Kalo mau sambil dengerin lagu iKON-Best Friend, boleh. Kalo nggak juga nggak apa.
----
"Jun, aku bosan. Bagaimana kalau kita jalan-jalan?" suara Jinan terdengar seperti mengeluh malam itu. June paham bila Jinan sedang bertengkar dengan seseorang yang sialnya June tau siapa itu. Jinan menelponnya di jam makan malam dan berkata bahwa dia bosan.
"Baiklah aku akan menjemputmu setelah menyelesaikan game-ku." balas June.
"Berapa lama lagi?" tanya Jinan tak sabar.
"Setelah jam lagi aku sampai di rumahmu. Bersiaplah." Jinan menjawab oke dan langsung memutuskan sambungan.
June dan Jinan sudah saling mengenal sejak mereka duduk di bangku menengah pertama. Jinan adalah anak yang cerewet, berisik, senang mengomentari apapun. Berbanding terbaik dengan June yang memiliki pembawaan tenang. Dia lebih senang memperhatikan. June adalah penganut diam itu emas.
June mengendarai Audi A6 miliknya untuk menjemput Jinan. Anak itu biasanya marah-marah bila June menjemputnya menggunakan sepeda motor. Jadi dengan terpaksa dia mengeluarkan si merah kesayangannya.
Tepat setengah jam. Dia tidak pernah terlambat bila menjemput si cerewet. Jinan sudah siap dengan kaus hitam kebesaran dan skinny jeans yang membungkus kaki rampingnya.
"Ibu, aku pergi bersama June." Jinan berpamitan pada ibunya sedangkan June hanya berdiri di depan rumah Jinan. Ibu Jinan keluar rumah dan menghampiri June.
"June jangan pulang terlalu larut, oke?" katanya lembut. Dia sedikit mengelus lengan June dan senyum keibuan muncul di wajahnya.
"Ibuuu..." rengek Jinan, "Kapan kita akan pergi kalau ibu terus mengajak June mengobrol."
"Lihat. Dia selalu marah bila aku mengajakmu mengobrol." ibu Jinan terkekeh bersama June, "Tapi herannya dia tidak pernah marah bila aku mengobrol dengan--"
"Ibuuu..." Jinan memotong omongan ibunya dan menghentak kakinya kesal.
"Baiklah-baiklah. Hati-hati ya?" June dan Jinan mengangguk kemudian pergi membelah jalanan kota.
.
June dengan setia mengekor di belakang Jinan yang sedang asyik keliling mall. Mereka sudah satu jam berkeliling tapi Jinan tidak juga menemukan apa yang dia cari.
Jinan hanya bilang kalau dia ingin jalan-jalan. Tentu saja jalan-jalan yang dimaksud adalah berbelanja. Jauh dari ekspektasi June. June mengira jalan-jalannya adalah berkeliling kota atau setidaknya berjalan di sepanjang sungai Han.
Jinan dan otak ajaibnya memang tidak bisa diprediksi.
"Jinan berapa lama lagi kita akan berkeliling?" June mengeluh karena demi apapun kakinya sudah pegal.
"Sebentar lagi Jun, aku belum dapat apa-apa." balas Jinan acuh. June menarik tangan Jinan dan membuat langkah Jinan berhenti.
"Katakan padaku, kau sedang ingin apa?" tanyanya.
Jinan menatap June dengan heran, tapi June membalasnya dengan tatapan menuntut membuat Jinan sedikit bergidig. June selalu tau dirinya.
"Aku ingin menonton." June mendengus keras.
"Bioskop ada di lantai 4 Jinan. Demi Tuhan, dari tadi kau bahkan tidak menyentuh lantai itu. Ada apa denganmu, hah?"
Jinan melempar pandangannya ke arah lain. Dia akan kalah bila balas memandang June. June mengambil napas sebanyak-banyaknya. Hendak meledak sebenarnya, tapi dia ingat ini tempat umum.