Lucid Dream [Last Part]

396 48 31
                                    

Coba bacanya sambil dengerin lagu iKON Don't Forget jp ver. 



--

Lucid Dream

-

Jinhwan menyesap americano miliknya dengan pelan. Dia sedang berada di kantin kampus bersama Mino, teman satu fakultas Junhoe. Ini adalah kesekian kalinya pria itu berdiam diri di kantin dengan segelas americano. Sesekali dia akan melamun, memandang kosong pada kaca besar disana.

Dulu, sekitar satu setengah bulan yang lalu dia mendengar seorang gadis membicarakan hubungannya dengan Junhoe. Gadis itu mengatakan hal yang membuat Jinhwan naik pitam. Junhoe melakukan one night stand dengannya. Kata-kata itu selalu terngiang di kepalanya. Apa benar Junhoe bermain di belakangnya?

"Jinan?" suara berat Mino membuyarkan lamunan Jinhwan. "Kau melamun."

Jinhwan hanya meliriknya sekilas dan kembali memandang keluar. Hujan rintik-rintik mulai membasahi bumi.

Pandangan Jinhwan terlihat kosong. Dia seperti kehilangan arah. Aura merah muda telah leyap dari hidupnya setelah kepergian Junhoe. Kini yang ada hanyalah awan hitam yang setia menjadi temannya. Jinhwan yang ceria sudah berganti menjadi Jinhwan yang pendiam. Tidak ada lagi suara berisik Jinhwan, yang ada hanyalah kebisuan dari pria itu.

Mino mendesah prihatin. Kebahagiaan Jinhwan telah direnggut secara paksa. Tapi semua orang tau, mereka tidak mungkin menyalahkan Tuhan karena telah mengambil Junhoe ke pangkuan-Nya.

Sejak Jinhwan mengunjungi pusara Junhoe untuk pertama kalinya, Jinhwan pulang dengan keadaan berantakan. Pakaiannya kotor, wajahnya sembab dengan air mata yang tak kunjung berhenti mengalir di kedua pipinya.

Selama seminggu penuh anak itu berdiam diri di pusara Junhoe. Datang ketika matahari baru menampakkan dirinya dan pulang setelah sang surya kembali ke peraduannya.

Dia akan duduk di samping rumah Junhoe yang baru dengan tangisan pilu. Mino akan menjemputnya saat matahari hampir tenggelam.

.

Kini setelah dua bulan sejak kepergian Junhoe, pria itu tetap terjebak dalam kesedihan. Semangat hidupnya sudah hilang bersama raga Junhoe. Dia memang sudah tidak menangis, tapi raut kesedihan masih tergambar jelas di wajahnya. Dia menjadi lebih kurus sekarang, pipinya sudah tidak se-chubby dulu.

"Jinan berhenti meminum minuman kafein itu. Serius, tubuhmu semakin kurus." komentar Chanwoo saat mendapati Jinhwan lagi-lagi minum kafein.

"Berapa hari lagi menuju hari kelulusan Junhoe?" tanya Jinhwan tidak nyambung. Matanya tidak fokus pada lawan bicaranya.

"Sekitar dua puluh hari lagi." jawab Chanwoo. Selain Mino, Chanwoo juga yang paling setia pada Jinhwan. Pria itu selalu menemani Jinhwan kemanapun.

Chanwoo memandang sedih pada Jinhwan. Kenapa ini semua harus menimpa Jinhwan? Ini terlalu berat untuk anak semuda Jinhwan.

"Hari ini aku akan berkunjung ke rumah eomma." suara Jinhwan terdengar seperti gumaman.

"Kau yakin?" tanya Chanwoo memastikan.

Jinhwan mengangguk, "Ya, aku juga sudah rindu pada eomma."

"Mau ku antar?"

"Tidak perlu. Kau juga tidak perlu menjemputku." sergah Jinhwan sebelum Chanwoo membuka mulut.

Eomma. Nyonya Koo, ibu dari Junhoe. Beliau orang yang sedikit dingin. Tapi dibalik sikap dinginnya terselip kasih sayang di dalamnya, sama persis seperti Junhoe. Jinhwan sudah dekat dengan Nyonya Koo sejak Junhoe mengenalkan ibunya pada Jinhwan.

JUNHWAN-drabble[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang