan langsung membuka pesan yang ternyata berasal dari sahabatnya.

"Bang, Jingga berhenti disini aja" ucap Jingga membuat alis Rasya menyatu bingung.

"Lo mau kemana?"

"Jingga juga punya privasi kali bang" seru Jingga tersenyum "berhenti bang" peri tahnya lagi.

Rasya menurut untuk kali ini ia ingin gadis kecilnya itu tersenyum lagi, Jingga turun dari motor itu "pulang jangan sore" ucapnya.

"Siap bang" kata Jingga, Rasya mengguk lalu menjalankan kembali motor nya.

Jingga clingak-clinguk mencari angkutan yang akan membawanya ke kawasan perumahan sahabat nya.

Jingga masih penasaran kenapa. Rita mengirim pesan demikian, padahal setau Jingga ia dan dengan Rita sudah baikan dan sudah tak ada lagi saling salah paham.

Sorry kalo part ini gak nyampe 1000 kata,, aku lagi gak mood,,
Hehe,,,

Jangan kapok buat baca ya,,
Aku tunggu keprihatinan kalian

See you next part
@sellaselly12

Jingga (Tersedia Di Toko Buku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang