First Kiss From Gus Afa

457 27 2
                                    

Peringatan!

Maafkan Author kalau bikin pikiran kalian jadi ternoda😢

Yang bawah 15 tahun, boleh skip aja yakk. Nggak tanggung jawab ya Author! Baper tanggung sendiri!😬

Silakan yang mau lanjut baca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

***

Aku merasakan ada sesuatu yang sekilas menempel di bibirku, namun aku tidak berani untuk membuka mata. Apa yang dilakukan Gus Afa padaku? Tuh kan, apa yang aku bilang. Semua cowok itu pasti sama!

"Sebenarnya, ada sesuatu yang belum aku sampein ke lu Al" helaan nafasnya terdengar hingga telingaku. Kemudian dia membelai kepalaku lembut. Mau nggak mau, hatiku berdesir.

"Gua harap, lu nggak marah. Ini semua kemauan Ummi"

Kemauan Ummi? Emang Ummi nyuruh anaknya cium orang sembarangan? Alasan!

"Gua pun, sebenarnya nggak bisa lupain Zahra gitu aja"

Kan, terus ngapain dia giniin aku? Pelampiasan nafsu?

"Gua hanya, berusaha sebisa mungkin, agar cinta sama lu. Maaf jika gua sempet sandiwara dan selalu godain lu mulu akhir-akhir ini"

Rasanya dadaku sesak. Sumpah ini hati sakit banget! Dari dalam selimut, tanganku meremas kasur. Bertahan untuk menahan tangis.

"Tapi Al, gua,.."

"Mas" aku mendengar suara Neng Ikha yang tidak terlalu keras itu, lebih tepatnya sedikit berbisik dari jauh. Gus Afa beranjak meninggalkan duduknya dan menjauh dariku.

"Aku nggak tega sama dia. Nggak dikasih tahu aja gitu. Dari pada, dia mikir yang aneh-aneh" meski lirih, suara Neng Ikha terdengar. Aku mulai menajamkan pendengaran dan tetap menutup mata.

"Ini waktunya belum tepat. Ntar nunggu instruksi gua. Ngerti kan?"

"Tapi,.."

"Kha, lu berani bocorin, bakal gua aduin sama Ummi kalau lu pacaran sama Ustadz bbrffff,.."

"Iya-iya, aku diem! Tapi mau sampai kapan? Lagian lu juga nggak sabaran pingin nyosor mulu deh"

"Ssstt, ajaran siapa sih, ngomong kok nggak pake rem"

"Dikira kendaraan, pake rem segala. Gua kan ikutan lu. Sebagai adek yang baik, makmum abangnya dong, ya meski kita nggak sedarah sih, hehe"

"Udahlah, situ mulu yang dibahas"

"Lagian, lu sih yang mancing"

"Udah, mau apa kesini?"

"Oh iya sampe lupa. Gua dapat kabar dari Rumah sakit"

"Lu sakit lagi? Makanya nggak usah sok diet-diet ngurusin badan. Body udah kayak sapu lidi gitu"

"Beneran gua mas, asem banget dah lu!"

"Iya, kenapa adikku"

"Jangan sok cute. Nggak mempan sama gua. Udah ah, gua dapat kabar Ummi masuk rumah sakit lagi"

Ummi gerah? Sejak kapan?

"Sejak kapan?"

"Barusan kayaknya"

"Lu kok nggak panik sih"

"Mau gua panik kayak apa pun, nggak bakal sembuhin Ummi kan?"

"Laknat lu!"

"Dih, bukannya gitu. Lagian kan Ummi lu"

"Ummi lu juga bocah! Udah, ayok kita ke sana"

"Terus dia gimana?"

"Dia tidur, nggak papa ditinggal. Kan bentar, nggak bakal lama"

"Beneran nggak papa mas? Kalau dia nyariin?"

"Kenapa malah yang bingung lu Kha? Udah ayok"

"Nggak sama kang Zul?"

"Gua juga bisa nyetir kali"

"Ya udah deh. Aku ganti baju dulu gimana?"

"Nggak usah, gitu aja. Ayok"

Langkah kaki mereka semakin menjauh, dan aku memutuskan untuk bangun. Jam dinding menunjukkan pukul 00.15 WIB. Berarti aku tadi udah sempet tidur beneran, dan tiba-tiba kebangun. Aku menyandarkan tubuh di nakas dan memilin dahi yang terasa pusing.

"Eh Al, bangun? Sejak kapan?" tiba-tiba Gus Afa masuk kamar. Aku pun sedikit kaget karena tak mendengar langkah kakinya mendekat ke sini.

"Barusan. Mimpi buruk" cetusku. Dan ya, kenyataan yang ku dengar tadi adalah mimpi buruk.

"Kamu mimpi apa? Hmm?" dia duduk di tepi ranjang sebelahku. Dan menatapku haru. Lihatlah, apakah ini sandiwara juga?

"Nggak tahu" ucap ku tersenyum getir, dan memalingkan wajah agar dia tak dapat menatap mataku.

"Bobog lagi gih" ucapnya.

"Salim balik kamar aja ya Gus" cetusku sembari membuka selimut.

"Loh, kenapa?" wajahnya bingung, dan seakan mengisyaratkan bahwa dia tidak setuju.

"Nggak papa. Cuma nggak enak aja. Kita bukan muhrim loh. Aku nggak mau kita sama-sama dapat dosa. Jadi, permisi" aku turun dari ranjang yang berlawanan dari tempat Gus Afa duduk. Dia kemudian menyusul langkahku. Tanpa diduga, dia mendekapku dari belakang. Siapa yang nggak terkejut? Aku segera berontak, namun dia semakin erat mendekapku.

"Al, kamu percaya nggak sama aku?" bisiknya yang membuatku merinding.

.
.
.
.
.
.

.
.
.

Sebagian part dihapus ;)

Takdir Tersembunyi 1 & 2 [SUDAH TERBIT✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang