Perpisahan

283 21 2
                                    

Aku sedikit menyerah, sekeras apapun aku bertanya, semua orang bungkam menjawab pertanyaanku yang tak pernah ada ujungnya.

"Vin, mbak Alif sakit apa sih?" tanyaku seharian ini, kalau dihitung sudah 10 kali, lebih mungkin?

"Kak, Vina juga nggak tahu! Udah ah, Vina mau jajan!" ucapnya berlalu meninggalkanku di bangku yang mendapatkan bisik-bisik tetangga dari anak-anak kelasnya.

"Eh Salim!" seseorang menghampiriku.

"Hay Rey!" sapaku, aku mungkin harus terlibat sesuatu dengan dia dalam waktu dekat ini? Ya, karena akhir-akhir ini dia sibuk dikejar deadline laporan rencana untuk acara Wisuda kelas XII.

"Aku kan sejak seminggu yang lalu buka casting buat tokoh teater drama, kok kamu nggak ikut daftar?"

"Ngapain ikutan daftar Rey? Ada-ada aja kamu ini! Salim mana bisa akting coba? Yang ada dramanya jadi kacau! Haha" aku terkekeh, dan Reyhan ikut terkekeh pelan.

"Kamu bisa jadi naratornya nanti" ucapnya yang membuatku berhenti tertawa.

"Aku, mmm, entahlah. Salim ke kelas dulu ya" ucapku dan segera berlalu. Masalahnya, aku memang sedikit enggan untuk berpartisipasi dalam acara tersebut, cukup jadi panitia itu kan sudah hebat!

"Kak!"

"Maa syaa Allah Vinnn!!! Salim kaget ihh!" aku terkejut saat menemukan Vina datang seperti jailangkung di depanku.

"Jangan bilang kalau kak Salim nolak ajakan Reyhan! Eh kakkk!! Profesional dikit dong!" sengitnya. Kenapa dia yang sewot ya?

"Eh bocah! Aku itu nggak mau ikutan! Lagi pula atas nama apa kamu ngatain aku nggak profesional? Jelas-jelas aku menolak secara halus tanpa menyinggung perasaan, hati, pangkat atau martabat dia!" ucapku sedikit emosi.

"Atas nama cintaaaaaa" ucapnya bernyanyi sembari meninggalkanku dengan dongkol yang berkepanjangan.

"Dassar gajee!!" pekikku sebal. Aku membalikkan badan dan segera berlalu meninggalkan dia, tapi tiba-tiba datang lagi di depan wajahku yang membuat emosiku di puncak ubun-ubun.

"Jangan kira Vina nggak tahu satu hal!" dia tersenyum aneh padaku, senyum devil?

"Vina nggak tahu apa-apa tentang hal ini! Udah, ending! Nggak ada tambahan bab!" gerutuku yang membuat Vina semakin tersenyum aneh. Aku jadi merinding sendiri.

"Because, Dira?" senyum devilnya semakin melebar. Sumpah, bulu kudukku berdiri mendengar ucapan Vina barusan. Apa ada hawa mistis dalam diri Vina ya? Atau, ...

"Belum bisa move on dari Dira ya?" aku segera membungkam mulutnya menggunakan kedua tanganku. Ada beberapa siswa maupun siswi yang memperhatikan kami.

"Kalo Vina ngomong gitu lagi, Salim pastiin mulut ini kena cium sepatu bututttt!" ucapku frustasi. Sungguh, ini anak membuatku darah tinggi saja!

"Saliiim!!" seseorang melambaikan tangan padaku. Hufft, kali ini kamu terselamatkan Vin! Aku segera melepas tanganku dari mulut merconnya.

"Ingat ya Vin, ini belum berakhir!" sengitku.

"Aku dengan sabar menunggu" ucapnya yang membuatku semakin ingin mencakar wajahnya. Tenang Salima!

"Salim! Cepet sini!" ucap Risti. Aku segera menghampirinya.

"Mau ikut, ..."

"Casting? Nggak ah!" tukasku muak. Kenapa hari ini semua orang membuatku badmood?

"Pede gilaaa! Nggak nanya ituu! Hahaha" Risti terbahak mengetahui aku salah jalan, ehh salah arah pembicaraan.

"Terus?" melihat Risti yang tertawa heboh membuatku semakin jengkel. Temen lagi badmood gini, eh malah dia sorak-sorak bergembira!

"Aku yang mau ikutan casting, ikut nganterin aku nggak?" mendengar ucapan Risti membuat mataku hampir copot.

"Nggak kira ya, cuma mau ngomong gini? Bye!!!" aku berlalu dan berjalan ke arah perpustakaan. Mau ngapain? Nggak tahulah, dari pada jam kosong nganggur, mungkin menyibukkan diri di perpus jauh lebih manfaat. Entah nanti pada akhirnya hanya numpang bobog doang, hehe.

***

.
.
.
.
.
.
.
.

Sebagian part dihapus ;)

Takdir Tersembunyi 1 & 2 [SUDAH TERBIT✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang