Perkenalkan, namanya Kim Jinhwan. Tapi lebih senang dipanggil Jinana, lebih menggemaskan katanya. Usianya 24 tahun, baru berulang tahun beberapa bulan lalu. Jinana, kedengarannya memang menggemaskan. Jangankan namanya, wajahnya saja sangat menggemaskan. Tubuhnya harum aroma bunga. Tapi dia bukan pedagang bunga, oke? Dia pekerja kantoran. Sekretaris muda lebih tepatnya.
Ciri-ciri Jinana adalah tubuh mungil, bibir tipis, mata sipit, kulit putih dan tahi lalat di pipi sebelah kanan, tepat ditulang pipi.
Semua orang menyukainya, terutama June. Lelaki jangkung dengan suara seperti paman-paman mesum. June bukan hanya menyukainya, tapi juga mencintainya. Dia obsesi sekali pada Jinana. Ngomong-ngomong Jinana itu laki-laki, ya!
"Jinana, kau tidak pulang?" Suara June membuyarkan lamunan seorang Jinana. Jinana reflex mendongak -agak kaget mendengar suara June yang berat.
"Sebentar lagi, June. Kau tidak pulang?" Balas Jinana. Mata sipitnya memandang tepat ke dalam mata June.
"Diluar sedang hujan deras. Aku tidak membawa jas hujan. Jadi aku menunggu hujan reda." Jawab June panjang lebar. Jinana mengernyit.
"Bukankah kau membawa mobil?" Tanya lelaki mungil itu heran. June ketahuan berbohong. Dan ya, hujan deras hanya alasan untuk menunggui Jinana.
June ditempatnya hanya meringis, sudah kepalang basah dia ketahuan. Jadi untuk mengalihkan pembicaraan dia akhirnya hanya balas tersenyum kikuk.
"Santai saja, June. Aku tidak menghakimi mu kok." Sahut Jinana cepat. Dia merasa tidak enak karena perkataannya tadi.
June menggeleng cepat. Tidak ingin membuat Jinana merasa bersalah. "Tidak, Jinana. Tidak apa-apa." Katanya dengan terburu.
Jinana hanya tersenyum di tempatnya. Tidak peka sekali dia pada June yang amat sangat mendambanya.
"Jinhwan, kau tidak pulang?" Pertanyaan yang sama dari orang yang berbeda. Kali ini pelakunya adalah Kim Jiwon.
"Tentu saja aku akan pulang, Jiwon. Aku sedang menunggu Hanbin menjemputku." Balas Jinana. Jiwon ini senang sekali mengganggu Jinana.
"Hey jangan panggil aku Jiwon. Namaku Bobby."
"Namamu itu Jiwon. Bobby itu hanya panggilan konyolmu." Sewot Jinana.
June hanya bisa diam, kapan dia bisa seakrab itu dengan pujaan hatinya? Dia selalu kalah dengan Jiwon dan juga Hanbin -seseorang yang selalu menjemput Jinana. Jiwon itu teman satu kantornya juga, hanya saja berbeda divisi.
Dengan perlahan, June menarik diri dari mereka. Dia merasa kecil berada diantara Jinana dan Jiwon. "Jinana, Jiwon, aku pamit duluan oke? Selamat sore." Ucapnya sembari berlalu.
Jinana dan Jiwon hanya bisa melongo, ada apa dengan June?
.
June itu jatuh cinta pada Jinana sejak pria mungil itu memulai kerja di kantor tempatnya bekerja. Tepatnya lima bulan yang lalu. Jinana tidak menyadarinya, karena June tidak berani menunjukannya secara terang-terangan. Yang June tau, Jinana sudah dekat dengan pria lain. Hanbin namanya.
June menatap ponselnya, menimbang-nimbang haruskah ia mengirim pesan pada Jinana? Bagaimana kalau ternyata dia sedang bersama Hanbin? June akui dia memang pengecut, tidak berani mengungkapkan. Bahkan Donghyuk yang nyatanya anak baik-baik bisa mengumpat melihat June bersikap seperti pengecut.
Lama june merenung, deringan ponsel membawanya kembali ke dunia nyata. Nama Jinana terpampang di layar, jantung June bertalu-talu. Keringat dingin membasahi dahinya. Dia gemetar, tidak menyangka Jinana akan menghubunginya.