"Semalam bobo di mana? Bobo sama siapa? Ngapain aja?" Amanda memasuki kelasnya sambil berdendang.
"Pagi, Retno Sayang," sapa Amanda saat melewati meja Retno menuju kursinya yang berada pada baris ke tiga.
Retno melirik sebal. "Kemarin lo nggak piket!"
"Lupa," Amanda nyengir. Buru-buru dia meninggalkan meja Retno sebelum kena omel.
Amanda meletakkan tas ransel di atas kursi. Lila masih belum datang. Biasanya Lila paling rajin datang pagi, tumben sekali hari ini sedikit ngaret.
Baru saja bokong Amanda mendarat di atas kursinya, Amanda langsung berdiri untuk mencari kesenangan. Tabiat Amanda memang tidak mau diam.
Amanda pergi keluar kelas. Sengaja dia memperlambat langkah ketika kembali melintasi meja Retno. "Misi, Mbak," ujar Amanda dengan nada sopan pada Retno.
"Sebel gue sama lo," balas Retno.
"Jangan marah-marah. Entar cepat tua lho," jawab Amanda seraya berlalu keluar kelas.
Amanda duduk pada kursi yang terbuat dari beton dan dilapisi keramik tepat di depan kelasnya. Dari sini Amanda dapat melihat ke lapangan luas. Tidak ada aktivitas berarti di lapangan itu. Tak lupa Amanda menyapa siswa-siswi yang melintasi dari koridor depan kelasnya.
"Amanda!" Lila berlari menghampiri Amanda. Napasnya memburu.
"Apaan?! Pagi-pagi udah heboh," jawab Amanda.
Lila duduk di samping Amanda. Tidak lupa Lila meraup udara sebanyak mungkin. Rada sesak juga lari dari gerbang sekolah sampai koridor kelas mereka.
"Manda, itu tadi gue liat Arsen boncengan sama cewek," adu Lila.
Jelas dong Amanda syok. Secara Arsen itu masa depannya.
"Apa?! Siapa?! Laura nih pasti," ucap Amanda berapi-api.
"Bu-bukan Laura!" bantah Lila.
Amanda semakin berapi. Rasanya dia ingin marah, ingin meladak dan ingin membunuh orang. Amanda emosi tingkat internasional. Oke, ini berlebihan. Lupakan!
"Jadi siapa?" tanya Amanda.
"Pacarnya Arsen," jawab Lila.
"Gue dong!" Amanda nyengir. Tersenyum lebar hingga mulutnya seperti ingin robek.
"Ngimpi! Yang dibonceng Arsen cewek yang kita liat di kafe waktu liburan semester kemarin."
"Apa?!" pekik Amanda tidak slow. "Sarah maksud lo?"
Lila menggangguk hebat. "Nah benar Sarah! Gue liat tadi dia pakai seragam yang sama dengan kita."
"APA?!" jerit Amanda.
"Kayaknya dia pindah sekolah ke sini," tambah Lila.
"APA?" Amanda menjerit, lagi. "Tolong pegang gue, rasanya gue mau pingsan. Dan tolong bilang semua ini hanya mimpi," ujarnya lebay.
"Nah! Nah! Itu mereka! Itu!" Lila menunjuk heboh pada Arsen yang muncul di ujung koridor dengan seorang perempuan cantik.
Amanda menoleh dengan gerakan slow motion. Tolong putar backsound horror agar suasana ini semakin dramatis.
Patah sudah hati Amanda untuk kesekian kalinya. Tidak salah lagi, perempuan yang berjalan di sisi Arsen adalah Sarah. Amanda tidak mungkin salah mengenali, ia tidak mungkin lupa dengan rambut bergelombang yang cantik milik Sarah itu.
"Mereka cocok," ujar Lila takjub. Pasangan Arsen dan Sarah tampak berjalan semakin dekat dengan mereka.
Amanda menunduk ketika sebentar lagi Arsen dan Sarah akan melintas. Buru-buru Amanda mengambil ponsel dari sakunya. Ia pura-pura bermain HP. Wangi parfum Arsen tercium di rongga hidung Amanda. Pasangan itu melintas begitu saja melewati Amanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amanda [END - SUDAH TERBIT]
Roman pour Adolescents[TERSEDIA DI TOKO BUKU] ✔ Heboh, adalah kata yang tidak pernah lepas dari diri Amanda. ✔ Lebay, sudah menjadi ciri khasnya. ✔ Bodoh. Untuk yang satu ini Amanda akui. Well, dia memang bodoh. Lalu, bagaimana jika manusia seperti Amanda jatuh cinta pad...