Jingga*48

82.6K 3.8K 85
                                    


#48

Sahabat seharusnya saling bertukar rahasia bukannya saling menyembunyikan rahasia.

"Mamaaaa" jerit gadis dengan kantung kresek ditangannya.

Seragam khas anak SMA sama dengan seragam yang dikenakan laki-laki yang tengah berjalan santai dibelakang perempuan tadi dengan kedua tangan ia masukkan kedalam saku celana.

"Jingga?" Ucap wanita paruh baya yang tengah duduk di ranjangnya, disana juga ada seorang wanita berpakaian putih, sepertinya wanita itu seorang suster.

"Iya ma ini Jingga, liat nih Jingga bawain buah naga, mama suka gak?" Tanya Jingga ceria, suster yang berada di belakang Fira tersenyum.

Fira tak menjawab, perempuan itu hanya mengguk menandakan bahwa setuju.

Dengan semangat, Jingga langsung memotong buah naga sebari duduk di samping Fira.

Juan? Cowok itu duduk di sofa sebari bermain ponselnya, sedangkan suster tadi sudah keluar karena di perintah Juan untuk segera keluar.

"Basah" ucap Fira tanpa ekspresi setelah mengelus pucuk kepala Jingga yang sedikit basa karena terkena air hujan.

Ya, diluar masih hujan bahkan semakin deras, langit seakan-akan tengah mengeluarkan isinya yang selama ini ia simpan rapat-rapat.

Langit berubah menjadi warna biru tua bahkan bisa dianggap gelap, jam didinding ruangan yang bernuansa putih itu menunjukan pukul setengah enam sore.

"Hehe,, iya Ma. Tadi Jingga kena hujan waktu turun dari mobil"

"Mama pingin"

Jingga menengok "mama pingin apa? Jingga bakalan turutin permintaan mama kok"

"Mama pingin main hujan" ucapnya memandangi hujan dari jendela kamarnya yang tak jauh dari ranjang.

"Udah sore tapi Ma,, lain kali aja ya main hujannya. Jingga janji deh bakalan ajakin mama main hujan, tapi ada syaratnya"

"Syarat?" Beonya.

"Iya syaratnya mama harus sehat, baru Jingga mau ajakin mandi hujan sama mama"

Fira tersenyum girang, Jingga ikut tersenyum sama seperti Juan yang tengah menyembunyikan senyumannya menggunakan ponselnya.

***

"Jingga kangen bang Rasya" ucap Jingga menundukkan kepalanya.

Sekarang ia tengah berada di dalam mobil yang sama dengan Juan untuk menuju kediaman gadis berkuncir asal itu.

"Bang Rasya udah di rumah" ucapnya datar masih fokus menatap jalanan.

Jingga menengok antusias "beneran? Kok bang Rasya gak kasih tau Jingga dulu sih?"

"Biar suprais katanya"

"Kok Juan ngomong kalo bang Rasya udah dirumah, jadinya gak jadi suprais dong" ucap Jingga memanyunkan bibirnya.

"Lo tanya, gue jawab."

"Ck,, harusnya kan Juan pura-pura gak tau gitu apa pura-pura gak denger biar Jingga ngerasain suprais itu kaya apa" sebal Jingga.

"Kalo gue gak jawab pertanyaan elo, apa elo bakalan berhenti tanya sebelum gue jawab?"

Tanpa bersalahnya Jingga hanya menyengir lebar seperti kuda, Juan hanya membuang nafasnya kasar melihat tingkah mantan gadisnya itu yang kelewat polos.

"Oh iya Juan, waktu Juan pindahin gantungan mimpi yang Jingga kasih buat Juan, Juan bisa mimpi indah?"

"Lupa"

Jingga (Tersedia Di Toko Buku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang