Jingga*32

87.5K 3.9K 63
                                    


#32

Tuhan memberikan
Mata untuk melihat, bukan untuk melirik,
Mulut untuk berbicara, bukan men caci,
Tangan untuk memberi, bukan untuk meminta,
Hati untuk kasihi bukan untuk disakiti.

Malam ini, dirumah yang sunyi hanya ada dua orang disana yang tengah menonton tv satu untuk berdua.

"Jingga, ganti napa" kesal Rasya, sedari tadi Jingga lah yang menguasai tv, sedangkan Rasya hanya menurut sang adik untuk menonton apa.

"Ih, nanti bang, emangnya bang Rasya mau nonton film apa?" Tanya Jingga namun matanya masih fokus menatap layar tv yang tengah menampilkan film kartun.

"Nanton Azab" kesal Rasya.

"Oh,,, gak perlu nonton bang nanti juga kena sendiri kok" celetuk Jingga asal.

"Adek durhaka" ketus Rasya.

"Biarin yang penting Jingga tetep seneng" ucap Jingga " yaa,, filmnya udah selesai" kesal Jingga, film yang tengah ditontonnya membagi sudah selesai.

"Udah selesai kan, cepet sana masuk, udah malem juga tuh mata masih melek lebar kek gitu" judes Rasya.

"Iya" Jingga bangkit lalu melangkah menuju kamarnya.

"Bang" jerit Jingga memanggil sang kakak yang memang jaraknya cukup jauh.

"Apa" sahut Rasya ikut menjerit.

"Hati-hati nanti ada yang nemenin tuh dibelakang" Jingga cekikikan sendiri.

"Gue gak takut, elo tuh yang hati-hati nanti dikeloni Kunti lanak" jerit Rasya kembali, terdengar suara seseorang yang berlari mendekat kearahnya.

"Bang" Jingga telah sampai di samping Rasya membuat cowok itu terkikis geli karena telah berhasil mengerjaun sang adik.

"Apaan" ketusnya.

"Jingga takut, temenin Jingga tidur yuk" ucap Jingga dengan muka memohon.

"Ogah, nanti Lo ompolin gue lagi" elaknya.

Walaupun Rasya menolak, namun gadis itu terus merengek"Jingga udah gak ngompol kok bang, ayolah"

"Lo udah gede Jingga, sana masuk kalo mau ditemenin minta aja ke Juan" ujar Rasya.

"Ih gak baik bang" kesal Jingga.

"Gak baik gimana?"

"Gak baik kalo laki-laki main malem, apalagi kerumah pacarnya" ujar Jingga, Rasya memutar bola matanya malas, ia malas berdebat dengan adiknya yang kelewat polos ini.

"Ck, maksudnya Lo telponan aja sana sama Juan"

"Oh oke deh" ucap Jingga lalu berlari menuju kamarnya.

**

Jingga berbaring di kasurnya, tangannya mengetik nama seseorang lalu menghubunginya.

"Hallo, Juan" ucap Jingga setelah sambungan telepon tersambung.

"Kenapa?"

"Gak papa, Jingga pingin denger suara Juan aja"

"Matiin ya"

"Kok gitu?"

"Lo denger suara gue?"

"Iya"

"Ya udah, matiin"

"Ih, Jingga gak paham"

"Lo nelfon gue cuma mau denger suara gue kan?"

"Iya"

Jingga (Tersedia Di Toko Buku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang