Jatuh Cinta💕

995 49 6
                                    

"Ikut, ya, Dek?" ajak Mbak Alif, lebih tepatnya memaksaku.

"Salim takut, Mbak!" ucapku, meski sebenarnya tidak seperti itu.

"Nggak papa, ini kesempatan bagus, loh!" ucapnya mengiming-imingi.

Aku menghela nafas dengan berat. Why? Because, aku merasa sakit hati setelah ikut seleksi OSIS kemarin tidak diterima, eh malah sekarang gara-gara kurang perasonil jadi di tarik-ulur gini.

"Salim ...."

"Oke, makasih, ya, Dek" Mbak Alif memelukku. Belum juga aku menyetujuinya, malah seperti ini. Duh, gimana?

"Mulai minggu depan ikut rapat, ya, Dek." Aku memandang orang yang bersuara tadi.

Malaikat, 'kah dia?

***

"Bagaimana, Dek Salim?"

"Eh, ha?" Aku tergagap. Dia malah tersenyum padaku. Duh, aku sangat malu. Terlebih kakak-kakak di sini memperhatikan kebodohanku yang melamun saat rapat.

"Faham?" tanya Kak Zaki, ketua OSIS kami.

"Ehh, itu ...." Aku meringis malu, bingung dan entah.

"Oke, saya ulangi lagi, ya. Yang belum paham mohon diperhatikan," ucapnya diselingi dengan senyuman tulus.

Aku merasa bersalah.

30 menit berlalu dan rapat mulai dibubarkan. "Baik, rapat kali ini saya tutup. Terima kasih atas kerja sama kalian semua. Wassalamu'alaikum Wr. Wb."

"Wa'alaikumussalam Wr. Wb."

"Sal, aku udah ditunggu. Kamu pulang sama siapa nanti?" tanya Laila, yang bernasib sama denganku. Sama-sama ter-PHP karena tidak diterima saat pendaftaran OSIS tapi disuruh gabung pada akhirnya.

"Sama Mbak Alif, Dek."

"Eh, Mbak Alif. Ya udah kalau gitu, Laila pulang dulu, ya. Bye Mbak Alif, bye Salima!"

"Bye!" ucapku bebarengan dengan Mbak Alif. Catat! Itu tidak sengaja!

"Duh, kompak amat."

"Eh, Zaki, iya dong harus kompak." Mbak Alif tersenyum manis.

"Pulang sekarang, Mbak?" tanya Kak Zaki. Aku kayak nggak dianggap.

"Satu kamar sama Mbak Alif, Dek?" tanya Kak Zaki kemudian saat aku mulai boring.

"Gimana, Kak? Satu kamar? Nggak." Aku nyengir. Bingung mau ngomong apa.

"Kamu lucu banget, Dek, nggak usah nervous gitu juga," ucapnya yang membuat wajahku bagai kepiting rebus.

"Dia malu, Zak, jangan digituin." Mbak Alif terkekeh bersama Kak Zaki, aku hanya nyengir sembari menahan malu yang luar biasa.

"Pulang yuk, Mbak!" ajakku. Sumpah, malu tahu!

"Eh, maaf-maaf, Dek. Masa gitu aja ngambek?" tanya Kak Zaki yang masih diselingi kekehan kecil.

"Ihh ... apaan sih, Kak, nggak kok! Mbak, yuk pulang!" rengekku.

"Oke-oke. Aku sama Dek Salim pulang dulu, ya, Zak," ucap Mbak Alif.

"Hati-hati, ya, Mbak, Dek Salim juga." Dia tersenyum menggodaku yang terlanjur malu kehabisan stok oksigen. Aku langsung menarik tangan Mbak Alif secepat mungkin. Namun, dia terkekeh sepanjang koridor sekolah.

"Kak Zaki nyebelin!" umpatku. Aku sedikit menghentakkan kaki kecilku.

"Haha, dia emang gitu, Dek. Tapi sebenarnya dia baik banget loh, nggak sombong, penyayang, pokoknya perfect lah!" puji Mbak Alif seakan melebih-lebihkan.

Takdir Tersembunyi 1 & 2 [SUDAH TERBIT✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang