"Uang lo ada nggak, Manda? Gue nggak mau ya bayarin jajan lo kayak kemarin," ujar Lila penuh peringatan. Dia masih trauma dengan kejadian di bawah tenda tukang batagor.
"Ada dong! Gue di kasih jajan banyak karena hari ini pertama masuk sekolah!" Amanda tersenyum senang.
Tadi pagi dia merengek pada Bu Asih -pembantu rumah tangga- mereka untuk diberikan jajan lebih. Lima ribu rupiah yang diberikan Bu Asih membuat Amanda senang bukan main. Padahal orangtuanya cukup kaya untuk memberikan lebih daripada itu pada Amanda. Bukan nominalnya yang Amanda lihat, tapi rasa kasih sayang Bu Asih padanya yang jarang ia dapatkan dari kedua orangtuanya.
"Memangnya lo dapat jajan tambahan berapa?" tanya Lila kepo.
"Lima ribu!" Harusnya Lila tak bertanya. Sudahlah!
Lima ribu rupiah membuat Amanda girang bukan main. Aneh!
Saat ini keduanya sedang berjalan beriringan memasuki area kantin. Tampak kantin SMA Panca Dharma sesak oleh puluhan murid.
"Ada rombongan Arsen," bisik Lila pada Amanda. Matanya menunjuk ke arah Arsen dan kawan-kawan yang sedang duduk bersama di kantin.
Tangan Amanda naik ke atas seolah ingin menyapa. Namun, dengan cepat Lila menarik tangan Amanda untuk kembali turun. "Ingat, Arsen udah punya pacar," peringat Lila.
"Siapa juga yang mau nyapa Arsen," cibir Amanda.
"Afgan." Amanda kembali mengangkat tangannya, lalu menyapa seseorang yang juga berada satu meja dengan Arsen.
"Afgan?" bisik Lila bingung.
Yang dipanggil Afgan menoleh. Matanya langsung tertuju pada Amanda. Tak lupa Afgan tersenyum lebar pada Amanda.
Sementara teman-teman Arsen yang lain mulai berbisik. Biasanya Amanda hanya mengenal satu nama, yaitu Arsen. Tumben sekali berubah menjadi Afgan.
"Wah, jadi nama lo benar Afgan?" tanya Amanda takjub. Kini dia sudah sampai di meja para laki-laki tampan itu berkumpul.
Arsen melihat Amanda secara terang-terangan. Aneh juga perempuan itu tidak merecokinya seperti biasa.
Afgan tertawa. "Nama gue memang Afgan dari lahir. Kita belum kenalan secara resmi tadi pagi."
"Lo masuk di kelas 11 IPS 3, ya? Ih, harusnya lo masuk ke kelas gue aja biar ada cowok gantengnya, di kelas gue cowoknya jelek semua. By the way, gue kelas 11 IPS 4. Kelas tetangga," tutur Amanda dalam satu tarikan napas.
"Nanti gue datang ke kelas lo."
Amanda merubah ekspresinya menjadi penuh tanya. "Ngapain?"
"Ngapain, ya? Nggak ada sih. Gue cuma basa-basi doang," balas Afgan jujur.
"Nggak jelas banget deh. Seru kan sekolah di sini? Apalagi teman-teman lo anak-anak elit semua." Amanda mengabsen teman-teman Afgan satu per satu dengan gerakan mata, termasuk Arsen.
Awalnya Arsen berpikir Amanda akan menatapnya lama. Ternyata perempuan itu hanya sekilas saja melirik padanya. Amanda berubah seratus delapan puluh derajat, heh? Apa ketampanannya berkurang sehingga perempuan itu bersikap tidak antusias lagi? Ah, bodo amat!
"Teman-teman lo pangeran sekolah semua," puji Amanda pada Afgan.
"Kursi gue dekatan sama mereka. Jadi lebih akrab sama mereka daripada yang lain," tutur Afgan.
Arsen memiliki teman main yang banyak, namun paling akrab dengan Ridho dan Bayu. Dan sepertinya sebentar lagi akan bertambah satu, Afgan. Tidak menutup kemungkinan mereka akan menjadi teman akrab melihat obrolan mereka yang selalu nyambung dengan Afgan, padahal ini baru hari pertama Afgan menjadi murid baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amanda [END - SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[TERSEDIA DI TOKO BUKU] ✔ Heboh, adalah kata yang tidak pernah lepas dari diri Amanda. ✔ Lebay, sudah menjadi ciri khasnya. ✔ Bodoh. Untuk yang satu ini Amanda akui. Well, dia memang bodoh. Lalu, bagaimana jika manusia seperti Amanda jatuh cinta pad...