7. Tattoo

558 58 48
                                    

"Jun, aku pergi dulu." June yang sedang tengkurap di ranjangnya menoleh ke arah pintu.

"Kemana?" Tanyanya.

"Eung.. jalan-jalan dengan Bobby." Jinan menjawab dengan ragu.

"Oh oke, hati-hati." Balas June acuh. Dia sedang fokus pada gamenya, tidak bisa diganggu.

"Jun, pinjam kartu kredit." Jinan menghampiri June dan langsung menadahkan tangan.

"Dalam dompetku, ambil saja." Masa bodoh dengan kartu kredit, yang terpenting adalah gamenya.

Jinan langsung mengambil dompet June dan merampas kartu kreditnya. Dia menyeringai saat tau bahwa dompet itu bukan hanya berisi kartu kredit, tapi juga ada beberapa lembar uang lima puluh ribu won, dua lembar uang dollar. Pecahan seratus dollar. Wow.

Dengan licik, Jinan mengambil dua lembar lima puluh ribu won dan satu lembar uang dollar.

"Aku pergi dulu, Jun. Bye." Sejurus kemudian lelaki itu pergi meninggalkan kamar June.

"Ya dan jangan terlalu lama." June sedikit berteriak karena Jinan sudah keluar dari kamarnya.

.

Malam itu June tengah berkutat dengan ramen instan di tangannya. Duduk bersila di ruang tamu sambil menonton tv. Sesekali matanya melirik jam dinding, kenapa Jinan belum pulang juga? Biasanya kalau pergi bersama Bobby tidak akan lama.

Pesan yang June kirimkan sejam yang lalu belum juga dibalas oleh Jinan. Isinya sederhana tapi June yakin kalau Jinan gemetar membacanya.

Sepuluh menit kemudian pintu asrama terbuka, menampilkan Bobby dengan jaket ungunya dan di belakangnya ada Jinan dengan hoodie kebesaran milik June.

"Kami pulang.." Suara Bobby yang pertama terdengar. "Oh Jun, sedang apa?" tanya Bobby begitu melihat June sedang duduk sendirian di ruang tamu.

"Makan. Baru pulang?" Jawab June yang diakhiri dengan pertanyaan. Nadanya masih seperti biasa, acuh. Tapi Jinan yakin ada yang salah dengan June, atau mungkin dirinya.

"Huh? Iya, tadi tempatnya sedikit ramai. Jinan hyung, Jun, aku ke kamar duluan oke? Selamat malam." Setelahnya Bobby masuk ke dalam kamar miliknya, meninggalkan June dan Jinhwan di ruang tamu.

June hanya diam kemudian melanjutkan acara makannya. Jinan merasa tidak enak, dia segera menghampiri June dan duduk disebelahnya.

"Kenapa makan ramen?" Tanya yang lebih kecil.

"Hanya ada ramen." Jawab June dingin.

Jinan menghela nafas. June pasti marah, lelaki tinggi itu pasti salah faham.

"Kenapa tidak pesan saja? Ku buatkan nasi goreng ya?"

"Malas. Tidak perlu." Tolak June. "Tidakkah kau ingin menjelaskan kemana kau seharian ini, Kim Jinhwan?" Tanya June. Nada suaranya amat sangat dingin.

"Eung aku-- aku jalan-jalan." Balas Jinan gugup. Tapi June tidak akan semudah itu untuk percaya.

"Kim Jinhwan." Dan Jinan menelan ludahnya. Sial. Kalau dia jujur, June pasti marah. Tapi kalau dia berbohong, June akan lebih marah.

"Ke.. studio." Katanya menggantung.

"Studio?"

"Studio tatto."

"Kau?--"

"Aku janji ini terakhir kalinya Jun, aku janji." Belum selesai June berbicara, Jinan sudah memotongnya bahkan kini lelaki mungil itu menubruk tubuh June. "Jangan marahi aku. Aku minta maaf karena tidak bilang padamu sebelumnya. Maaf Jun maaf." Jinan memeluk June dengan erat, membenamkan wajahnya di bahu June. Dan merengek saat June memaksa untuk melepaskan pelukannya.

"Hey.. Jinan. Aku tidak marah. Lepaskan dulu oke?" Pinta June halus, suaranya sudah melunak walau kepalanya nyaris meledak karena kelakuan Jinan. "Kenapa tidak bilang padaku sebelumnya, hmh?" Tanyanya.

"Kalau aku bilang, nanti kau marah dan melarangku pergi." Jawab Jinan sambil melepaskan pelukannya.

