Nikah?

416 23 0
                                    

Suasana mulai lengang, sejuknya angin malam menusuk kulit. Nyala lampu telah mengundurkan diri dan terlelap seperti sang tuan. Namun aku masih saja termenung di kegelapan lantai 3 pondok.

Entah apa yang mengusik fikiranku kali ini, rasanya ada yang mengganjal di hati.

"Kau di sana Sal?" aku menoleh saat mendengar suara seseorang.

"Benar ternyata, boleh ikutan?" ucapnya ikut duduk di sebelahku. Aku diam saja membiarkan dia sesuka hatinya.

"Sudah lama ya? Apa kabar?" ucapnya membuyarkan suara lengang tengah malam, dan aku masih saja diam.

"Aku sedikit kecewa kamu tak menyambut kedatanganku, padahal aku sangat merindukanmu" ucapnya menerawang seperti menyelami masa lalu yang bahkan aku enggan mengingatnya.

"Oh ya, dapat salam dari Kak Zaki. Semoga kamu juga tak melupakan dia, meski aku masih saja sakit saat mengatakan hal ini" dia menghela nafas dengan berat, dan aku masih menjadi pendengar setia.

"Apakah kamu akan turut bahagia mendengar aku hamil? Dan apakah kamu akan bersedia menjadi Aunty buat anak kami kelak?" sekarang giliranku yang menghela nafas panjang. Aku tau ini berat, dan bahkan aku tak dapat membayangkan kejadian setahun lalu terjadi begitu saja.

"Setahun ternyata sebentar ya Sal? Tapi rasanya baru kemarin aku boyong dari pondok, dan sekarang ada yang berbeda dari tempat ini, dan juga kamu tentunya" dia terus saja meluapkan hasratnya untuk bercerita, dan aku terus merasakan nyeri dalam hati. Apakah sesakit ini kehilangan orang yang dulu sangat dekat dalam do'a?

"Aku tahu kamu sangat membenciku Sal, bahkan aku membenci diriku sendiri! Aku tiap hari mengutuk diri sendiri karena,... "

"Stopp!!" kepalaku kembali berdenyut. Tak bisakah dia membiarkan aku melupakan masa itu?

"Jika tahu aku membencimu, kenapa terus saja mencakar hatiku? Bukankah mbak Hida sudah bahagia? Kenapa harus mengusik hidup orang lain? Biarkan Salim tenang! Dan jangan lagi temui Salim!!" kata-kata itu begitu saja keluar dari mulutku, bahkan aku melihat bening air menitik dari mata orang yang berada di depanku saat ini.

"Sejahat itukah Salim yang aku kenal? Sejak kapan kamu berubah Sal? Sejak aku bilang kalau suka kak Zaki? Atau saat aku menikah? Jawab Sal!!" tangannya yang mencengkeram pundakku bergetar. Aku sungguh merasa tak mampu menahan perihnya hati yang terus menganga.

"Jawab Sall!!" aku menyibak tangannya dan segera pergi. Hatiku sungguh sakit, bagaimana tidak saat seseorang yang sangat kita cintai telah direbut oleh teman sendiri?

Yaa Allah, Salim sakit!

***

.
.
.
.
.
.
.
.

Sebagian part dihapus ;)

Takdir Tersembunyi 1 & 2 [SUDAH TERBIT✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang