Lagi?

338 23 2
                                    

Aku menatap lamat-lamat mbak Alif yang terbaring di atas ranjang rumah sakit. Entah kenapa kejadian yang membuatku curiga semakin menghantuiku. Sepertinya memang ada apa-apa di sana!

"Mbak, Salim pulang ya" ucapku saat kami terus saja diam, sibuk dengan angan masing-masing.

"Jangan terlalu difikirkan dek, mbak Alif baik-baik aja kok" ucapnya dengan lemah. Wajahnya tak sepucat saat aku menemukannya tergeletak usai kembali mengambil Mushaf.

"Kayak ada yang, ..."

"Pulanglah, nanti biar mbak Alif telpon mbak Fitri agar tidak menakzir kamu" ucapnya memotong kalimatku. Aku mendengus kesal, mbak Alif malah tersenyum lebar.

"Dihh! Ya udahlah, Salim pamit ya. Jangan lupa nurut sama kata dokter! Assalamu'alaikum" aku mengecup punggung tangan mbak Alif dan juga keningnya. Usai itu segera keluar kamar pasien. Sepanjang koridor Rumah Sakit aku terus berfikir. Bagaimana bisa hal itu terjadi? Mustahil jika tidak ada apa-apa padahal aku dulu mendengar isak tangis. Aku sampai merinding memikirkannya.

"Ehhh, sorry!" aku refleks berucap saat tubuhku menubruk seseorang yang berjalan tak searah denganku.

"Ya nggak papa" ucapnya terburu. Dia bahkan tak menatapku dan langsung pergi berlalu. Dasar aneh! Eh, apa ini? Aku menemukan sebuah cincin putih yang di dalamnya terukir huruf A. Milik siapa ya? Apa mas-mas tadi? Aku menengok ke belakang, dia telah menghilang. Ku pandangi lamat-lamat cincin itu sembari terus berjalan menyusuri koridor panjang. Sepertinya ini bukan cincin biasa yang meskipun stainlees atau apalah itu, seperti buatan khusus? Aku hendak memasukkan ke dalam kantung bajuku, namun tiba-tiba menggelinding.

"Gawaatt!" pekikku tertahan. Aku mengejar cincin itu macam anak kecil yang berlari mengejar kelerengnya. Aku terhenti sebentar. Duh, kenapa tiba-tiba ada tikungan di koridor ini? Aku melangkah maju dan menemukan sosok yang membuat jantungku bagai lari marathon.

"Cari ini?" ucapnya yang membuatku mengangguk tak berdaya.

"Silakan" dia memakaikannya ke jari manisku.

"Ukhibbuki fillah" lirihnya di sertai senyuman menawan.

"Ukhibbuka Aidhon" ucapku malu.

"Haaa?" dia memandangku aneh, apa yang salah?

"Kamu cari ini dek?" ulangnya. Eh, barusan cuma halusinasi ya? Duhhh! Tadi kok aku ngomong, Oh My God!!!! Mau taruh mana wajahku? Kemarin udah malu banget pas ketahuan bocor, malah sekarang tambah gila aku rasanya!

"Eh iya kak, makasih ya. Assalamu'alaikum" aku mengambil cincin itu dan segera pergi menahan malu.

"Wa'alaikumus-Sayang"

Aku berbalik badan, tadi kak Zaki jawab apa? Aku mau manggil dia, tapi sudah terlambat. Apakah telinga dan fikiranku kurang sehat? Wah waaahhh! Aku harus segera periksa kalau begini!

***

.
.
.
.
.


Sebagian part dihapus ;)

Takdir Tersembunyi 1 & 2 [SUDAH TERBIT✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang