Kelas Baru dan Masa Lalu

283 19 0
                                    

Libur panjang usai kenaikan kelas hampir berlalu dengan cepat. Entahlah, aku juga bingung, kenapa rasanya tak seperti liburan kemarin-kemarin. Hari ini aku masih sama, mengotak-atik juz awal. Aku iri pada mbak Hida yang sudah khatam beberapa hari yang lalu. Pasti sudah lega ya? Sedangkan aku? Rasanya ingin bunuh diri saja! Huwaaaa😭😭😭

"Salim!" mbak Hida menyentuh lenganku saat lewat depan kamarnya. Perasaanku masih sakit, tapi setidaknya aku mulai belajar bagaimana memaafkan orang lain yang telah lebih dulu minta maaf.

"Sal, aku mau ngomong sesuatu!" ucapnya sembari menuntunku ke sebuah tempat. Beberapa saat kemudian, kami sampai di lantai tiga, tempat biasa aku merenung.

"Sebentar lagi, perjodohan itu akan datang Sal" ucapnya membuka percakapan. Aku hanya mengerutkan kening, dan entah mengapa rasanya tak ingin berurusan dengan hidupnya lagi.

"Selamat ya" lirihku, sembari melepas tangannya.

"Kok gitu?" nada bicara mbak Hida kecewa, bahkan raut wajahnya juga terlihat sangat kecewa dengan ucapanku. Bukankah itu terserah jawabanku?

"Ya selamatlah, kan udah khatam, udah ada calonnya juga. Hidup akan terjamin, tak usah memikirkan yang lain dan fokus mengurus al-Qur'an dan rumah tangga bukan?" tuturku dengan sedikit sesak di dada. Entah kenapa ada sesuatu yang mengganjal, tapi ini bukan tentang mbak Hida, entahlah!

"Sal, kamu masih marah?" tanyanya kembali menyentuh lenganku, namun secepat mungkin ku tepis dengan lembut.

"Salim sibuk mbak, maaf!" aku segera bergegas meninggalkan mbak Hida yang terus memanggil namaku, namun aku tak menggubrisnya. Hatiku rasanya sungguh sesak, dan air mata mulai membanjiri wajahku. Aku hanya takut, apa yang ku khawatirkan menjadi kenyataan. Karena tadi malam aku bermimpi, dengan mimpi yang sama seperti dulu dua kali ku alami. Aku kembali ke kamar dengan segera menelusupkan kepala ke bantal.

"Mbak Salim kenapa?" tanya Faza yang kebetulan tak jauh dari tempatku tengkurap.

"Eh, ngomong-ngomong mbak Hida katanya mau boyongan. Bener nggak sih?" tanya Tsania.

"Mungkin, kan udah khatam juga. Plus udah ada calonnya!" timpal Nayli.

"Ayo mbak Sal, jangan mau kalah! Pasti bisa!" ucap A'iza.

"Aku tetep di pihak mbak Salim kok, bagaimana pun, menghafal itu juga nggak mudah!" ucap Anisa

"Wah, tumben pinter Nis! Tapi aku setuju juga!" ucap Atul.

"Mbak Salim! Kita di sini semuanya sayang sama mbak Salim! Nggak usah sedih ya, apapun keputusan mbak Salim kan adalah yang terbaik buat mbak Salim! Kita semua mendukung kok ya? Bener kan guys?"

"Betuuullllll!!" teriak semuanya menjawab ucapan Faza. Aku akhirnya bangun dan memeluk Faza. Sudah ku bilang kan? Faza adalah tempat ternyaman untuk bersandar.

"Ikut meluuukkkk!!!" ucap Nayli, dan akhirnya semuanya mendekat dan saling mengeratkan pelukan. Terima kasih Yaa Allah, Salim adalah orang yang beruntung mempunyai mereka!

Aku terisak lebih dalam karena hatiku semakin terkoyak. Jika mereka tidak ada, apa yang aku bisa lakukan sekarang? Mungkin aku tak bisa sebertahan ini! Mereka membuatku lebih kuat dalam melewati setiap masalah, meski usia mereka lebih belia dari pada aku. Namun mereka sungguh sangat mendewasai setiap masalah yang ku lalui, selalu menemukan solusi terbaik buatku. Tolong jangan jauhkan aku dari mereka Yaa Allah! Setidaknya beri aku waktu untuk membalas semua kebaikan mereka!

***

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sebagian part dihapus ;)

Takdir Tersembunyi 1 & 2 [SUDAH TERBIT✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang