Five

657 76 11
                                    

Hari ini Jinhwan pulang sedikit terlambat, yah kau tau kan jalanan bila di sore itu memang mengundang kemacetan. Bukan, Jinhwan bukan terlambat karena terjebak macet, tapi karena seseorang telat menjemputnya.

Dia sedang berdiri di depan sebuah gedung tinggi. Gedung kantor tempatnya bekerja. Kakinya sudah pegal karena terlalu lama berdiri. Sialan, kemana pria itu sebenarnya?

Bibirnya terus mengumpat sampai deringan ponsel menghentikan kegiatan mengumpatnya. Dirogohnya saku celana bagian depan guna menarik benda pipih itu.

"Apa?" Katanya. Seseorang di seberang telpon tertawa pelan, paham betul bila lelaki mungil ini sedang badmood.

"Jangan cemberut. Aku pulang besok." Suara ini, suara yang amat dia rindukan. Ya Tuhan....

Jinhwan tersenyum. Hampir menjerit kegirangan sebenarnya. Akhirnya yang ditunggu-tunggu pulang juga. "Sungguh? Kau pulang besok?" Tanyanya riang. Hilang sudah rasa kesal yang sedari tadi menggerogoti.

"Iya tentu saja. Bukankah sudah ku katakan aku hanya pergi sebentar? Tapi kaunya saja yang tidak bisa berjauhan denganku." Suara di seberang telpon terdengar mengejek.

"Ish kau tau bagiku sebentar itu terasa lama." Jinhwan merajuk.

"Iya iya. Apa dia belum datang?"

"Belum. Seperti biasa, selalu terlambat." Jinhwan mendesah ringan.

"Sudah ku bilang kan untuk berpacaran denganku saja, bukannya malah memilih lelaki itu."

"Hey, dengar ya bodoh, aku hanya mencintainya. Dan kau, cari saja lelaki lain. Sudah ya, dia sudah datang."

"Aku tau. Ya sudah ku tutup telponnnya. Berikan salamku untuk dia."

"Hmm.." dan sambungan ditutup oleh Jinhwan.

Setelah sambungan tadi ditutup, Jinhwan langsung memasuki sebuah mobil. Dengan wajah tertekuk dan bantingan pintu mobil dia menunjukan rasa kesalnya.

"Oke-oke, aku salah lagi. Tapi kau tau, aku terlambat karena membeli ini." Setelahnya sebuket bunga dan juga sepaket coklat muncul dihadapan Jinhwan. Wajahnya langsung berseri.

"Terima kasih, June. Kau tau kalau aku sangat mencintaimu..."

"Sama-sama. Aku juga mencintaimu." Pria yang dipanggil June tersenyum. Aih tampan sekali.

"Hanbin menitip salam untukmu."

"Berusaha menggoda lagi? Dasar tak tau diri si Kim Sialan Hanbin itu." June tertawa, dia tau kalau Hanbin hanya bercanda. Jinhwan disampingnya hanya terkekeh. "Darl, wanna date with me today?" June mengulurkan tangannya.

"Of course, hubby." Dan Jinhwan meletakkan tangannya diatas tangan June. Saling menggenggam.





.

Selesai


Koreksi jika diriku ini ada typo dalam penulisan. Kritik saran juga ku tampung.


Chapter depan pengennya sih lebih panjang, nggak cuma drabble. Tapi adakah yang minat?

JUNHWAN-drabble[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang