Ini adalah cerita tentang Koo June yang digilai oleh para wanita. Seorang mahasiswa tingkat akhir dengan sejuta pesona. Wajah tampan dan anak seorang pengusaha kaya adalah point utama.
June adalah orang yang mudah bergaul, teman-temannya banyak. Dia juga seorang kapten basket di fakultasnya. Sudah dikelilingi wanita, banyak teman, anak orang kaya, tampan, ramah pula. Pointnya banyak sekali sih June ini.
Seperti saat ini June sedang berdiskusi dengan beberapa rekannya di taman fakultas kedokteran. June ini calon dokter, omong-omong. Saat dia sedang serius berdiskusi, beberapa gadis menghampirinya sambil tertawa ala anak muda.
"June oppa.." panggil salah satu gadis yang paling tinggi diantara kelima temannya.
June menoleh kearah suara gadis tadi, "Ya?" jawabnya ramah.
Gadis yang diketahui bernama Jang Hanna itu tersenyum malu-malu sambil menatap June. June sendiri hanya menyeringai geli.
"Ini untukmu oppa." katanya sembari memberikan sebuah kotak berukuran sedang pada June.
June menerimanya dan tersenyum, "Terima kasih, Hanna." tuturnya tulus.
Hanna ikut tersenyum dengan manis kemudian berpamitan dan June mengangguk mempersilahkan.
Jauh beberapa meter disana, sesosok pria mungil tengah memperhatikan kejadian yang baru saja terjadi. Duduk di samping sebuah jendela besar di lantai 3 gedung fakultas kedokteran. Sebut saja dia Jinhwan, atau teman-temannya lebih senang memanggilnya Jinani.
Duduk dengan pandangan mengarah ke taman dimana June dan rekan-rekannya sedang melakukan sesuatu. Bibirnya menggumamkan kata-kata seperti, beruntungnya gadis itu bisa bercakap dengan June.
Iri? Tentu saja. Dia itu pengagum June, hanya saja dia mengagumi lelaki itu secara diam-diam. Tidak berani untuk mengungkapnya secara terang-terangan.
Tapi hati kecilnya selalu berteriak untuk jangan iri pada orang lain. Iri itu tidak baik, kalau kata ibunya.
"Melamun?" Jinan tersentak saat suara seseorang masuk ke gendang telinganya.
"Oh. Kau mengejutkanku, Sehun." ucapnya.
"June lagi?" tanya Sehun. Jinan hanya mengangkat bahunya acuh. Tidak memberikan jawaban pasti. Tapi sehun tau bahwa June adalah penyebab utama Jinan melamun.
"Kenapa tidak mencari laki-laki lain saja sih Jinani?" pria berwajah datar itu bertanya hal yang bahkan sudah dia tanyakan ribuan kali pada Jinan.
"Mana bisa." jawab Jinan pendek.
Ya, mana bisa.
...
June kembali ke apartementnya pada pukul lima sore. Dia menekan beberapa digit angka untuk membuka pintu. Setelah bunyi ting terdengar dia segera membuka lebar pintu bercat hitam pekat itu. Setelahnya dia menutup kembali pintunya dan segera melepas sepatu berwarna hitam merk terkenal.
Dia mengganti sepatunya dengan sendal rumahan yang biasa dia pakai. Di atas rak sepatu sudah bertengger indah sepasang sepatu berwarna senada dengan sepatu milikknya. Ah dia sudah pulang.
"Aku pulang.." ucapnya sembari melangkahkan kaki menuju ruang tamu. Tumben dia tidak ada di ruang tamu. Kemana dia?
"Sayang?" panggilnya memastikan. Dia melempar tubuhnya ke atas sofa merah winenya.
Tak lama terdengar sebuah langkah kaki yang menuruni tangga. "Kau sudah pulang?" disusul oleh suara yang sangat enak untuk di dengar.
"Eung." jawab June. Dia memejamkan matanya.