"Gue cuma bisa suguhin mie instan buat lo." Amanda meletakkan semangkuk mie instan di hadapan Arsen. Hasil masakan Amanda sendiri.
Arsen menatap makan cepat saji tersebut dengan datar. Asap mengepul dari mangkuk mie instan, ada telur dadar yang menghiasi, dan cabe rawit bulat.
"Kita baru aja makan di kafe. Gue kira lo becanda bilang laper tadi. Dan gue kira lo keserupan beberapa menit yang lalu. Tingkah lo aneh," cerocos Amanda. Ditariknya kursi makan di hadapan Arsen untuk ia duduki.
"Gue nggak aneh," jawab Arsen sambil mengaduk mie miliknya. Ia tiup pelan sebelum memasukkan sendokan pertama.
Enak, komentar Arsen dalam hati.
"Gimana rasanya?" tanya Amanda.
"Biasa aja." Arsen si ahli berdusta.
"Harusnya gue nggak tanya," cibir Amanda. "Buruan habisin, setelah itu lo pulang sebelum ke malaman."
Bukan bermaksud mengusir. Hanya saja Amanda tahu Arsen pasti tidak nyaman ada di sampingnya. Hei tunggu dulu, sejak tadi perasaan Arsen yang mengekori Amanda? Jadi seharusnya Amanda yang merasa tidak nyaman.
Amanda memperhatikan Arsen dengan seksama. Selalu serius, saat makan atau belajar sekali pun ekspresi laki-laki itu sama saja.
"Lo lagi makan Arsen, bukan belajar atau ngerjain soal matematika. Ekspresi lo santai dikit bisa nggak, sih," omel Amanda.
Arsen mengurungkan niat untuk memakan sendokan kedua dari mie instan. Ia letakkan kembali sendok tersebut di atas mangkuk. Arsen tatap Amanda dengan pandangan tajam khas dirinya.
"Sorry, gue nyinggung perasaan lo," cicit Amanda kaku. Ekspresi Arsen membuat ia tak enak hati. Amanda menggaruk tengkuknya dengan gerakan kikuk.
Arsen terdiam beberapa detik. Dan tanpa di duga tiba-tiba laki-laki itu menarik ke dua sudut bibirnya ke atas.
"Apa seperti ini?" tanya Arsen sambil tersenyum kaku. Kedua sudut bibir Arsen sedikit berkedut-kedut kala tersenyum.
Mata Amanda membola seakan ingin keluar. Katakan ini bukan mimpi. Arsen tersenyum hanya karena perkataannya.
"Apa kurang lebar?" tanya Arsen seraya menarik ujung bibirnya lebih tinggi lagi.
Amanda terbengong. Masih shok.
"Kurang lebar?" Nah kali ini baru senyuman! Arsen tersenyum ala iklan pasta gigi. Deretan gigi Arsen yang rapi dan bersih ia perlihatkan.
Well, sangat tampan.
"Apa kurang lebar?" tanya Arsen kembali. Bibirnya kembali ia paksa tersenyum, ugh rasanya bibir Arsen seperti akan sobek.
"Sudah, sudah," lerai Amanda kaku. "Jangan senyum lagi!" pintah Amanda.
"Iya!" sahut Arsen cepat, kedua bibirnya kembali ia rapatkan.
Amanda berdehem canggung. Coba menghalau getaran di dadanya. Arsen jika tersenyum tampannya kelewatan. Sejak dulu tidak pernah berubah. Sementara itu Arsen kembali menikmati mie instan masakan Amanda dalam diam.
"Habis makan sebaiknya lo langsung pulang!"
Arsen mengunyah dengan cepat. Ia telan mie tersebut lalu berkata, "lo ngusir gue?"
"Pokoknya habis makan lo langsung pulang!" ulang Amanda.
Arsen berdecih. Menyuruhnya pulang? Hei, tidak semudah itu! Otak Arsen sudah menyiapkan seribu cara untuk berlama-lama di rumah Amanda.
Dia disuruh pulang jika mie instannya habis, kan? Maka Arsen akan memakan mie tersebut pelan-pelan, biji per biji, helai per helai agar ia lama pulang. Ternyata seorang Arsen yang sempurna bisa bertingkah konyol juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amanda [END - SUDAH TERBIT]
Ficțiune adolescenți[TERSEDIA DI TOKO BUKU] ✔ Heboh, adalah kata yang tidak pernah lepas dari diri Amanda. ✔ Lebay, sudah menjadi ciri khasnya. ✔ Bodoh. Untuk yang satu ini Amanda akui. Well, dia memang bodoh. Lalu, bagaimana jika manusia seperti Amanda jatuh cinta pad...