"Dan kau fikir dengan kau tidak bilang padaku, aku tidak akan marah? Kau tau kan aku tidak suka tubuhmu penuh dengan tatto. Oke tidak penuh, tapi ini sudah cukup banyak, Jinan." Jelas June dan dia melotot saat Jinan hendak menyela ucapannya.

"Ini yang terakhir. Janji." Jinan berujar lirih, tidak yakin dengan janjinya kali ini.

"Aku pegang janjimu. Sekarang tujukan dimana letak tatto barumu." Titah June cepat. Jinan membuka hoodienya dan menurunkan sedikit kerah kausnya. Disana terdapat sebuah tatto bergambar cross. Ukurannya kecil, tidak seperti tatto-tatto sebelumnya.

June hanya mampu menghela nafas, bingung harus menanggapi bagaimana. Akhirnya yang bisa dia lakukan adalah bangkit dan berjalan ke arah dapur. Untuk mengambil segelas air, siapa tau air itu bisa meredakan amarahnya.

"Kau sudah makan?" Tanya June dan Jinan hanya mengangguk. "Segeralah mandi lalu istirahat." June mengatakannya sambil berlalu menuju kamar.

"Jun kau bilang tidak marah. Kenapa sekarang kau begini?" Tanya Jinan lirih. Sakit sekali rasanya diacuhkan June.

"Aku tidak marah, Jinan. Cepatlah kalau kau ingin mandi, sudah larut."

.

Dua minggu berlalu, kini June sudah bisa menguasai diri dan tidak lagi emosi ketika melihat tatto baru Jinan. Berterima kasihlah pada Bobby yang memberi alasan "Aku dan Jinan hyung mengadakan taruhan dan yang kalah harus membuat tatto baru", padahal taruhan itu bohong. Tidak ada taruhan diantara mereka.

.

Saat ini June dan Jinan sedang berada di dalam kamar Jinan. Tidak ada kegiatan yang berarti sebenarnya. Keduanya hanya sedang tengkurap diatas ranjang Jinan dengan ponsel di tangan masing-masing.

"Jun?" Panggil Jinan lembut. June hanya menggumam.

"Hari ini aku akan menemani Hanbin, tidak apa-apa?" Jinan bertanya hati-hati. Takut June meledak begitu saja.

"Kemana?" June balik bertanya. Kini ia sudah tidak lagi memperhatikan ponselnya yang menunjukan sebuah foto.

"Ke studio." Jawab Jinan pendek. Matanya melirik ponsel June. Ada foto mereka berdua sedang berciuman muncul di layar.

"Hanbin menggarap lagu lagi?" June masih penasaran. Diubahnya posisi terkurap tadi menjadi menyamping guna memperhatikan wajah Jinan.

"Bukan studio itu, June." Jinan ikut mengubah posisinya. Tangannya mengelus sayang pipi June.

"Lalu?" June memejamkan mata menikmati usapan sayang Jinan.

"Studio tatto." Senyum June luntur. Alisnya menukik. Tatapan matanya berubah menjadi tajam. "Aku hanya mengantar Hanbin, sungguh." Jelas Jinan sebelum June berprasangka buruk.

Tanpa kata June segera bangkit dari posisi berbaringnya. Berjalan menuju pintu kamar Jinan, "Haruskah aku mematahkan kakimu agar kau tidak pergi ke tempat sialan itu lagi Kim Jinhwan?!"

"Tidak Jun, jangan. Maafkan aku." Tangis Jinan pecah. Dengan cepat dia berlari menyusul June. Menangis dengan kencang agar diberi maaf oleh kekasihnya.

Satu hal yang Jinan tidak tau, June sudah mengetahui bahwa ia tengah berbohong. June tau untuk apa dia pergi ke studio tatto. Bukan menemani Hanbin tapi untuk membuat tatto baru.


.

Pendek nggak apa-apa ya hehe
Btw ko makin sini tiap chapternya bukan drabble lagi ya?

Setujukah kalo ini nggak drabble? Jatohnya kaya oneshot ya nggak? Atau tetep mau pendek-pendek aja kaya 5 chapter pertama?

Semoga kalian senang dengan tulisanku kali ini:')

Lagi, koreksi kalau diriku ini ada typo ya.

Tengs buat yang udah vote comment sampe ngasih kritik saran. Diriku jadi ada pr buat mikirin cerita selanjutnya wkwkwk.

See u 

JUNHWAN-drabble[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang