Jingga*51

79.4K 3.3K 75
                                    


#51

Kamu harus istirahat sama makan yang cukup biar gak sakit, nanti kalo kamu sakit gak ada yang nyakitin aku lagi?.

"Aduh buk, saya kan gak ikut berantem, kenapa saya juga dapet hukuman?" Protes Andi tak terima jika dirinya juga dikenai hukuman atas perkelahian antara Juan dan Dito.

"Kamu protes lagi? Tadi disuruh cabutin rumput dibelakang gak mau, sekarang buat bersihin kamar mandi gak mau, kamu maunya apa?" Sewot Buk Nike.

Diaman Juan? Cowok itu tengah berada di gudang belakang sekolah bersama Dito dan Yudi, mereka tengah membersihkan ruang itu.

Sedangkan Reza dan Andi, ya begitulah nasib mereka berdua. Reza menyesal telah mau mengikuti Andi untuk protes tentang hukuman mereka.

Ya Andi dan Reza dihukum oleh buk Nike untuk membersihkan rumput dibelakang sekolah yang tak jauh dari gudang, namun bukan Andi jika tak banyak bicara.

Cowok yang satu itu terus-menerus protes, tak mau bersama Reza lah, tak mau membersihkan rumput lantaran panas lah, tak mau ikut membersihkan gudang karena alergi debu lah, hingga sampai saat ini pun buk Nike masih bernegosiasi dengan Andi.

Membuat Reza pusing mendengarkan perdebatan antara guru dan murid yang sama-sama tak tau ujung nya apa.

"Pokoknya ibu gak mau denger protestan dari kamu lagi, cepat bersihkan kamar mandi" seru Buk Nike lalu pergi meninggalkan Reza dan Andi yang masih duduk di ruangan eksekusi yang berada di samping ruang OSIS.

"Lo sih pake acara protes segala, jadi kalah cepet kan kita sama Yudi" ucap Reza.

"Eh, Malika untung juga gue protes, kalo kagak Lo mau kulit Lo yang eksotis itu tambah eksotis?"

"Enak aja Lo panggil gue Malika, gak terima gue"

"Lah, Malika warnanya apa?"

"Item"

"Kulit Lo warna apa?"

"Bisa dibilang item sih"

"Nah tubuh Lo kecil apa gede?"

"Kalo dibandingin sama elo sih kecil"

"Lah Malika kecil apa gede?"

"Namanya juga kedelai, ya pasti kecil lah"

"Ya udah gak usah protes, Lo mirip sama Malika, kecil item tapi sayangnya Lo gak manis tapi pait" Andi berjalan mendahului Reza sedangkan cowok kecil hitam itu tengah memikirkan apa yang dikatakan Andi.

"Eh,, enak aja Lo anoa panggil gue Malika, gini-gini gigi gue putih tau" ucapnya sedikit menjerit sebari mengejar Andi.

***

Jantung gadis yang duduk sebari meremas sabuk pengaman ia duduk yang tak lain mobil milik Alfa tak mau berhenti berdegup.

"Alfa, ini tempat apa?" Panik Jingga, mobil itu memasuki bangunan yang menurut Jingga snagat tak terawat.

Tembok putih itu berubah manjadi sedikit kehijauan karena ada lumut yang menempel, lantainya sangat kotor dan keramik yang menempelpun sudah copot dan retak.

Alfa tetap diam, raut wajahnya masih sama, datar dan sangat menyeramkan hingga Jingga enggan untuk menjawab.

Alfa memberhentikan mobilnya, cowok itu turun sedangkan Jingga masih duduk sebari menerka-nerka apa yang Alfa lakukan.

Panik, pastinya.

Teman-teman Alfa datang secara bergerombol membuat gadis yang masih duduk di mobil itu sedikit parno.

Sesegera mungkin ia mencari ponselnya untuk mengabari Ari bahwa ia butuh bantuan cowok itu.

Namun belum sempat gadis itu menghubungi Ari, tangannya terlebih dahulu ditarik setelah Alfa membuka pintu mobil, dan seketika ponsel milik Jingga direbut secara paksa.

Lebih parahnya lagi, ponsel seharga lebih dari dua juta itu dibanting dengan kerasnya hingga layar ponsel itu retak tak berwujud.

"Ponsel Jingga" pekik Jingga dengan lengan atas masih di pegang oleh Alfa.

"Itu gak seberapa" serunya dingin.

Alis Jingga mengkerut bingung, pasalnya ia tak merasa berbuat masalah dengan Alfa.

Jantungnya berdegup dengan ritme yang tak beraturan itu dikarenakan ia gugup sekaligus takut.

Tangan terus ditarik sebelah oleh Alfa dan lagi-lagi gadis itu hanya bisa meringis kesaktian tanpa suara.

Bugh,,,

Pantan Jingga mendarat dengan kerasnya ke lantai, seragam putih serta rok abu-abu nya sekarang terlihat sangat kotor.

Jingga menengok untuk melihat sikunya yang terasa pedih, benar saja disana ada sedikit darah yang keluar.

Walaupun sedikit namun terasa sakit, Alfa dan kawan-kawan tertawa sangat kencang melihat haid. Yang masih tersungkur itu meringis kesakitan

Mata Jingga memandangi cowok didepannya satu persatu, lima dari delapan cowok memakai topi putih persis seperti yang dikenakan orang Yaang mengambil jaket milik Juan.

Dan mata gadis itu terfokus pada cowok yang memakai topi hitam kaus oblong dilapisi jaket denim yang robek dimana-mana seperti gembel, namun Jingga tak dapat mengenali wajah cowok itu sebab ada masker yang menutupi mulut dan hidungnya.

Mata mereka bertemu, Jingga termenung sebentar sebentar sepertinya ia tau mata itu, mata yang tak asing baginya namun belum selesai berfikir.

Alfa menendang kaki mungil Jingga "Alfa kenapa?" Ringis Jingga namun ia tetap menahan air matanya agar tak lolos didepan segeraom cowok itu.

Tentu saja gadis itu tak mau terlihat lemah.

"Bangun" perintah salah satu cowok yang Jingga kenal.

Ya dia Valent, Jingga pernah melihat cowok itu dan ia kenal karena Ari yang menunjukan foto cowok itu dulu.

Bukannya Ari hendak menjodohkan mereka, namun untuk diketahui Jingga bahwa gadis itu harus berwaspada dengan cowok yang ada didalam foto.

Jingga menurut, gaidis itu bangkit dengan kaki yang bergetar ia memundurkan langkahnya untuk menghindar dari laki-laki itu.

Cowok bermasker misterius itu mendekat membuat Jingga bersemangat untuk memundurkan langkahnya cepat-cepat.

Tak seperti di novel-novel yang melangkah mundur lalu tersentak tembok dibelakang punggung.

Ya,, tentu saja Jingga membalikan badannya lalu dengan sekuat tenaga berlari sekencang mungkin entah kemana.

Kakinya mengarahkan dirinya ke belakang gedung yang berisi rumput ilalang.

Jingga tak menghiraukan keberadaan rumput yang mungkin ada hewan yang menjijikan didalamnya, gadis itu tetap berlari tentu saja Alfa dan orang bermasker itu mengejar Jingga.

Jingga hanya melihat ada Alfa dibelakangnya itu artinya hanya Alfa yang mengejar Jingga dan yang lain entah kemana?.

Hmppp

Gelap, itu yang Jingga rasakan.

Sebuah tangan menutupi mulut dan matanya tertup kain hitam membuat gadis itu tak bisa melihat seseorang yang tiba-tiba muncul Ari balik semak-semak.

"Dulu, gue udah pernah bilang, jauhin Alfa dan Lo malah buat dia marah" ucapnya tepat ditelinga Jingga.

Otaknya mulai berfikir, suara itu tak asing baginya.

See you next part

Votment deh,, tp gak maksa dengan, hehe.

Cukup yang baca banyak, itu aja aku senengnya nauzubillah..

Salman
@sellaselly12

Jingga (Tersedia Di Toko Buku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang