One

2.1K 104 127
                                    

Pagi itu Kim Jinhwan tengah berjalan keluar dari gedung apartement miliknya. Ia akan pergi ke sebuah tempat dimana hanya ada kesunyian disana. Mimik wajahnya tidak bisa ditebak, antara kesal, sedih, kecewa, marah, dan juga kesepian. Setahun belakangan ini ia banyak diam. Diam dalam arti yang sesungguhnya, tidak berbicara. Dia seperti bisu.

Tidak, Kim Jinhwan tidak bisu sejak lahir. Dia bahkan sama sekali tidak bisu. Dia hanya tidak ingin mengeluarkan suara lagi. Apalagi menyanyi. Ah iya, Kim Jinhwan itu penyanyi, suaranya sangat indah untuk didengarkan ketika malam.

Kaki mungilnya terus melangkah ditengah keramaian kota pagi ini. Menyusuri bangunan-bangunan gedung yang berjejer sepanjang perjalanan. Dan tepat di depan sebuah toko bunga, dia berhenti. Memandang sejenak ke dalam toko. Bibirnya tersenyum. Amat tipis. Bila kau hanya memandangnya sekilas, maka kau tidak akan sadar kalau dia sedang tersenyum.

Setelah cukup untuk 'mengenang' kakinya kembali melangkah. Tujuannya hanya satu. Rumahnya.

.

Di depannya sudah berdiri sebuah pagar yang menjulang tinggi. Terlihat sedikit usang dimakan usia. Ini rumahnya. Dia sudah sampai.

Kembali kaki mungil itu melangkah, kali ini dengan sedikit perlahan. Menuju sebuah rumah kecil.

Dia berdiri, matanya sedikit memburam. Tapi dia tidak boleh lemah saat disini. Perlahan dia mulai berjongkok, dan tangan mungilnya meletakkan sebuket bunga mawar.

"Sudah lama sekali ya, Jun." Dia bermonolog. Mengusap sebuah nisan. Ya, dia berada disebuah pemakaman.

"Ini tepat setahun kau meninggalkan kami. Tidakkah kau rindu?" Lagi-lagi kalimat ini yang dia ucapkan saat berada disini. "Aku rindu sekali padamu. Pada Hanbin, pada Kimbab bodoh itu, pada iKON." Tambahnya.

Suasana di pemakaman sangat sepi. Hanya ada bunyi dedaunan yang tertiup angin.

"Kau apa kabar, Jun? Kalau aku.. Aku sedang tak baik kali ini. Tidakkah kau tau perasaanku, Jun? Aku kesepian. Aku ingin kau disini, disampingku. Mendengarkan keluh kesahku." Jinhwan menghela napas sebentar, "Sejak kejadian setahun yang lalu, aku jadi amat sangat tertutup. Aku butuh kau, Jun.." Kali ini matanya menerawang jauh ke langit.

Dia sedang rindu, dan hanya ini yang bisa dia lakukan.

Tak lama, sepasang sepatu muncul di samping tempatnya berjongkok.

"Jinana, ayo kita pulang." Suara husky yang sangat dia kenal, masuk ke pendengarannya.

Jinhwan mendongak, matanya bersiborok dengan mata tajam seorang pria. Junhoe.

Pria itu seperti biasa selalu menemani Jinhwan kesini. Ke pemakaman.

"Jun.." Jinhwan melirih.

"Hmh?" Junhoe balas menggumam. Bibirnya tertarik ke atas. Tersenyum. Jinhwan sudah biasa seperti ini. Pergi ke pemakaman, tidak lupa dengan sebuket bunga mawar ditangannya.

"Aku rindu Junhwa." Balas Jinhwan pelan. Matanya tak lepas dari nisan bertuliskan nama Junhwa.

"Aku juga rindu," Junhoe bergabung dengan Jinhwan yang berjongkok, "Tapi Jiwon hyung dan Hanbin hyung akan pulang hari ini. Kita harus membuat pesta kecil untuk menyambutnya." Sambungnya.

Mata Jinhwan mendadak berbinar. Dia segera bangkit dan menarik tangan Junhoe agar berdiri. Kemudian berkata, "Ayo Jun, nanti kita terlambat menyiapkannya." Ucapnya riang.

Junhoe hanya terkekeh. Jinhwan hyung-nya ini sangat ajaib. Mudah berubah mood sekali hanya dengan mendengar bahwa Jiwon dan Hanbin akan pulang.

Ngomong-ngomong, Junhwa itu anjing Jinhwan dan Junhoe yang mati setahun yang lalu akibat tak sengaja tertabrak mobil. Dan soal Jinhwan yang merindukan Hanbin juga Jiwon, itu karena duo rapper itu sedang berada di Jepang.

Jinhwan itu ajaib kalau kata Donghyuk. Dan aneh kalau kata Chanwoo. Dia bisa se-lebay itu kalau merindukan Junhwa, anjing kesayangannya, yang ini kata Yunhyeong. Dan seperti mempunyai kepribadian ganda, Junhoe dan mulut sialannya memang selalu membuat Jinhwan kesal.




Keut^


Hehehe, ini iseng-iseng aja sih. Tapi kalo banyak yang suka ku lanjut, drabble ko. Ringan aja.

JUNHWAN-drabble[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang