Jingga*31

93.3K 3.9K 54
                                    


#31

Bukankah jika jodoh ada ditangan Tuhan?,
Kita hanya bisa menunggu,
Menunggu seseorang yang akan terpilih menjadi jodoh kita.
Namun jangan salah jika Tuhan tak memberimu jodoh, sebab kita tak berusaha mencari jodoh kita :^

Bel pulang sekolah berbunyi, seperti biasa Jingga duduk dikursi depan kelasnya, pastinya sendirian.

Rita diamana?, gadis itu pamit untuk pulang duluan tadi ia berkata bahwa ada sesuatu yang harus ia beli, entah barang apa yang hendak gadis itu beli yang pasti Jingga sempat bertanya namun tak dijawab.

"Lo nungguin Juan?" Tanya seseorang dari samping Jingga, sontak gadis itu menengok.

"Kak Juna" kejut Jingga, terhitung sudah tiga hari lebih setelah Jingga keluar dari OSIS karena paksaan dari Juan, Jingga tak pernah berbicara dengan Juna, bahkan mereka tak saling menyapa jika bertemu dikantin atau di koridor.

"Hem,,Lo nungguin Juan?" Tanya Juna duduk disamping Jingga, membuat gadis berkuncir kuda itu menggeser bokongnya sedikit menjauh.

"Kenapa?" Tanya Juna dengan alis mengkerut, Jingga hanya menunduk sebari meremas tangannya sendiri. Gadis itu takut.

Takut jika ada yang melihatnya sedang itu dengan Juna, takut jika Juan melihatnya duduk berdampingan dengan Juna, takut Jika Juan dan Juna bertemu akan berkelahi seperti waktu lampau.

"Jingga takut" jujur Jingga tak berani menatap mata elang Juna yang jika dilihat dengan seksama akan sama seperti Juan.

"Takut kenapa? Emangnya gue gigit apa" ucap Juna lalu terdengar kekehan dari Juna, Jingga melirik. Ternyata benar, Juna tengah tertawa entah menertawakan apa.

"Kak Juna kenapa ketawa?" Tanya Jingga kini sudah berani menatap seniornya itu.

"Lo lucu kalo lagi takut" ucap Juna mengacak rambut Jingga, membuat gadis itu mendengus kesal.

"Jangan di acak-acak" ucap Jingga memanyunkan bibirnya sebari memperbaiki tatanan rambutnya.

"Iya deh iya" ucap Juna mengalah.

"Hemm" dehem Jingga, Juna bengkit membuat Jingga menautkan alisnya.

"Gue pulang dulu"pamit Juna.

"Oh ok" sahut Jingga, Juna langsung melangkah pergi meninggalkan Jingga tanpa menjawabnya lagi.

***

Jam menunjukkan pukul setengah tiga, namun gadis berkuncir kuda itu belum pulang kerumahnya.

Ia malah tengah duduk di kedai es-krim bersama kekasihnya yang duduk tepat di depannya.

"Juan marah ya??" Ucap Jingga, gadis itu yakin sekali bahwa laki-laki didepannya itu tengah merajuk.

Tadi waktu Ia menjemput Jingga didepan kelasnya, cowok itu melihat gadisnya tengah berbicara dengan seseorang yang sangat ia benci.

Langsung saja cowok arogant itu menyeret kekasihnya itu, ia tak mau gadisnya tersakiti oleh laki-laki itu.

"Ih, Juan marah beneran ya? Kok dari tadi Jingga ngomong gak dijawab" kesal Jingga.

"Lo ngomong kan? Bukan tanya? Ngapain gue jawab" ketus Juan, sedari tadi cowok itu asik memainkan hpnya dan mengabaikan ada Jingga didepannya.

"Ih, maksud Jingga itu, itu" ucap Jingga sebari memakan es-krim nya kembali.

Tak ada jawaban membuat gadis berkuncir kuda itu menciutkan bibirnya kesal.

"Juan coba makan es-krim yang sama kaya Jingga" tawar Jingga sebari memamerkan es-krim rasa coklatnya.

"Kenapa?" Tanya Juan.

"Biar gak BT lagi" seru Jingga.

"Kata siapa?" Tanya Juan namun dengan nada tak seperti bertanya.

Jingga menyengir "kata Jingga, tadikan Jingga baru bilang" seru Jingga.

Cowok yang diajak bicara malah sering dehem saja, bahkan ia asyik bermain ponselnya kembali.

"Ih, Juan kok malah main hp lagi sih"

"Hemm"

"Asik sendiri kan, Jingga di cuekin" Jingga menompang dagunya kesal.

"Kaya Lo gak aja" ketus Juan, tanpa sepengetahuan gadisnya ia memotret muka kesal Jingga hingga waktu Jingga memanyunkan bibirnya.

"Kapan Jingga asik main hp didepan Juan?" Jelas Jingga.

"Waktu baca novel"

"Itu beda, kalo Jingga jelas lagi baca, gak kaya Juan, gak jelas"

"Gue jelas"

"Jelas apa?"

"Gue lagi baca"

"Baca apa?"

Juan Tersenyum semrik, "baca status"

"Status apa?"

"Status mantan"

"Juan punya mantan?"

"Gak"

"Tadi katanya lagi baca status mantan"

"Bukan mantan gue"

"Terus mantan siapa?"

"Mantan teman"

"Namanya siapa?"

Juan menghela nafasnya dalam-dalam "Untung sayang" ucapnya lirih, namun masih bisa didengar gadisnya.

"Nama temannya Juan, untung sayang?" Tanya Jingga lurus.

"Lo gak perlu tau, Lo udah selesai makan es-krim nya?" Tanya Juan lalu menaruh ponselnya kedalam saku sekolahnya.

"Iya, ya udah ayo pulang" ucap Jingga lalu bangkit dari duduknya.

"Lo gak mau bayar?" Ucap Juan datar, Jingga melebarkan matanya kaget, gadis itu kira Juan yang akan menlaktirnya.

"Hah, bukan Juan yang bayar?" Ucap Jingga.

"Elo yang makan ya elo yang bayar" kata Juan lalu melangkah meninggalkan Jingga yang masih mencerna kata-kata Juan.

"Ih, Jingga kira mau dibayarin, kalo ngerti gitu mah gak usah kesini, udah mahal, sedikit lagi" kesal Jingga menghentakkan kakinya membuat pengunjung kedai melihatnya sinis, buru-buru ia menutupi mulutnya menggunakan kedua tangannya, lalu melangkah menuju kasir untuk membayar es-krim nya.

See you next part

Jingga (Tersedia Di Toko Buku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang