Jingga*52

80K 3.4K 59
                                    


#52

Tak usah kembali, aku sudah menyerahkan tuk menanti.

Hujan deras diluar sana membuat suasana dingin hingga ke ruangannya diamana Jingga berada.

Sangat memprihatikan, itu keadaan Jingga.

Sudut bibirnya mengeluarkan darah sama seperti sikunya, seragam putihnya tak bisa dibilang putih lagi, rambutnya acak-acakan.

Tangan dan kaki terikat, memberontak ia tak bisa.

Untuk saat-saat seperti ini perutnya sangat membutuhkan asupan makanan.

"Kenapa gak triak lagi? Laper?" Tanya seseorang yang memakai masker.

Mata itu, mata yang sering Jingga lihat, mata yang sama seperti seseorang yang selalu ada ketika dibutuhkan.

Ya,, itu mata yang mirip sekali dengan mantan kekasihnya, Juan.

Dan pemilik mata itu hanya Juna yang memiliki, cowok yang berhenti menjadi ketua OSIS dengan alasan Jingga.

Cowok yang dibenci Juan entah apa alasannya, cowok yang tiba-tiba hilang setelah kelulusan.

"Kak Juna?" Ucap Jingga ragu.

"Yah, penyamaran gue ketahuan" ucapnya dengan nada menyesal namun matanya menatap Jingga penuh dengan penuh kebencian.

"Kamu beneran kak Juna?" Tanya Jingga menyakinkan.

Cowok yang dianggap Jingga Juna itu membuka masker berserta topi hitamnya, benar apa yang Jingga duga, dia Juna.

Taka dan yang berbeda dengan cowok sembilan belas tahun itu, hanya saja matanya sedikit sendu dan tak sejernih dulu.

"Gimana? Sakit gak tuh bibir?" Tanyanya memegang pipi Jingga, gadis itu memalingkan wajahnya enggan untuk disentuh.

"Ini benaran kak Juna?" Jingga, gadis itu masih tak percaya.

Juan diketuai OSIS yang disegani dan terkenal pandai itu kenapa terlibat di salah satu Genk yang mungkin berbahaya.

"Kenapa? Lo masih gak percaya?" Tanyanya melipat tangannya di dadanya.

Jingga Bungkam tak bersuara sama seperti Juna.

Hanya suara tetesan air hujan yang berjatuhan yang terdengar begitu jelas sampai keruangan yang hanya ada Jingga dan Juan.

"Bentar, gue telfon adik gue, eh lebih tepatnya adik tiri gue" ucapnya lalu mengotak-atik ponselnya.

Setelah sambungan telepon tersambung, Juna memperlihatkan Jingga siapa yang ditelpon.

Mata gadis itu melebar sempurna "Juan?" Ucapnya tak percaya.

Maksudnya apa? adik tiri Juna adalah Juan?, Kenapa masalahnya semakin rumit.

"Bangsat, diamana Jingga sekarang?" Ucap Juan yang memang Juna me lospeker ucapan Juan.

"Santai"

"Cepet anjing".

Tak ada jawaban lagi, sambungan telepon terputus, Juna melangkah keluar dari ruangan meninggalkan Jingga sendirian.

Jingga (Tersedia Di Toko Buku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang