Wisuda Kakak Kelas

286 21 0
                                    

Waktu berjalan sebagaimana mestinya. Tak perduli kamu tengah menderita gundah gulana atau pun bahagia bersuka ria. Waktu akan terus berputar seperti roda dan mengalir seperti air. Cukup istirahat jika lelah, dan terus berjuang sampai titik darah penghabisan!

Hari ini, persiapan wisuda yang akan dilaksanakan besok pukul 08.00 WIB. Aku kembali mengecek dekorasi panggung bersama Reyhan, karena aku berfikir dapat membantunya selagi masih sanggup. Eh, kok aku ngomongnya ngelantur ya? Apakah aku akan, ...?

"Sal, gimana pencahayaannya di sana? Sebentar lagi gladi resik yang drama" tanya Reyhan membuyarkan lamunanku. Drama ya? Rasanya aku juga sedikit miris dengan drama kali ini. Mendengarkan saja sudah buatku teriris. Why? Salah satunya mungkin Dira? Entahlah!

"Eh Sall!" Reyhan menepuk bahuku pelan, namun berhasil membuatku tersentak dan gelagapan.

"Ss, .. sorry Dir!"

"Dir?" Reyhan mengangkat satu alisnya. Sontak aku melotot mendengar ucapanku sendiri.

"Ehh sorry Dir, eh Rey! Adduh aku nggak fokus! Maaf deh beneran!" aku ingin mengutuk diriku sendiri karena keceplosan, apa lagi ada banyak mata yang melirikku tak suka karena menyebut nama Dira. Kenapa sih mereka sebenarnya? Apa mereka juga suka sama Dira? Sebel deh kalau punya musuh kayak gini!

"Kamu istirahat dulu gih Sal! Lagian dari tadi pagi kamu mondar-mandir bantu sana bantu sini" ucap Reyhan.

"Nggak usah sok strong lu!" ucap Fanya ikut nimbrung, membawa sebuah tanaman hias untuk dekor panggung sebelah utara yang terlihat hampa. Ya, seperti hatiku saat ini!

"Dari pada terlihat lemah di depan orang lain?" Dira yang tiba-tiba datang merebut tanaman hias yang dibawa Fanya.

"Lu nyindir gue Dir? Atau belain mantan nggak guna lu itu?" sengit Fanya, aku hanya diam sembari menatapnya penuh dengan kesabaran. Kalau sabarku sudah habis, mungkin akan beda ceritanya.

"Mmm, mungkin, dua-duanya bisa jadi. Satu, kalau kamu merasa tersindir itu akan lebih baik. Dan dua, mantan gue lebih berguna dari pada kecantikan lu yang overdosis karena tepung terigu lu sekarung!"

"What?? Lu bilang tepung terigu? Sekarung? Hellooowww Mr. Dira, lu nggak bisa bedain mana bedak dan mana tepung, ..."

"Bisa dong, jelas aja yang lu pake tepung terigu, tuh liat aja warnanya putih banget di muka lu yang sebenarnya, ..."

"Dir! Udah!!" pekikku. Semua orang menatap ke arah kami.

"Jangan sok jadi jagoan ya lu Sal! Nangis aja masih pake air mata!"

"Emang lu pake darah?" sengit Dira lagi.

"Dira!!! Udah nggak usah diributin!" lelah aku harus menghentikan emosi Dira yang terlanjur berkobar. Sebenarnya kenapa sih Dira masih aja belain aku mulu?

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sebagian part dihapus ;)

Takdir Tersembunyi 1 & 2 [SUDAH TERBIT✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang