Setoran!

457 32 2
                                    

Aku selalu takut, tapi mengapa aku malah terus menjauh?

********

"Dek ..." suara mbak Alif membuyarkan lamunanku.

"Iya mbak iyaaaa!" ucapku sedikit ketus. Aku terus diteror mbak Alif dengan wejangan-wejangannya tiap kami bersitatap.

Aku ngeloyor pergi dengan membawa mushafku ke lantai 3. Di sana sepi, seperti biasanya. Namun sedikit mengingatkanku pada seseorang, ...

***

--FlashbackOn

"Kamu ngapain di sini sendirian dek?" ucapku pada seseorang. Ya biasanya memang aku yang sering ke sini. Entahlah mengapa mbak-mbak nggak suka ke sini.

Dia melihatku sekilas dan tesenyum, sembari kembali membaca bukunya.

"Kamu Adelia kan? Anaknya bu Sintia? Kenalin, aku mbak Sal ..."

"Mbak Salima Devita Azzahra" potongnya. Aku tersenyum kikuk saat dia menyebut nama lengkapku. Bagaimana dia tahu?

"Ummi yang bilang kemarin. Kenalin, aku ..."

"Dek Adelia Khumaira Ar-Rahmah" potongku. Kami akhirnya tertawa bersama.

"Mbak Salim nggak tahu kalau kamu udah berangkat ke pondok loh dek, kata bu Sintia kalau nggak besok ya minggu depan" ucapku.

"Lissa yang pingin cepetan mondok mbak" ucapnya. Dia anak yang tak banyak bicara.

"Sejak kapan hafalan mbak?" ucapnya tiba-tiba. Aku salah tingkah. Mau jawab apa ya?

"Hehe, ada dehh!" ucapku.

"Oh iya ya. Kok bisa bu Sintia masrahi kalian berdua ke mbak Salim?" ucapku cepat.

"Mbak Salim orangnya baik sih" dia tesenyum lebar hingga matanya menyipit.

"Duhh. Baik? Tahu dari mana kamu dek? Kenal aja barusan kok" aku tertawa hambar. Bagaimana dia bisa menilai orang padahal baru bertemu?

"Hehe. Ada deh!" ucapnya meniru kalimatku. Aku manyun.

"Lucu deh! Mau ya jadi kakaknya Delia!" ucapnya.

"Kasih tahu dulu dong!" sungutku.

"Loh kok gitu? Jadi kakak Delia dulu, baru Delia kasih tahu!"

"Iya dehh"

"Dih nggak ikhlas" dia tesenyum. Kenapa malah tersenyum?

"Iya dek Liaaaaa!"

--FlashbackOff

***

.
.
.
.
.

.
.
.
.

Sebagian part dihapus ;)

Takdir Tersembunyi 1 & 2 [SUDAH TERBIT✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang