Jinhwan melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Mendesah lirih setelahnya. Sudah dua jam dia menunggu di pelataran toko yang tutup. Hujan belum juga reda dari satu jam yang lalu. Apa ini sebabnya dia terlambat datang? Tanyanya pada diri sendiri.
Dia sudah tidak tahan lagi, suhu udara semakin menurun dan sialnya dia tidak membawa serta jaket yang cukup tebal untuk melindungi tubuh kurusnya. Kembali melirik jam tangannya dan berakhir dengan helaan napas.
Setelah menimbang-nimbang haruskah dia menghubunginya atau tidak, akhirnya dia memutuskan untuk merogoh saku celananya dan menarik ponsel dari dalam sana. Membuka password dan mendial nomor seseorang yang menjadi panggilan cepat nomor satu di ponselnya.
Nada sambung langsung menyambut, Jinhwan masih menunggu orang yang dia hubungi mengangkat panggilannya. Dan di dering kesekian terdengar suara seorang wanita,
Nomor yang Anda tuju tidak menjawab-
Jinhwan langsung mematikan sambungan. Setelahnya kembali mendial nomor yang sama.
.
Beberapa meter di depan Jinhwan, terparkir sebuah mobil hitam metalik yang terlihat sangat jantan. Seseorang terlihat duduk dibalik kemudi. Matanya yang tajam melirik Jinhwan dan ponsel yang terus bergetar di tangannya. Nama Kim Jinan muncul di layar ponsel. Tapi dia tidak berniat untuk mengangkatnya.
Tak lama getaran ponsel berhenti dengan sendirinya. Layar ponsel menyala, ada notifikasi jumlah panggilan tak terjawab disana. Duapuluh panggilan tak terjawab dari nama yang sama. Kim Jinan.
Dia melirik pada Jinhwan yang lagi-lagi meletakkan ponsel di telinganya. Dan kemudian disusul oleh getaran ponsel miliknya. Sedikit kasihan dengan Jinhwan, akhirnya dia mengangkat panggilan dari Jinhwan.
"Ya?" katanya. Jinhwan di seberang sana terlihat sedikit senang karena panggilannya dijawab.
"Halo Jun. Kau dimana?" suara Jinhwan terdengar sedikit tersendat, mungkin karena dia kedinginan. Junhoe, seseorang yang sedari tadi memperhatikan gerak gerik Jinhwan akhirnya menjawab,
"Maaf Jinhwan." katanya. Dia menyisir rambunya ke belakang menggunakan jari-jarinya. Matanya terfokus pada Jinhwan yang kini merubah raut wajahnya menjadi bertanya dan gurat sedih muncul di wajah cantiknya.
.
Junhoe dan Jinhwan sudah menjalin asmara sejak tiga tahun yang lalu. Berawal dari hal yang sangat klise, Junhoe mengunjungi kafe tempat dimana Jinhwan bekerja. Sore itu hujan sedang turun dengan cukup deras, jadi June memutuskan untuk berteduh ditemani secangkir kopi.
Senyum ramah Jinhwan menyambut Junhoe untuk pertama kali. Lelaki dengan tinggi sekitar 165 cm itu menyapa Junhoe dan bertanya apa yang ia ingin pesan. Junhoe menjawab segelas americano, dan Jinhwan membalasnya dengan anggukan.
Setelah memesan kopi, Junhoe segera mencari tempat duduk yang nyaman. Ah di dekat jendela kafe terdengar seru. Melihat jalanan kota yang basah karena air hujan ditemani americano, sangat-sangat pas.
Selagi menunggu kopinya datang, lelaki yang memiliki rahang tegas itu sibuk dengan ponselnya. Sesekali tertawa pelan saat melihat lelucon yang dilontarkan oleh teman-temannya di grup chat. Saat sedang seru-serunya membaca chat, tiba-tiba seseorang menghampiri Junhoe dan meletakkan segelas americano di atas meja. Junhoe menoleh dan menemukan seorang pemuda imut berdiri si sampingnya.
"Terima kasih." ucap Junhoe dengan senyuman. Jinhwan mengangguk dan dia merasa dunianya menjadi penuh bunga setelah mendengar suara Junhoe. Suaranya berat dan terkesan sexy.